BAB 22

64 14 21
                                    

                          KEMBALI

"Cie, cie, Anansya. Ciee,"
Renaya menggoda Anansya. Saat dimobil menuju pulang dari sekolah, Anansya menceritakan tentang kedekatannya bersama Keenan. Pria yang ia temui karena tidak sengaja ia senggol saat menghindari Naren waktu itu.

Sesampainya dirumah Renaya, ia selalu menggoda Anansya. Sampai membuat Anansya kesal sendiri. Kalau bisa ia ulang waktu pasti Anansya tidak akan membocorkan tentang kedekatannya dengan Keenan pada Renaya.

"Bisa diam gak!" bentak Anansya sambil membuat raut wajah sinis pada Renaya.

"Ye, lu mah di cie-ciein gak mau, padahal dalam hati salting juga kan lu," ledek Renaya sambil tertawa.

Kalau soal ngeledek. Renaya nomor satu, tetapi dengan begitu Anansya dan Renaya tetap tertawa. Walaupun awalnya Anansya kesal pada Renaya.

"Udah ah, gue mau main handphone aja, kalau sama lo buat gue emosi," ujar Anansya langsung mengeluarkan handphonenya.

"Pasti mau chat Keenan ya. Icikiwir," goda Renaya terus menerus.

Tetapi Anansya tidak meladeni perkataan Renaya. Anansya lanjut memainkan handphonenya, ia membuka media sosial yang dipunya.

Begitupun dengan Renaya. Ia membuka media sosialnya. Beberapa menit kemudian Renaya membuka tweet, ia melototkan matanya saat melihat postingan Kiana.

"Anjir, ini seriusan," teriak Renaya sambil menggelangkan kepalanya karena masih tidak menyangka.

Anansya kaget. Ia langsung mendekat ke arah Renaya. Anansya penasaran apa yang membuat Renaya berteriak seperti itu.
"kenapa woi?" Anansya menatap Renaya dengan rasa penasaran yang meningkat.

"Sumpah, sumpah. Lo lihat ini." Renaya menunjukkan postingan yang ada ditweet Kiana.

Anansya pun melihat postingan Kiana itu. Ia kaget dan shok. Postingan itu ternyata menunjukkan bahwa Kiana dan Naren sudah jadian. Kiana memosting fotonya dengan Naren waktu di restoran itu. Begitu banyak makanan, dan Anansya melihat ada satu buket besar dan terlihat ada surat cinta untuk Kiana.

Seketika perasaan Anansya hancur. Ia tidak percaya hal ini, bukankah Kiana pernah mengatakan bahwa dia tidak akan pernah berpacaran dengan Naren. Tetapi apa? Itu semua hanyalah janji semata.

"Sya, jangan nangis ya, gue tahu perasaan lo kok,"
Renaya mengelus punggung Ananysa. Karena Renaya tahu gimana perasaan Anansya saat ini.

"Re, gue gak marahin mereka pacaran. Tapi Re, lo dengarkan apa yang dibilang Kiana waktu itu?"
Saat mengatakan hal itu, air mata Anansya jatuh membasahi pipinya.

"Iya, Sya. Gue dengar kok. Tapi lo udah tau kan gimana sikap Kiana. Jangan mudah percaya ya sama orang," nasihat Renaya.

"Tapi, Re," Anansya seketika menghentikan ucapannya. Tetapi air mata itu terus mengalir tak kunjung berhenti.

"Tapi apa. Ada Keenan, lo gak usah nangisin orang kayak gitu, gak usah,"
Renaya pun memeluk sahabatnya itu sambil mengelus punggungnya.

Anansya pun perlahan mulai sadar, ia pun mulai mengusap air matanya.

Renaya pun melepas pelukannya. "Senyum dong, jelek lo kalau nangis," ejek Renaya.

"Apa sih, aaaa," Anansya pun mulai tersenyum. Ejekan Renaya itu memang selalu membuat Anansya tersenyum.

Ada beberapa detik kemudian, handphone milik Anansya bunyi. Anansya segera mengambil handphonenya dan melihat siapa yang menelpon dirinya.

Sheinnara lah yang menelponnya. Tanpa pikir panjang Anansya mengangkat telpon dari Sheinnara.

AKU, KAMU, DAN SAHABATKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang