Percayalah, menjadi asisten pribadi adalah kata yang diperhalus. Artinya sama saja pesuruh yang bekerja di kantor. Menghadapi Reno membuat Amanda harus memperbanyak sabar. Apalagi jika pria itu ingin semua keinginannya dituruti tanpa syarat. Yah meski kabar baiknya Reno tidak mengamuk sesering dulu.
Kemampuan Amanda di bidang ini memang tak perlu diragukan. Pengalaman tidak bisa berbohong. Amanda tergolong asisten yang bekerja dengan cekatan. Syarat utama menjadi asisten ialah menjadi palu gada alias semua pekerjaan yang keluar dari mulut Reno dia kerjakan. Membelikan makan, membuat minum, membantu memeriksa laporan, memeriksa proposal, menaruh pakaian kotor di laundry apartemen dan berbagai tugas tak masuk akal lainnya. Apa itu jam kerja, apa itu libur. Amanda sih kerja sesuka hati bosnya. Tak peduli badai hujan serta petir menerjang, asal tidak kiamat ya Amanda tetap bekerja melayani bos kampretnya.
Seperti sekarang ini, setelah memasukkan pakaian bersih ke lemari. Amanda harus menyiapkan beberapa stok buah di dalam kulkas milik Reno. Dirinya jadi menyesal pernah menasehati bahwa sang bos harus lebih hidup sehat. Dia sendiri jadinya yang kerepotan menyiapkan keperluan Reno.
"Ya ampun, terus gunanya punya tangan sama kaki itu apa? Semuanya aku disuruh ngerjain! Dasar orang kaya, sukanya habisin uang!" Sungutnya penuh emosi.
Amanda juga memakan buah di hadapannya penuh emosi. Bosnya itu tak mau memakan buah yang sudah lebih dari dua hari di dalam kulkas. Padahal buahnya masih segar! Tahu begini kenapa menyuruhnya membeli, sedangkan pria itu malas memakan!
Amanda kembali berdecak saat mendengar ponselnya bergetar. Duh, rasanya ia ingin melempar ponselnya ke lantai. Ingin resign, tapi mencari kerja itu susah.
"Halo—"
"Kamu dimana Manda? Saya sudah nunggu lama! Kamu ini beneran kerja atau niat bolos? Mau saya potong gajinya?"
Amanda melotot. Bagaimana bisa dia membolos? Ini bosnya amnesia apa bagaimana. Padahal ia sendiri yang menyuruh Amanda untuk mengerjakan tugas di apartemen milik Reno.
"Pak, saya masih di apartemen. Tadi Pak Reno kan nyuruh saya ngambil baju di laundry dan buatin salad."
Amanda dapat mendengar decakan di seberang sana.
"Halah! Alasan saja. Kamu nggak bener belanjanya. Masa sayur sama buahnya nggak segar!"
Gadis itu meremat ponsel yang ia pegang. "Pak Reno nggak langsung makan buah sama saladnya. Makanya nggak segar lagi. Nggak boleh begitu, Pak. Itu namanya waste food. Kasian buah sama sayurnya. Kasian petani yang nanam. Apa Bapak nggak kasian, mereka udah merawat tanaman dengan baik tapi malah dibuang hasil panennya."
"Bawel kamu! Kamu asisten pribadi saya. Harusnya ngabarin kalau sudah jadwal saya makan! Gitu aja nggak tau."
Oke, tenang dulu Amanda. Tenang, sabar. Demi uang, demi uang. Padahal Amanda selalu mengirimi pesan untuk Reno saat jam makan si bos itu berlangsung. Tapi tetap saja ia dibilang lalai oleh bosnya.
"Saya kan sudah mengabari Pak Reno lewat pesan. Mungkin Pak Reno nggak baca pesan saya."
"Makanya kamu inisiatif nelpon saya harusnya! Masa gitu aja harus saya kasih tau, Manda. Ah sudahlah. Cepat selesaikan tugasmu, terus balik ke sini. Besok minggu kamu bangunin saya dan temani saya olah raga."
"Tapi, Pak—"
Belum sempat Amanda menjawab. Panggilan tersebut sudah berakhir. Membuat Amanda berteriak frustasi di dapur apartemen Reno. Ya ampun, padahal ia berencana untuk maraton drama korea kesukaannya. Hancur sudah rencana miliknya. Semua gara-gara bos titisan setan! Apa Amanda hancurkan saja seisi apartemen milik Reno ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVEHOLIC [Tamat]
ChickLitMenjadi kekasih dari Bos super menyebalkan, tidak pernah ada di dalam daftar tugas yang harus Amanda kerjakan.