Reno duduk sembari meminum segelas martini untuk menyegarkan pikiran. Jika Amanda di sampingnya, gadis itu akan mengomel. Tidak suka apabila bosnya meminum minuman haram tersebut. Huh, mengingat Amanda, membuat suasana hatinya memburuk. Reno tidak suka melihat Amanda menangis. Membuat hatinya ikut sakit pula. Pria berusia awal 30an ini sudah menetapkan diri untuk menggapai lagi cinta di masa lalunya. Reno akan membuat mereka berdua kembali bersama.
"Lo bawa minuman ke sini?"
Reno hanya mengangguk, "Santai aja kali. Gue gak bakal kobam kalau cuma minum segelas."
Dave—sahabat dari Reno— mengusap wajah frustasi. Reno ini amat sangat keras kepala lagi. Susah untuk dinasehati bahwa tidak ada alkohol selama menyambangi gedungnya. Keadaan Dave berbeda dari dahulu.
"Jangan gitulah, Ren. Kalo Syifa tau bisa babak belur gue."
Reno hanya mengangkat bahu acuh, "Bukan urusan gue."
"KENAPA KALO SYIFA TAU?"
Dave makin panik melihat kedatangan Syifa yang sudah memasang wajah marah. Pria tersebut mengkode agar Reno membantunya. Namun sepertinya Reno cuek-cuek saja. Tak peduli dengan keadaan Dave. Urusan rumah tangga pria itu bukan menjadi bisnis bagi Reno.
"Nggak, Cip—"
"KAMU MINUM LAGI? AKU UDAH BILANG BERAPA KALI HAH, JANGAN MABOK LAGI!"
"Sumpah, Cip. Aku nggak minum lagi. Reno ini yang minum."
Reno memohon dengan muka melasnya sembari kedua tangan memohon ampun di depan dada. Tidak mau sang istri mendiaminya lagi. Butuh perjuangan ekstra untuk menaklukkan Syifa. Dave tak ingin perjuangannya sia-sia.
"Awas, ya! Ketauan mabok, aku bakal pergi. Aku lahiran di rumah orang tuaku. Dan jangan nengokin bayi aku!"
"Elo juga, Ren!"
Reno yang sudah menandaskan minumanya, menatap Syifa dengan tatapan tanya. Baru dia duduk, sudah terkena semprotan dari istri sahabatnya. Kenapa perempuan hobinya mengomel, ya?
"Kalo niat cuma mabok, jangan di sini! Inget Dave udah jadi suami gue, dan gue lagi hamil. Bawa pengaruh buruk aja lo kalo sama Dave!"
"Elah, Cip. Gue juga kesepian. Masa nemuin temen aja nggak boleh! Jangan ngekang Dave kayak gitulah."
Reno yang menjawab, Dave sudah menggigit bibir. Sama saja Reno membangunkan beruang yang hibernasi. Nekat sekali. Tak melihat wajah Syifa yang sudah melotot lebar.
"Gue nggak ngekang! Tapi sadar diri, dong! Ngumpul sampe malam di rumah orang. Pake acara minum-minim segala. Lo kira rumah gue beach club?"
"Makanya cepet lo nikahin Amanda! Jangan curhat galau mulu hidup lo. Umur boleh tua, nyali segede toge. Apa perlu gue ngomong ke Amanda? Orang mana tau lo suka sama dia apa nggak, kalo lo cuma diem aja! Ditikung cowok lain, nangis darah lo sama kita-kita."
Mendengar nama Amanda disebut, membuat Reno semakin buruk saja. Bukan seperti itu. Bukannya Reno tidak berani, tapi ia tak ingin memaksakan perasaannya kepada Amanda. Karena Reno tahu, meski terlihat tegar, Amanda adalah gadis yang rapuh. Reno tak ingin menyakiti Amanda. Lagipula, gadis itu belum tentu menerima dirinya.
"Tunggu aja, ntar juga gue nikahin. Lo kalo ngejek gue aja, maju paling depan."
"Halah, nyocot aja mulut lo!" Cibirnya tak percaya dengan kata-kata dari Reno.
"Cipa, udah. Jangan marah-marah terus, kasian Baby-nya. Dia bisa denger kamu, loh."
Dave berusaha menenangkan Syifa. Tak ingin kemarahan sang istri menganggu kondisi si jabang bayi. Sekaligus menghentikan rentetan omelan dari Syifa.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVEHOLIC [Tamat]
ChickLitMenjadi kekasih dari Bos super menyebalkan, tidak pernah ada di dalam daftar tugas yang harus Amanda kerjakan.