DEKAT DENGAN ORANG BARU
Setelah dari kejadian Anansya di sekolah. Keenan dan Anansya kini saling bertukar nomor wa. Mereka saling chatan dan saling bertanya kabar. Tiba pada hari ini mereka berdua janjian ingin keluar berdua. Mumpung hari ini adalah hari sabtu, Jadi tidak ada kegiatan.
Anansya dan Keenan janjian bertemu di taman, dimana mereka bertemu pertama kali waktu itu.
"Anansyaa!" teriak Eca dari dapur.
Namun tidak ada balasan dari kamar Anansya. Eca bingung, kenapa tidak ada balasan dari putrinya. Eca pun berjalan menuju kamar Anansya. Ia pun membuka kamar Anansya. Eca melihat ke sekeliling ruangan itu. Namun tidak ada tanda-tanda bahwa Anansya ada di dalam. Eca kembali menutup pintu kamar Anansya dan turun ke bawah.
"Anansya! Kamu dimana Sya," Eca kembali memanggil Anansya.
Ceya pun keluar dari kamar, karena suara maminya itu sangat menggelegar saat memanggil Anansya. "Kenapa mi, pagi-pagi udah teriak-teriak aja," Ucap Ceya yang masih setengah sadar.
Eca menoleh ke arah atas tangga. Ia kira bahwa itu Anansya tetapi tidak.
"Anansya mana, Kak" tanya Eca.
"Nggak tahu, Mi. Tuh anak juga baru pagi udah pergi," jawab Ceya.Eca pun menghela nafasnya pelan. Tidak heran lagi dengan Anansya. Anak itu memang selalu pergi tanpa bilang siapapun. Membuat orang di rumah selalu Khawatir padanya. Ceya pun kembali ke kamarnya, begitupun dengan Eca. Ia kembali membantu bibi memasak makanan.
****
"Hai, Sya."
Setelah sekian lama Anansya menunggu. Akhirnya Keenan datang, dia langsung duduk di samping Anansya.
"Lama banget lo sampai, udah lumutan gue," protes Anansya. Memang benar, Anansya dari tadi sudah lama menunggu Keenan.
"Sorry Sya, tadi ada urusan sebentar." Keenan nyengir kuda.Anansya pun bermaim handphonenya. Kedua insan ini tidak tahu ingin melakukan apa-apa. Karena satu sama lain lebih memilih diam dari pada mengajak ngobrol duluan. Biasa gengsi.
"Sya, sebenarnya lo sama Naren," ujar Keenan. Tapi ia tidak melanjutkan perkataannya. Karena Anansya lebih dulu melihat ke arahnya.
"kenapa?" tanya Anansya. Mukanya datarnya itu kembali.
Setelah melihat raut wajah Anansya. Keenan sudah tahu bahwa Anansya tidak suka kalau membahas tentang Naren. "Gak jadi Sya."Anansya kembali melihat ke layar handphonenya. "Kalau mau nanya soal hubungan gue sama Naren tanya saja, gak usah sungkan." ucap Anansya.
Setelah Keenan mendengarkan Anansya. Ia kembali melihat ke arah Anansya. Ia memang penasaran tentang Anansya dan Naren.
"lo ada masalah sama Naren?"
Anansya seketika mematikan handphonenya, dan menatap Keenan dengan lesu. Dari tatapan yang Anansya berikan itu sudah jelas.Anansya dan Naren akhir-akhir ini memang dilanda masalah. Dibalik masalah yang dialami oleh Naren dan Anansya itu terjadi oleh karena sahabatnya Anansya sendiri.
"Iya, gue sama Naren lagi ada masalah, dan itu juga udah kayaknya gak terlalu besar." Anansya menjawab Keenan dengan muka gelagapan. Mata Anansya berkaca-kaca. Tetapi perempuan ini tetap berusaha menyembunyikan hal itu dari Keenan."gara Kiana?"
Anansya kaget, ia langsung menatap Keenan. Kenapa keenan bisa tahu tentang itu. Anansya pun mengangguk pelan. "Iya."
"Yang sabar ya Sya, gue tahu kok lo gak salah, tapi Kiana yang fitnah lo."
Perkataan Keenan membuat Anansya semakin bingung.Sebenarnya dari mana Keenan bisa tahu semuanya ini. Padahal mereka berdua baru saja membicarakan tentang Naren.
Tak lama pun. Air mata itu membahasi pipi Anansya. Ia tidak tahu, setelah masalah yang ia alami dengan Naren membuat dirinya semakin banyak merasa sedih dan selalu mengeluarkan air mata.
Tangan Keenan tiba-tiba saja mengusap air mata Anansya. "Gak usah nangis Sya, gue ada buat lo. Jangan nangisin orang kayak mereka. Gak penting."
Setelah mendengarkan ucapan Keenan. Entah mengapa air mata itu terus mengalir. Kata-kata Keenan mengingatkannya di malam itu. Disaat ia bersama Naren.
"Gue benci janji Nan."
Kalimat itu membuat Keenan berhenti mengusap air mata Anansya. "Kenapa lo bilang kayak gitu, gue gak janji, tapi ini tugas gue."
Anansya pun mengangkat kepalanya dan melihat wajah Keenan dengan air mata yang mengalir. "tu-tugas"
"Iya, tugas gue selalu ada buat lo Sya, dan itu tidak akan pernah berubah. Dan ingat ini bukan janji tetapi kewajiban gue."Air mata yang indah itu terus membasahi pipi Anansya. Setelah melihat itu. Keenan langsung meletakkan kepala Anansya dibahunya sambil mengelus kepala Anansya dengan lembut. "Gak usah nangis Sya, sayang air mata lo."
"Gue nggak nyangka aja Nan. Sahabat yang gue percayain bisa fitnah gue segitunya supaya bisa dekat sama Naren," Anansya curhat sambil perlahan mengusap air matanya."Sya, gue tahu, gue tahu apa yang lo rasain, isi dunia ini memang gak semua bisa di percaya Sya. Buktinya sahabat lo aja masih khianatin lo kan."
Anansya mengangguk. Memang benar yang dikatakan oleh Naren.****
"mau kemana ren?" tanya kila.
"Mau main, Ma."
Kila mengangguk. Namun Kila mengingat Anansya yang pernah di bawa oleh putranya kerumah. Kila pun menanyakannya pada Naren. "Oh iya Ren, gimana keadaan Anansya, dia baik-baik aja kan,"Pertanyaan Kila membuat Naren menghentikan langkahnya. Naren pun berbalik badan dan menatap ke arah Kila. "Baik Dia."
"Lain kali ajak dia kesini dong Ren, mama pengen ngobrol sama Anansya."Naren terdiam. Bagaimana ia mau membawa Anansya bertemu Kila. Sedangkan ia dan Anansya saja sedang ada masalah sehingga membuat mereka berdua tidak berbicara satu sama lain.
Naren menatap Kila dengan gelagapan."Iya ma, kalau Anansya ada waktu Naren suruh ke sini." Naren langsung pergi dari rumah. Ia mencari kontak yang ia telpon yaitu Kiana.
"Ki, gue tunggu didepan," ucap Naren sambil berjalan menuju mobil.
"mau kemana Ren mendadak gini?"
"Ketaman kemarin, gue sampai harus udah stay di depan ya."
"Astaga lo bilangnya mendadak, bentar gue siap-siap."Naren mematikan ponselnya dan meletakkan ke saku celananya. Ia pun masuk ke dalam mobil dan pergi menuju rumah Kiana.
Mereka berdua pun sampai di taman yang ia datangi sebelumnya. Naren dan Kiana turun dari mobil dan berjalan menuju tengah-tengah.
"kenapa lo ngajak gue mendadak gini Ren?" Kiana tersenyum lebar .
"Gue bosen, gue mau ngajak Anansya tapi," Naren menggantungkan perkataannya dan sejenak diam.
"tapi?" tanya Kiana memastikan sebenarnya.
"Lupain, intinya lo yang gue ajak kesini," Naren tidak mau membahas hal itu lagi, ia pun melanjutkan langkahnya ke taman."ya lo ngajak gue kesini, tapi yang pertama mau lo ajak itu Anansya Ren," batin Kiana.
Setelah ada beberapa langkah Naren berjalan. Pandangan Naren berhenti tepat pada kursi yang ada ditengah taman itu. Ia melihat ada satu perempuan dan pria.
Kiana menatap Naren dengan sangat bingung dan mengikuti arah pandangan yang di lihat Naren. "kenapa lo natap orang itu kayak serius Ren?" tanya Kiana penasaran.
"Perempuan itu kayak Anansya,"Saat mendengarkan itu. Kiana memincingkan matanya ke samping. Dia tidak suka di saat lagi berduaan dengan Naren begini harus ada kata "Anansya." Tapi dengan begitu Kiana tidak mungkin langsung nyruruh Naren buat tidak membahas Anansya.
"Iya ya. Kayak Anansya, Ren. Tapi kok sama cowok ya. Apa itu pacarnya," Kiana memanas-manasin Naren dengan mengucapkan hal tersebut.Dua orang yang ada di kursi taman itu pun berdiri bersamaan. Memang benar. Itu adalah Anansya. Namun Naren tidak mengenal siapa cowok tersebut.
Setelah memastikan bahwa itu Anansya atau bukan. Naren langsung membalikkan badannya. "Ayok pergi!" suruh Naren pada Kiana.
"Loh, kenapa Ren, padahal kita baru sampai kok udah pergi aja," protes Kiana.
"Gue bilang ayok, ayok! Kalau nggak lo gue tinggal," bentak Naren.Entah mengapa setelah melihat kemesraan yang ada pada Anansya dan cowok itu. Naren menjadi marah.
Naren pun jalan meninggalkan Kiana yang sedang melihat Anansya dan cowok tersebut.Kiana sadar bahwa langkah Naren sudah mulai jauh darinya. "Naren tungguin!" teriak Kiana. Sebelum Kiana mengikuti Naren. Ia tersenyum sinis pada Anansya dan cowok itu.
GIMANA CERITANYA? SERU? SELAMAT MENUNGGU BAB SELANJUTNYAAA GAISS. MAKASIH BUAT YANG VOTE DAN KOMEN YAAA.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU, KAMU, DAN SAHABATKU
Teen Fictionini adalah cerita fiksi semata. Anansya yang sampai sekarang ini tidak bisa melupakan cowo yang bernama Narendra algerio . Cowo yang perhatian dan baik menurut Anansya, dan dijadikan rumah bagi Anansya. "kenapa lo selalu datang diwaktu yang tepat s...