PROLOG

352 134 11
                                    

   "CEWE BAJINGAN LO ANANSYAA"

Seorang gadis yang selalu memakai pita di rambutnya dan berkulit sawo matang itu termenung di depan kelas. Dia menunggu kedatangan sahabatnya yang bernama Renaya. Tiba-tiba datang seorang laki-laki tepat di hadapannya.

"Anansya, lo dipanggil sama Naren. Dia bilang temuin dia di belakang sekolah."

Anansya yang awalnya termenung kini terkejut tiba-tiba karena lelaki itu tiba-tiba datang menghampirinya. Ia segera beranjak dari tempat duduknya.

"Iya, makasih ya udah ngasih infonya," jawab Anansya dengan muka sayu dan lemas.

Dia langsung berlari ke belakang sekolah. Dia sangat bingung mengapa Naren menyuruh untuk menemuinya di sana. Kan, bisa langsung datang saja ke kelas atau di luar sekolah.

Sesampainya di sana, Anansya melihat Naren yang membelakanginya. Keheningan mulai mendatangi, tetapi Anansya memberanikan diri untuk bertanya pada Naren karena tidak mungkin ia membiarkan keheningan itu terus berjalan.

"Kenapa, Naren?" tanya Anansya lembut kepada Naren.

Naren pun langsung membalikkan badannya dan berjalan ke hadapan Anansya. Naren melihat Anansya penuh dengan amarah dan jijik sehingga menaik turunkan tatapannya pada Anansya. Anansya yang melihat ada kemarahan di raut muka Naren semakin bingung. Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa Naren melihat dia dengan tatapan seperti itu? Setelah melihat kebingungan yang tertampak pada muka Anansya, akhirnya Naren melontarkan pertanyaan yang dari tadi ingin ditanyakan pada Anansya.

"Apa maksud lo?" tanya Naren tanpa aba aba yang semakin membuat Anansya kebingungan dengan apa yang terjadi sebenarnya.

"Apa, Ren? Kenapa? Gua gak ngerti," jawab Anansya dengan kerutan di dahinya dan raut wajah kebingungan.

Naren yang mendengar ucapan Anansya mulai tersenyum sinis dan semakin marah terhadap Anansya.

"Gak usah pura-pura gak tau. Pandai banget lo ya," ucap Naren yang terus menerus membuat muka seolah-olah ia jijik melihat Anansya.

"Seriusan, Naren. Gua gak ngerti maksud lo apa."
"Kenapa lo mau hancurin hubungan gua sama Kiana? Gak cukup lo buat Kiana nangis lagi waktu itu? Kenapa? Kenapa lo gak suka kiana pacaran sama gua?" Bentakan dari Naren dengan nada yang keras membuat Anansya terkejut.

"Gua gak ada niatan kayak gitu, Naren. Gak ada. Siapa yang buat lo bilang kayak gini? Siapa? Bilang ke gua," perintah Anansya yang menanyakan siapa sebenarnya yang ada di balik masalah ini semua.

*Naren menunjukkan ss an chatan Anansya dengan Revan, anak SMA Cakrawala itu.

Anansya melihat tangkapan layar percakapan yang ditunjukkan oleh Naren. Ia menghela napas, mulai merasa lelah. Kenapa harus ada orang yang buat hubungan gua sama Naren rusak gini.

"Udah jelaskan, ini apa maksud lo? Ha?"
"Enggak, Ren. Itu semua salah paham, itu semua cuman akal akalan mereka aja, Naren. Lo kan udah lihat sendiri itu Revan yang maksa gua, Ren, dan itu juga chatnya diedit, yang sebenarnya itu gak kayak gitu, Naren," jelas Anansya yang menjelaskan bahwa itu adalah hanya kesalahpahaman semata yang dibuat oleh Revan. Dia juga tidak ada maksud apa apa tentang hubungan dia dan Kiana.

"ALAH BACOT BAJINGAN! Bisa gak sih lo itu gak usah urusin hubungan gua sama Kiana? Cukup ya lo nyalahin Kiana waktu itu, jangan lagi. Rugi gua dulu mau nerima lo jadi sahabat gua, ternyata lo gak sebaik yang gua kira," bentak Naren yang melontarkan kalimat itu tanpa berpikir apapun.

Naren adalah tipe laki-laki yang ketika marah bisa melontar kata-kata yang membuat orang di sekelilingnya sakit hati. Dia sebenarnya tidak ada maksud untuk membuat mereka sakit hati, tetapi karna kemarahan yang dia dapatkan sehingga dia tidak bisa mengontrol mulutnya.

Anansya yang mendengarkan itu sejenak diam tertunduk. Air mata sudah terjatuh dari mata Anansya. Entah sejak kapan air mata itu jatuh dia tidak tau. Mungkin karena perkataan Naren yang membuat dia menangis. Kedua orang itu pun sejenak diam dan ada keheningan diantara mereka.

Naren menghela napas kasar, dia melihat Anantha mengusap air matanya.

"Gak usah nangis anjing. Air mata lo itu air mata buaya tau gak? Lo pikir gua kasihan? ENGGAK!" tegas Naren.

Setelah melontarkan kalimat itu, Naren pergi meninggalkan Anansya yang sedang menangis.
Mengetahui bahwa Naren telah pergi, Anansya pun semakin menangis.

"Naren.... Naren. Pikiran lo udah diracunin, Ren, astaga. Gua gak seburuk yang lo pikirin."
"Gua harap lo gak nyesel setelah tau yang sebenarnya, Narendra algerio," gumam Anansya menatap kepergian Naren sambil tetap menangis.

Sejak saat itu, hubungan Naren dan Anansya semakin renggang dan mereka asing dengan tidak baik-baik saja.

HAI HAIII KEMBALI LAGI AKU NANYA GAISS. GIMANA DENGAN PROLOGNYA? PASTI SERU KAN? AKU HARAP KALIAN SUKA SAMA CERITA AKU YAAAA. SELAMAT MEMBACA BAB BAB SELANJUTNYAA.

AKU, KAMU, DAN SAHABATKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang