BAB 9

84 44 5
                                    

               SIAPA YANG PENTING?

Pagi pun tiba. Kila berjalan menuju kamar Naren. Karena dia tau bahwa perempuan yang Naren bawa tadi malam tidur dikamarnya Naren. Kila ingin mengecek siapa sebenarnya perempuan itu. Kila pun sampai didepan pintu kamar Naren.

"Nak, udah bangun." ucap Kila sambil mengetok pintu kamar Naren.

Tetapi tidak ada jawabam dari Anansya. Dia masih tertidur dengan badan yang gemetar. Dia merasa badannya sangat dingin. Kila bingung kenapa tidak ada balasan dari Anansya.

Kila pun nekad membuka pintu kamar Naren walau Anansya tidak menjawab. Setelah membuka pintu kamar itu. Kila melihat Anansya yang gemetar. Kila panik dan langsung mendekat kearah Anansya.

"Kamu kenapa, nak," ucap Kila panik.

Kila memegang pipi Anansya dan seluruh badannya. Badan Ananysa sangat panas. Kila segera memanggil Naren.

"Naren, Naren," Teriak Kila.

Naren baru saja bangun tidur. Dia mendengar suara perempuan yang sangat nyaring memanggil namanya. Dia pun keluar kamar dan berjalan menuju sumber suara itu. Kamar yang ia tempatin tadi malam tidak jauh dari kamarnya sendiri. Dia melewati kamarnya dan melihat Kila menyelimuti tubuh Anansya. Muka kila terlihat sangat panik.

Naren pun masuk. Dia melihat Anansya dengan tubuh yang gemetar. Naren memegang pipi Anansya.

"Dia demam, ma," ucap Naren.
"Iya, ren, gimana ini, mama panik," jawab Kila.
"Kompres ma Kompres, sekalian ambil obat," suruh Naren.

Kila pun keluar kamar. Dia segera mengambil kompres dan obat seperti yang dikatakan Naren. Setelah mengambil barang-barangnya. Kila kembali menaiki tangga menuju kamar Naren.

Kila sampai dikamar Naren. Dia langsung memberi kompres itu pada Naren.

"Ini, ren," ucap Kila sambil mengulurkan tangannya.

Naren pun mencelupkan kain keair dan mengompres Anansya.

"Sya, lo kenapa sya, jangan sakit sya, gua khawatir sama lo sya,"

drt.... drt...

Disaat Naren mengompres Anansya. Handphone milik Naren berbunyi. Dia mengambil handphonenya disaku celananya.

"Ma, gantian ma, Naren mau ngecek hp dulu," pinta Naren.
"Yaudah sini," jawab Kila.

Kila pun kembali mengompres badan Anansya. Sementara Naren mengangkat telpon. Dia keluar kamar untuk berbicara.

Kiana? Ngapain?... ucap Naren dalam hati setelah melihat handphonenya.

Dia pun mengangkat telpon dari Kiana.

"kenapa?" tanya Naren.

"bisa temenin aku ga ren?"
Naren melihat kearah kamarnya dan melihat Kila masih mengompres Anansya. "kemana, ki?"

"mau kesupermarket ren, beli barang."

Naren kembali melihat kearah kamarnya. Dia sejenak terdiam. Disatu sisi dia harus membawa Anansya kerumah sakit dan disisi lain Kiana membutuhkannya.

"Ren, kok diam?"
"gua harus bawa Assya kerumah sakit, ki," ucap Naren.

"Nyokap, bokap dia kan ada dirumah Ren, kenapa harus lo yang bawa dia kerumah sakit."

Naren masih melihat kearah kamarnya. Dirinya masih bingung harus bagaimana. "Assya dirumah gua sekarang, ki"

"kok dirumah Lo?"
"panjang ceritanya,"
"Kan ada nyokap lo Ren, tolonglah temenin gua, plis, lo ga kasihan sama gua, ya ya plis."

AKU, KAMU, DAN SAHABATKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang