SIAPAKAH DIA?
Anansya dan Renaya pergi ke kantin berdua. Lagi dan lagi Anansya tidak mengajak Kiana. Ia masih merasa kesal dan marah pada Kiana. Begitupun Renaya. Dia tidak menyangka Kiana bisa memfitnah Anansya sampai segitunya hanya untuk mendapatkan Naren.
Mereka berdua pun ingin memesan makanan di kantin. Anansya dan Renaya sangat asik berbicara saat berjalan. Hingga membuat mereka tidak sengaja menyenggol salah satu siswa SMA Nusantara yang sedang membawa semangkok soto panas.
"Anansya Awas,"
Pyarrrr
"Aw. Arghh panas banget. Perih,"
Soto itu mengenai tangan Anansya. Ia meringis ke penasan."Sini tangannya,"
Suara berat itu menyapa telinga Anansya. Saat Anansya mendongak, ia melihat sosok pria yang sedang ada disampingnya. Bertubuh tinggi, berpakain acak-acakan dan memiliki muka tampan. Bukan Naren.Anansya menatap pria itu sambil bergeleng. Tetapi raut wajahnya Anansya menahan perih. Tanpa aba-aba, pria ini langsung mengambil tangan Anansya dan menghembusnya secara perlahan.
"Ng-nggak usah," ucap Anansya pada pria itu.
Namun pria itu tidak mendengarkan perkataan Anansya, ia terus menghembus tangan Anansya agar perih yang Anansya rasanya berkurang."Gimana? Udah berkurang perihnya?" tanya pria itu.
Anansya mengangguk menandakan bahwa perih yang ia rasanya mulai berkurang.
"Lain kali hati-hati," ucapnya.
"I-iya, makasih ya," jawab Anansya.Anansya lebih dalam menatap pria itu. Ia seperti pernah melihat sosok laki-laki ini. Tetapi Anansya lupa entah dimana ia melihat pria ini. Dari pada Anansya terus bingung. Ia memberanikan diri untuk bertanya pada pria itu.
"kita pernah Ketemu?" tanya Anansya pada pria itu.
Pria itu tersenyum. Memang benar. Mereka berdua pernah bertemu.
"Gue Keenan, cowo yang lo tarik waktu lo di kejar sama teman lo waktu itu," ucap Keenan memberitahu semuanya agar Anansya mengingat kejadian kemarin.Renaya bingung setelah mendengarkan perkataan Keenan.
"kejadian kemarin? Memang apa, kok Anansya gak bilang kegue ya?," batin Renaya.Disisi lain, Anansya mencoba mengingat waktu di taman kemarin. Untungnya Anansya bisa mengingat kejadian itu. Ia mengangguk sambil tersenyum menampakkan giginya.
"udah ingat?" tanya Keenan memastikan.
"Udah. Sorry ya soal waktu itu, gue reflek aja narik tangan lo," Anansya menggarut tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.
Keenan mengalihkan pandangannya ke Renaya. Ia baru sadar bahwa teman Anansya ada disampingnya dari tadi."Teman lo." Keenan menunjuk ke arah Renaya.
Anansya melihat ke arah Renaya. "Iya, dia teman gue. Namanya Renaya,"
Setelah mendengarkan ucapan Anansya. Keenan mengangguk paham."Sya, ayok makan, gue laper," Renaya memasang muka lesu. Ia dari tadi ingin makan di kantin karena kelaperan.
"Eh, iya, gue juga laper nih," ucap Anansya.
"Tangan lo udah gak perih lagi, Sya, " Keenan terus memastikan apakah sudah baik-baik saja atau belum.
Anansya langsung menoleh ke arah Keenan.Sebenarnya masih perih di tanganya. Tetapi ia tidak mau terlihat lemah di depan Keenan. Baginya itu tidaklah sakit. Cuman hanya perih. Jadi masih bisa untuk ke kantin. Dari pada ia laper.
"Udah nggak apa-apa kok Nan, udah mendingan," ucapnya.Renaya menarik-narik tangan Anansya. "Ayok Sya, jangan pakai lama, keburu habis tuh makanannya," desak Renaya.
"Iya, oke, ayok,"Anansya dan Renaya pergi meninggalkan Keenan. Anansya tidak sempat berpamit pada Keenan. Karena sahabatnya ini sudah tidak sabar ingin makan di kantin. Sebenarnya dirinya juga tidak sabar tetapi tidak mungkin ia meninggalkan Keenan begitu saja.
Keenan pun pergi dari tempat itu.
Setelah Anansya dan Renaya selesai memesan makanan di kantin. Mereka duduk di meja kantin. Anansya dan Renaya segera menunggu kedatangan makanan pesanan mereka."Sya, ganteng ya tuh cowok tadi," ujar Renaya memegang pundak Anansya.
Anansya menatap Renaya. Memang benar kata Renaya. Keenan sangat ganteng, bisa dibilang melebihi kegantengan Naren.
"Iya, ganteng," ucap Anansya dengan muka datar.
Anansya mengerutkan dahinya. "kok kayak gak serius gitu lo bilangnya?" tanya Renaya bingung.Apa yang di katanya Renaya itu sangat benar. Raut wajah Anansya saat mengatakan bahwa Keenan itu ganteng seperti tidak serius - bercanda. Kalau Anansya mengatakan sosok pria itu ganteng pasti Anansya tersenyum lebar sambil menghayal yang enggak-enggak. Tetapi ini sangat berbeda. Anansya tidak bereaksi apa-apa. Bahkan mukanya begitu sangat tidak meyakinkan.
"Oh iya Sya, tadi Keenan bilang kejadian kemarin. Kejadian apa woi, lo gak pernah cerita kegue," Renaya baru mengingat apa yang dikatanya Keenan tadi. Dia penasaran sebenarnya kejadian apa yang terjadi pada Anansya kemarin.
Setelah Anansya mendengarkan ucapan Renaya. Ia seketika terdiam membeku. Ia rasanya ingin menghapus semua memori yang terjadi kemarin. Karena Anansya tidak ingin mengingat hal itu sampai kapan pun.
Saat melihat tidak ada jawaban dari Anansya. Kini Renaya menggoyang-goyangkan lengan Anansya. "Sya, jawab Sya jangan diam wae lo,"
Anansya menghempaskan tangan Renaya dari lengannya. "Argh, Re sakit, lo apain lengan gue yang kenak soto panas itu," peri yang ada di lengan Anansya itu kembali. Anansya meringis kesaktikan. Ia memegang lengannya sambil menundukkan kepalanya.
"Sya. Plis, gue gak tau Sya, maafin gue Sya." Renaya panik saat melihat Anansya kesakitan. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Karena memang dirinya tidak tahu bahwa lengan Anansya yang ia goyangkan tadi, ternyata yang terkena soto panas.
"Gapapa," Anansya terus merasakan keperihan itu. Tetapi tidak mungkin ia memarahi Renaya. Toh juga Renaya tidak sengaja."Perih lagi tanganya, Sya,"
Tiba-tiba Keenan datang tepat di belakang Anansya dan Renaya. Renaya menoleh. Ia melihat Keenan yang sedang membawa plastik kantongan warna hitam. "Nan tolong nan. Ini tangan Anansya perih lagi gara gue. Tapi gue tadi nggak sengaja," Renaya meminta tolong pada Keenan untuk membantu Anansya.Keenan merasa kasihan melihat Anansya selalu meringis kesaktikan. Ia langsung menggendong Anansya dan membawanya ke uks. Anansya sontak kaget saat merasakan bahwa badannya diangkat oleh Keenan.
"Nan, turunin gue," Anansya merasa tidak enak pada Keenan. Apalagi seluruh siswa siswi SMA Nusantara melihat mereka. Keenan terus membawa Anansya ke uks tanpa menghiraukan perkataan Anansya. Ia tidak mungkin membiarkan Anansya kesakitan terus menerus.
Sesampainya di uks, Keenan meletakkan Anansya di kasur yang sudah disediain di uks. Anansya terus menatap Keenan dengan tidak enak hati.
"masih perih tangannya?" tanya Keenan.
Anansya masih kaget. Ia pun hanya mengangguk pelan.
Keenan langsung menghadap ke Renaya yang ada dibelakangnya. "Ini salep, lo olesin ketangan Anansya pelan-pelan biar perihnya mendingan," bisiknya pada Renaya.
Keenan memberikan kantong hitam yang ada ditangannya pada Renaya. Keenan pun pergi dari uks.GIMANA GAIS CERITANYA? SERU? YANG NUNGGU KELANJUTANNYA ACUNGKAN TANGAN.
NANTI YA AKU LANJUTIN BYE BYE. MAKASII BUAT YANG VOTE DAN KOMEN
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU, KAMU, DAN SAHABATKU
Ficção Adolescenteini adalah cerita fiksi semata. Anansya yang sampai sekarang ini tidak bisa melupakan cowo yang bernama Narendra algerio . Cowo yang perhatian dan baik menurut Anansya, dan dijadikan rumah bagi Anansya. "kenapa lo selalu datang diwaktu yang tepat s...