8. Jangan Keroyokan, Dong!

1.8K 217 10
                                    

Nia melempar ponsel dengan perasaan dongkol. Hatinya terasa panas setelah melihat postingan sosial media milik Amanda. Jemarinya tak kuasa untuk menuliskan komentar jahat. Sudah pasti yang memotretnya adalah Reno. Amanda sudah tentu menawarkan tubuhnya kepada Reno saat di Singapura. Sungguh ia merasa kesal.

Oleh karena itu, Nia berinisiatif untuk memojokkan Amanda di depan beberapa karyawan. Gadis itu harus tahu siapa yang berkuasa di kantor ini. Agar tidak leluasa sesuka hati. Susah payah dirinya membuat Amanda mau berkumpul bersama saat makan siang. Beruntung, dengan sifat tidak enakan milik Amanda, gadis itu setuju untuk datang. Setelah Nia mengatakan bahwa dirinya sudah menyiapkan makan siang untuk rekan-rekannya.

Dan disinilah sekarang. Amanda duduk dengan kepala tertunduk. Berbanding terbalik dengan Nia, senyuman tipis tak pernah luntur dari wajahnya. Rasanya hari ini ia akan menang. Seluruh rekan pasti bersimpati padanya.

"Waduh gimana kemarin? Pasti seneng banget sehabis liburan sama Pak Bos. Pantes wajah lo makin cerah gitu, ya. Sekalian ke klinik nggak sih?"

Nia berusaha membuka obrolan. Alisnya terangkat, menatap satu persatu karyawan lain lalu tersenyum dengan penuh ejekan. Karyawan lain pun juga ikut mengejek. Tertawa seakan Amanda adalah tontonan gratis.

"Sekarang mah udah sombong ya, Amanda. Dulu aja sering banget nge-chat kita. Pasti temenannya udah sama atasan ya sekarang." Sahut Nita yang juga bergabung di sana. Nadanya penuh akan sindiran.

Amanda memberanikan diri untuk mendongak. "E-enggak kok. Saya nggak sombong. Jangan asal nuduh, Mbak."

Suaranya makin lirih, jelas membuat Nia semakin terhibur. Ini yang wanita cantik tersebut inginkan, melihat Amanda menjadi kecil. Tidak sesumbar lagi, Amanda harus tahu kelasnya di kantor ini. Agar perilakunya tak sesuka hati.

"Nggak papa, kok. Jujur aja. Pasti udah nggak level lagi ya nongkrong sama kita-kita di sini?"

"Iya lah, udah sama eksekutif nongkinya. Kita mah apa, cuma babu doang di sini."

Semua orang tertawa dengan lelucon yang menurut mereka lucu. Tidak dengan Amanda yang terus saja menunduk. Kalau boleh jujur ia ingin pergi dari sini. Amanda benci sekali, sekarang tak mampu membalas semua perlakuan karyawan ini. Mereka bekerja sama untuk menjahili Amanda yang sendirian.

"Enak banget di Singapur pasti booking hotel bareng Pak Reno. Belum ada dua taun kerja udah ngamar aja."

"Hus! Nggak boleh gitu. Liat tuh Amanda udah nahan malu."

Mulut boleh saja melarang, akan tetapi ekspresi tak mampu berbohong. Nia sudah tersenyum dengan lebar. Sakit hatinya sedikit terobati.

"Nih, buat kalian berdua." Nia menunjuk dua karyawan baru. "Kalau kerja tuh harus bergaul sama anak-anak yang lain! Jangan duduk terus di ruang kerja. Kecuali lagi ngamar sama bos."

Kedua karyawan baru itu hanya mampu menunduk patuh. Tidak berani pula membantah perkataan Nia, kendati hati mereka merasa tak sependapat.

"Nah gitu—"

"Widih, apaan nih rame-rame di sini?"

Seorang wanita berjilbab membuka pintu dengan keras. Membuat Nia menghentikan ocehannya seketika. Kini Nia sudah menggigit bibir bawahnya. Sial, wanita ini bukan lawan sepadan baginya.

"Lo kok nggak bilang sama gue kalau mau ngumpul? Kantor sepi banget, meja lo juga bersih. Taunya lagi di sini."

Wanita itu adalah Syifa, salah satu sekretaris yang bekerja di kantor ini. Sumber info dari Amanda jika membutuhkan. Syifa juga yang mengatakan bahwa Amanda dapat bertanya kepada siapa saja yang bertanggung jawab kepada orang yang diperlukan oleh Reno. Tidak harus kepada Nia yang memang menjadi sekretaris bagi Reno.

LOVEHOLIC [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang