Amanda bersenandung penuh riang. Pasalnya, pengajuan cutinya disetujui oleh Reno. Ya memang harus disetujui! Karena Amanda baru menggunakan hak cutinya sekarang. Kalau tidak diizinkan, Amanda rencananya akan mendiami Reno dan mogok memasakkan bekal. Beruntung bosnya itu memberikan izin, meski wajahnya tertekuk saat itu. Yah, Amanda tak peduli. Mau Reno kesal atau marah, yang terpenting dirinya bisa menghabiskan waktu tanpa memikirkan bekerja.
Itulah sebabnya, hari ini Amanda berencana untuk menemui Tina. Keduanya sulit menemukan waktu untuk sekedar mengobrol. Terlebih dengan kesibukan Amanda yang amat menyita waktu. Uh, rasanya ingin sekali keluar dan bekerja kembali di industri hiburan. Setidaknya ia tak menghadapi cecunguk macam Nia dan kawan-kawannya.
Sebelum keluar, Amanda memastikan dulu penampilannya. Hari ini gadis itu mengenakan setelan celana jeans lebar yang dipadupadankan dengan atasan kaus lengan pendek. Tidak lupa dengan jaket tipis sebagai alat tempurnya dibawah sinar matahari. Rambut panjangnya dikepang menyamping untuk menambah kesan manis pada tampilannya. Bibirnya terus menyunggingkan senyuman, memoles perona bibir sebagai sentuhan akhir riasannya. Hari bagus, dimulai dengan perasaan gembira.
Kedua gadis itu sudah sepakat untuk bertemu di salah satu galeri pertunjukkan seni.
"Mandaaa! Udah lama banget kita nggak ketemu."
Tina tersenyum cerah melihat kedatangan sahabatnya ini. Mereka berdua sudah saling rindu untuk mengobrol menghabiskan waktu berdua. Untung saja jadwal Tina itu fleksibel. Yah, temannya itu memang sudah berumah tangga. Jadi kapanpun dan dimana pun asal sang suami setuju, Tina bisa-bisa saja.
"Sumpah, aku sibuk banget. Mau nangis rasanya. Tapi mending capek kerja daripada capek nganggur. Nangisnya sambil mikir besok mau makan apa."
"Makanya, kayak aku aja. Nganggur di rumah."
Amanda berdesis sebal, mana bisa dia menganggur. Nanti ibunya pasti akan mengomel minta uang. Belum lagi adiknya yang masih bersekolah. Jika boleh, Amanda juga ingin menjadi ibu rumah tangga tanpa memikirkan karir.
"Eh, kamu udah nikah! Aku kalo nganggur ya tidur di jalan." Cibirnya pada sang sahabat.
"Lah, itu sama bos lo kan bisa! Dia kan mantan lo. Jangan bilang ... lo gamon, ya?" Godanya, sembari menunjuk-nunjuk wajah Amanda.
"Iih! Apaan, sih! Mana ada aku gamon! Nggak bakalan! Masa aku pacaran sama cowok galak yang sukanya ngomel-ngomel."
Amanda menggerutu sebal, menusuk makanan yang ada di atas meja dengan penuh semangat. Mengapa topiknya beralih membahas Reno? Huh, menyebalkan!
"Oke, deh. Kalo kalian berdua jadian, apalagi sampe nikah, aku yang bakal ngejek paling depan!"
"Stoooop! Udah jangan ngomongin orang itu lagi! Topik sensitif, aku nggak suka! Mending ngomongin hal lain aja. Kamu kan kepo banget pengen tau kelakuan si Mbak Nia itu. Aku cerita itu aja."
Sebenarnya Tina masih belum puas menggoda Amanda. Namun cerita tentang Nia-Nia itu juga menggelitiki rasa keingin tahuannya. Mengapa ada orang yang kadar iri dengkinya selevel dengan firaun?
"Cepet ceritanya, Manda. Aku udah nggak sabar denger langsung!" Ucapnya dengan semangat. Mereka berdua bahkan sudah menyiapkan camilan yang banyak di atas meja, guna menemani asyiknya mendongeng.
Untung saja kafe tempat mereka mengobrol ini diciptakan untuk para pekerja yang ingin bekerja via kafe. Jadi aman bila berlama-lama, terlebih mereka berdua sudah selesai menghadiri acara pameran seni. Lokasi yang tepat untuk melepas penat.
Amanda mulai bercerita penuh semangat. Menceritakan dengan detail bagaimana kelakuan Nia padanya. Tina pun menanggapinya dengan antusias pula. Semangatnya membara, ingin bertemu Nia secara langsung dan memukulnya dengan kayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVEHOLIC [Tamat]
Genç Kız EdebiyatıMenjadi kekasih dari Bos super menyebalkan, tidak pernah ada di dalam daftar tugas yang harus Amanda kerjakan.