BAB 11

61 29 4
                                    

                        SIAPA DIA?

Setelah pulang sekolah tiba. Anansya memutuskan untuk pulang kerumahnya setelah kejadian kemarin. Walapun dirinya akan dimarahi oleh kedua orang tuanya. Tidak mungkin dirinya harus terus diluaran.

Anansya sampai didepan rumahnya. Dia pulang menggunakan taxsi yang dipesan. Perlahan Anansya membuka pintu rumah. Tidak ada tanda-tanda bahwa kedua orang tua dan kakaknya dirumah.

"Huh, aman," ujar Anansya pada dirinya sambil menghela napas lega.

Anansya segera pergi ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Setelah selesai. Anansya melemparkan dirinya ke kasur. Kedua tangannya terlentang. Dirinya menatap atap kamarnya.

"Untung mami, sama papi gak dirumah," batinnya.

Tak lama pun. Anansya menutup kedua matanya. Dia ingin tertidur untuk beberapa saat sebelum Eca dan Arga datang.

Beberapa menit Anansya tertidur. Handphone yang berada disaku rok Anansya berbunyi. Anansya sontak kaget. Dirinya yang tadinya tertidur. Kini membuka matanya.

"Huh, siapa sih, ganggu aja,"

Anansya mengambil handphonenya. Dia melihat layar handphone miliknya. Ternyata Renaya - sahabatnya yang menelpon.

"Si kampret ini ternyata yang nelpon," batin Anansya.

Dia segera mengangkat telepon dari Renaya.

"kenapa, Re?" tanya Anansya sambil menutup kembali kedua matanya.

"Ayok beli makanan, sya, gua bosen dirumah."
Anansya langsung membuka kedua matanya dan berdiri. Tadi dia ingin tertidur. Tetapi saat Renaya mengajaknya untuk membeli makanan. Anansya seketika bersemangat untuk menerima ajakan Renaya. "Gas, ayok, gak dari tadi lo ngajak,"
"Ye, langsung semangat gini lo kalau soal makanan"

Anansya tertawa pelan dan menggarut tengkunya yang sebenarnya tidak gatal. Benar yang dikatanya oleh Renaya. Kalau hal yang berhubungan tentang makanan. Anansya paling depan. "Hehe, yaudah ah ayok jangan lama-lama, Re. Gua laper soalnya," desak Anansya.
"Iya, iya sabar. Tunggu didepan biar gua jemput."
"Oke sayangku, my darling,"

Anansya pun mematikan telponnya dan bergegas keluar kamar. Dirinya tidak sabar untuk membeli makanan. Soalnya dia dan Renaya tidak makan dikantin saat bel istirahat tiba. Anansya dengan penuh semangat menunggu Renaya didepan gerbang rumahnya. Dia melihat sekeliling jalan untuk melihat mobil Renaya. Tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa Mobil Renaya disana. Anansya terus melihat handphone dan jalan.

"Si Renaya dari paris dulu apa ya, lama banget anjir," kesalnya.

Tak lama pun Renaya sampai. Dia membuka kaca mobilnya. Renaya melihat Anansya dengan raut wajah sedikit kesal dan marah.

"Udah, ayok naik," pinta Renaya.
"Lo gak bisa lebih lama lagi kah, kalau bisa setahun lagi aja lo datang," Anansya memegang kava mobil Renaya sambil menatap sinis pada Renaya.

Renaya mengelus pipi Anansya dengan gemas. "Utututu, udah ya, Renaya kan udah sampai, jangan marah gitu dong anak mami Eca," Kekeh Renaya. "Udah, lo masuk atau gua tinggal ini." sambung Renaya.

"Iya, sabar!"

Setelah Anansya masuk kemobil. Renaya menjalankan mobilnya dengan stabil. Mereka pun berencana pergi ke suatu mall yang lumayan jauh dari rumah mereka.

Mereka berdua sampai ditempat tujuan. Anansya dan Renaya keluar dari mobil dan berjalan masuk kedalam mall tersebut. Mereka melihat-lihat sekeliling mall.

"Sya," panggil Renaya.
"Ha, apa,"
"kita kemana dulu?" tanya Renaya.

"Terserah aja deh, gua ngikut lo," jawab Anansya sambil memainkan handphonenya. "Eh, iya, jangan lupa sama makanan Re," sambung Anansya sambil mengingatkan Renaya akan hal pertama kedatangan mereka kesini.

"Yee, makanan aja terus, makan. Sekalian noh seisi mall ni lo makan," Renaya menoel kepala Anansya dengan pelan.

"Wleee, gak peduliii," cibir Anansya.

Renaya tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi sahabatnya yang satu ini. Dia pun akhirnya diam dan berjalan menelusuri sekitar mall.

"Syaaaa...." Renaya menggoyang-goyangkan lengan Anansya yang sedang bermain handphone.

Anansya tidak langsung menoleh kearah Renaya. Dia hanya terus fokus dengan handphonenya. "Ha, apa,"

"Syaaaa......, lihat sini Syaaaa," ucap Renaya yang melihat kearah kanan mall.
Anansya selalu fokus dengan handphonenya. "Apaan emang. Paling gak pentingkan," jawab Anansya.

Renaya pun seketika melihat kearah Anansya yang sedang fokus bermain hp. Renaya geram melihat Anansya. Ingin rasanya dia mengambil handphone milik Anansya.

"Apa salahnya lo lihat dulu, hp mulu lo,"

Anansya langsung menurunkan tangannya dan melihat Renaya.

"Apa, kenapa, " balas Anansya.

Renaya langsung menunjuk kearah kanan mall. Anansya mengikuti arah tangan Renaya. Dua melihat Naren bersama seorang wanita. Tapi yang paling membingungkanya itu. Siapa wanita itu. Bukan Kiana dan bukan Kila-mamanya Naren.

"Re. Naren, itu Naren, Re," Anansya menatap bahu Naren yang begitu gagah dan kekah. Tangan Anansya memegang pundak Renaya.

"Nah kan, apa gua bilang, lihat dulu makanya," cetus Renaya.

"Tapi, siapa perempuan itu, Re?" tanya Anansya penuh kepastian.
"Lo pikir gua tau," jawab Renaya. "Tapu kan, sya, itu bukan Kiana. Jadi siapa dong," tambah Renaya.

"Nah, masalahnya itu. Siapa tu cewek yang sama Naren. Mana sambil fotoin Naren lagi, Re. Kayak pacaran mereka Re," muka Anansya menampakkan kecemburuan.

Seketika pun Anansya mengalihkan pandangannya. Dia tidak ingin membuat hati mungilnya terus menerus sakit hanya karna melihat hal seperti ini lagi. Tapi pertanyaan 'cewek itu siapa, apakah pacarnya Naren?' selalu bermunculan dipikiran Anansya. Tidak mungkin dirinya langsung mendatangi kedua insan yang sedang bermesraan itu.

Naren, dia bersama Sheinnara. Sheinara Adalah temen masa kecilnya Naren. Perempuan yang dia percayai sejak kecil hingga sekarang. Sicewek tubuh pendek, putih mungil dan pastinya Cantik. Tentu saja Anansya dan Renaya tidak mengetahui perempuan ini. Karena Naren tidak pernah memperkenalkan Sheinnara pada mereka. Bahkan pada Kiana. Mungkin Anansya mengira itu pacarnya. Tentu. Karena begitu sangat mesranya kedua insan ini, Naren dan Sheinnara.

Naren melihat keberadaan Anansya dan Renaya dimall yang sama. Dia melihat Anansya dengan muka murungnya dan Renaya yang terus menerus membujuk Anansya.

"Anansya, dia lihat gua gak ya sama Shein?" batin Naren.

Naren kembali melihat barang-barangnya yang ia dan Sheinnara beli.

"Shei, ada temen gua disini, yang gua ceritain itu, si Anansya," ujar Naren.

Sheinnara, dia tahu tentang Anansya, Kiana, dan Renaya. Naren sudah memberi tahu tentang kejadian yang dia alami pada Sheinnara. Wajar, karena Sheinnara adalah orang uang dipercayai oleh Naren lebih dari pada kedua orang tuanya.

"Oh, ajak kesini aja, Ren, biar gabung," suruh Sheinnara.

"Bentar, biar gua panggil,"

Naren membalikkan badan. Dia berjalan ketempat Renaya dan Anansya. Tak lama pun setelah beberapa langkah Naren berjalan. Anansya dan Renaya pergi keluar dari mall tersebut. Naren langsung menghentikan langkahnya. Tampa berfikir panjang dia berbalik badan dan kembali ke Sheinnara.

"Dah pergi Dia, Shei," ucap Naren.
"Oh, yaudah, kapan kapan aja gua kenalan sama dia," jawab Sheinnara.

Mereka berdua pun kembali melihat barang-barangnya yang ada dimall. Sementara Anansya dan Renaya pergi dan tidak tahu kemana. Mereka tidak jadi makan dimall. Karena melihat Naren dengan perempuan itu-Sheinnara.

HAI HAIII, GIMANA SAMA PART INI? SERU DONG PASTINYA? HAHAHA SEMOGA CERITA YANG AKU BUAT SELALU SERU YAAA. MAKASIHHH SUDAHHH VOTE CERITA AKUU. TENGKYUUU

Yang kepo dengan akun sosmed aku boleh cek dibawah ini yaa gaiss.

TIKTOK : @pelinkeceh
INSTAGRAM : @liliaazelana

ini ya, kalau mau follow' aja gapapa, tengkyuuuu.

AKU, KAMU, DAN SAHABATKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang