BAB 4

190 93 97
                                    

                 JAJANAN PORORO

Akhirnya Anansya dan Naren sampai didepan gerbang rumah Anansya. Ternyata ada papi dan maminya Anansya sedang berdiri tepat didepan gerbang rumah mereka. Papi maminya Anansya bingung mobil siapa yang berhenti tepat depan gerbang rumahnya. Keluarlah Naren dan Anansyaa dari mobil.

Eca dan Arga melihat Anansya dan satu pria yang mengantarnya kerumah. Eca dan Arga melihat pria itu semakin dekat. Ternyata itu adalah Naren. Begitupun dengan Naren, dia mengenali Eca dan Arga.

"Eh, om Arga, tante Eca," sapa Naren.

Setelah Naren menyapa Eca dan Arga. Anansya kaget dan heran. Bagaimana bisa Naren mengenali mami papinya. Walapun Anansya heran. Anansya tidak menyapa mami papinya. Ia masuk kerumah meninggalkan mereka bertiga. Raut wajahnya Anansya masih terlihat kesal dan marah pada papinya. Karena dia masih terbayang akan tamparan papinya itu.

Setalah Eca, Arga dan Naren melihat kepergian Anansya yang meninggalkan mereka. Arga langsung menyapa Naren balik.

"Oh iya, Naren, ternyata kamu, om kirain siapa," sapa balik Arga.
"Iya,om." balas Naren.

"kamu kenal sama anak om, Naren?" tanya Arga kepo.
"Ananysa temen SMA, Naren om," jawab Naren sambil tersenyum.

"oh, iya om, Anansya anak om?" tanya Naren ingin tau.
"Iya Naren, makasih ya udah ngantar anak om." ucap Arga sambil Menepuk pundak Naren dengan lembut.
"Iya, om" jawab Naren menganggung.

Naren pun masuk kedalam mobilnya dan pergi.

****

Malam pun tiba. Eca menaiki anak tangga menuju kamar Anansya. Setelah sampai didepan pintu kamar Anansya, Eca mengetok pintu kamar itu.

"Assya, ayo makan sayang, papi sama kak ceya udah nungguin kamu," ajak Eca sambil mengetok pintu kamar Anansya.

Anansya langsung beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu kamarnya.

"Gak mi, Assya gak lapar," tolaknya.

Dia pun langsung berbalik badan Setelah membuka pintu dan menolak ajakan maminya.

Eca mengikuti langkah kakinya Anansya dan duduk dipinggir kasur Anansya. Semenatara itu Anansya hanya berbaring dikasur sambil memakai selimutnya.

"Ayoo sayang, nanti papi kamu marah lagi, Katanya papi mau ngasih semua barang Assya lagi. Kalau nanti kamu gak mau makan, itu barangnya Assya bakal disita papi terus, emang mau?" bujuk Eca dengan mengelus kepalanya.

Setelah mendengarkan bujukkan dari maminya yang katanya hp, kunci mobil bahkan dompetnya akan diberikan papinya. Anansya pun bangun dan mau makan sama dengan papi, mami dan kakaknya ceya.

Anansya dan Eca maminya perlahan menurunin anak tangga bersamaan, dan Eca sambil merangkul pinggang Anansyaa. Mereka pun sampai di meja makan. Tetapi muka Anansyaa masih menunjukkan muka kesalnya. Muka Anansya tidak memberikan senyum atau senang.

Keheningan pun berjalan di tengah tengah meja makan itu. Tetapi, Arga papinya Anansya baru teringat akan apa yang ingin dia tanyakan pada Anansya putrinya.

"Ananysa,"

Anansya yang akan menyuapkan makanan kemulutnya pun berhenti dan menaikkan pandangannya kepapinya. Hatinya sudah dag dig dug ser, dia takut akankah dia dimarahin oleh papinya lagi atau tidak. Muka gugup Anansya sangat amat jelas terlihat. Tak lama kemudian setelah Anansya melihat papinya. Arga langsung to the point menanyakan yang sebenarnya ia ingin tanyakan.

"ada hubungan apa kamu sama Naren, Assya?" tanya Arga pelan.

Bukannya takut, tetapi Anansya kaget kenapa papinya bisa menanyakan soal itu. Dan herannya lagi sejak kapan papinya mengenal Naren. Sedangkan dia sendiri saja baru mengenalnya 2 hari ini. Walapun Naren menyapa Arga papinya tadi siang di depan gerbang rumahnya. Dia tidak menyangka bahwa benar, papinya mengenali Naren.

AKU, KAMU, DAN SAHABATKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang