BAB 14

41 20 0
                                    

                           TAMAN

Pagi hari. Dihari weekend. Anansya memutuskan untuk pergi dari rumah. Dirinya ingin me time. Sudah lama dia tidak melakukan hal itu. Karena disaat yang sekarang banyak tugas dan bahkan hal-hal lain yang membuat dirinya tidak ada waktu hiburan sendiri.

Anansya memutuskan pergi kesuatu taman yang sering ia datangin di waktu kecil bersama mami dan papinya. Namun belakangan terakhir ini, ia dan kedua orang tuanya tidak ada waktu untuk kesana lagi. Jadi Anansya memutuskan untuk pergi sendiri.

Ia sudah mempersiapkan peralatan seperti, buku, airponds bahkan cemilan yang ia beli kemarin.

Anansya pun sampai ditaman. Ia melihat taman itu sangat indah, sejuk. Berbeda dengan di waktu ia pergi bersama Eca dan Arga. Banyak sekali perubahan yang terjadi pada taman itu.

Senyum manis Anansya memperlihatkan bahwa dirinya kangen dengan suasana taman ini. Apalagi sekarang taman itu dikunjungi oleh banyaknya anak-anak kecil yang menggemaskan.

Saat melihat anak kecil yang bermain ditaman. Ia sangat terharu. Ia mengingat di waktu dirinya bermain seperti yang dilakukan anak kecil tersebut. Ingin rasanya Anansya kembali ke umur balita agar merasakan apa yang dirasakan anak kecil itu.

"Lucu banget, ternyata gue dulu seceria itu ya sama mami papi pas ditaman ini," gumamnya sambil menatap senduh anak kecil yang sedang bermain Itu.

Anansya pun kini mencari tempat untuk ia duduk dan merasakan keindahan taman. Anansya pun mendapatkan tempat, lalu duduk dikursi taman.

Ia mengeluarkan barang-barang yang ia bawa dari rumah untuk dipergunakan di taman. Anansya pun kini membaca buku yang ia bawa sambil mendengarkan musik. Ada juga cemilan dan minuman yang menemani dirinya saat membaca buku.

Dari sebelah kanan taman. Naren memarkirkan mobilnya. Naren juga datang ketaman tersebut karena ingin sendiri. Setelah Naren memarkirkan mobilnya. Ia keluar dari mobil dan melihat ke sekeliling taman. Begitu sangat indahnya taman ini sampai membuat Naren tersenyum manis. Tidak biasanya Naren tersenyum saat melihat tempat yang ia kunjungi.

Naren pun berjalan kearah tengah taman. Saat melihat sebelah kiri taman. Naren melihat seorang perempuan berambut hitam gelombang, dan ada pita dirambutnya. Naren sangat tidak asing dengan pita yang ada dikepala perempuan itu.

Naren terus menatap rambut perempuan itu, ia berfikir keras, siapa perempuan yang ia temui selalu memakai pita kemana-mana. Bahkan warna pita yang dipakai perempuan yang ia lihat ditaman sama persis seperti pita perempuan yang sering ditemui Naren.

Setelah melihat postur tubuh dan ciri-ciri perempuan tersebut. Naren mengingat satu perempuan. Yaitu Anansya.

"Gak mungkin Anansya kan?" batinnya.

Naren semakin penasaran tentang perempuan yang dia lihat. Naren pun berjalan mendekati keberadaan perempuan itu. Setelah ada beberapa langkah Naren berjalan. Anansya berdiri dari tempatnya. Ia melihat sosok laki-laki bertubuh kekar, berpakaian rapi dan farfumnya sangat harum membuat hidung Anansya nyaman menyium bau farfum tersebut.

Laki-laki yang dilihat Anansya itu berjalan mendekat kearahnya. Anansya tidak melihat dengan jelas wajah laki-laki itu. Karena ditutupi topi yang dipakai laki-laki tersebut.

Naren melihat wajah perempuan itu. Ia langsung tersenyum. Benar dugaan Naren. Perempuan itu adalah Anansya. Naren pun semakin mendekat kearah Anansya.

Anansya mengernitkan dahinya. Dirinya sangat bingung, kenapa laki-laki itu mendekatinya. Tetapi Anansya tidak pergi, ia menunggu sampainya laki-laki itu, karena dia juga penasaran siapa sebenarnya.

Naren pun sampai tepat dihadapannya. Ia kaget saat laki-laki itu mengangkat wajahnya hingga Anansya melihat dengan jelas.

"NAREN!" Kedua mata Anansya melotot saat melihat keberadaan Naren.

Sebuah kebetulan ia bertemu Naren. Padahal dirinya ingin sendiri untuk saat ini. Tetapi tidak mungkin ia kabur atau menyuruh Naren pergi dari taman.

"Hai, sya," sapa Naren.
"Lo ngapain disini!"

Ucapan Anansya membuat Naren bingung. Emang kenapa dengan keberadaannya disini. Lagian juga ini tempat umum yang dikunjungi oleh siapapun.

"kenapa, sya?" tanya Naren
"Nggak, nggak," jawab Anansya.

Naren memandang sekeliling taman melihat keindahan taman itu.

"Indah banget ya, sya tamannya," ujar Naren.
Anansya melihat kearah Naren.
"Ha. Aaaa iya iya, taman ini emang indah," 

Naren kembali melihat kepada Anansya. "Lo ngapain disini,"
Anansya mensiniskan matanya kearah Naren. "Emang kenapa, gak boleh,"

Naren tersenyum tipis melihat Anansya. "Santai kali, sya, gue juga cuman nanya,"

"Gue disini lagi me time," ucap Anansya dengan jujur.

Naren menganggungkan kepalanya paham. Ternyata Anansya sama niatnya dengan dirinya. Naren juga datang ketaman tersebut hanya untuk me time. Tetapi dengan keajaiban. Ia dipertemukan dengan Anansya dengan tidak sengaja.

Naren seketika duduk dikursi yang ditempati Anansya tadi. "Sini, sya, duduk bareng," ajak Naren sambil membersihkan tempat duduk dengan tangannya.

Anansya pun duduk seperti yang disuruh Naren. Ia kembali membaca buku yang ia bawa. Naren tersenyum melihat Anansya membaca buku.

Anansya melirik kearah Naren. Ia langsung menutup bukunya dan mendekatkan wajahnya kewajah Naren. "Kenapa natap gue kayak gitu, naksir ya,"

Naren langsung mengalihkan pandangannya ke depan. Muka datar Naren kembali ia tunjukkan. Anansya tersenyum tipis saat melihat tingkah Naren. Padahal yang duluan menatap itu Naren. Pas di tatap balik malah ngalihkan pandangan.

"Gak usah kepedean lo," ujar Naren.
Mendengar ucapan Naren, Anansya kembali melihat Naren. Anansya berkacak pinggang dan berkata. "Harus dong, percaya diri itu bagus,"

Naren terkekeh saat mendengarkan ucapan Anansya. Begitula perempuan ini. Selalu percaya diri. Soal apapun. Kalau jadi Naren sih udah malu kalau kepedeannya tingkat dewa.

Anansya memincingkan kedua matanya melihat Naren. Dia kembali membaca buku yang ia bawa itu.

"Udah dua kali gue kesini, tetap sama aja indahnya taman ini," ujar Naren.
"Emang lo kapan datang kesini, selain sekarang," sahut Anansya.
"Minggu lalu, sama Kiana," ucap jujur Naren.

Deg...

Hati Anansya seketika berdetak kencang. Bukan salting, tapi cemburu. Lagi-lagi ia mendengarkan kedekatan Naren dan Kiana. Bukan tidak suka. Tetapi siapa yang gak cemburu saat mendengar orang yang kita suka dekat sama sahabat kita.

"Oh, gitu,"
"Kenapa lo, singkat, tadi kepedean," Naren penasaran kenapa tiba-tiba saja Anansya merubah, wajahnya seperti orang gelisah dan cemburu.

"Nggak, gue gak apa-apa," ucap Anansya meyakinkan Naren.

"Jangan-jangan lo cemburu?" tanya Naren.
"Ga-gak ya, nga-ngapain gue cemburu, gak penting,"

Anansya tidak menyangka. Taman yang sering ia jumpai sejak kecil kini jadi tempat bucinan orang yang ia suka bersama sahabat dekatnya. Didalam pikiran Anansya sebenarnya tidak apa-apa, tetapi dalam hati Anansya terasa sakit. Cemburu yang ia dapatkan terlalu banyak saat ini.

HAI HAI GAIYS, MAAF YA UPNYA LAMA. SEMOGA CERITA INI SERU YAAA. MAKASIHH SEMUA YANG UDAH BACA BAB SEBELUMNYA. THNK YOU SO MUCH.

AKU, KAMU, DAN SAHABATKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang