6. Perubahan sikap

443 57 8
                                    

Pagi itu, pukul tujuh lewat lima menit, Ni-ki tengah berjalan dari rumahnya ke halte sambil chatan sama Junghwan.

Katanya itu anak nanti mau ngajak Ni-ki ke kedai tteokpokie langganannya sepulang sekolah. Ni-ki mah iya-iya aja. Udah lama juga dia gak merasakan rasanya jalan-jalan sepulang sekolah semenjak sekolah di Jepang.

Soalnya kebanyakan temannya di sana pada ambis. Lebih mentingin belajar dari pada berinteraksi dengan sesama.

Makanya, mumpung Junghwan yang ngajak, gas ajalah Ni-ki. Di otaknya terlintas kalo dia harus ngasih traktiran ke Junghwan nanti.

Ni-ki selesai berbalas pesan dengan teman barunya, tepat saat itu bus yang dia tunggu datang.

Ni-ki segera mengeluarkan bus-cardnya dan naik. Tapi saat dia me-tap kartunya di mesin scan..

"Saldo anda tidak cukup."

Mesin itu mengeluarkan bunyi yang tidak dia duga. "Yah.." ternyata saldonya habis. Dia lupa top-up kemarin.

Supir bus itu menatapnya..

"Ada uang tunai?" tanyanya.

"Saya cuma bawa kartu ATM."

"Dik, isi ulang saldomu dulu, terus naik bus berikutnya sepuluh menit lagi."

"Telat dong saya."

"Mau gimana lagi?" tanya Pak Supir. "Cuma itu satu-satunya cara."

Ni-ki diem sebentar buat cari cara. Habis itu dia nyengir, saat sebuah ide melintas di otaknya.

"Tolong gratisin saya untuk hari ini, besok saya bayar dua kali lipat, gimana?" dia mencoba melakukan penawaran.

"Saya pasti naik bus ini."

"Besok saya libur, mau apa kamu?" Denger itu, seketika Ni-ki diem. Gimana, dong?

Pasti telat dia kalo harus turun lagi. Tapi dia lihat, semua penumpang juga terlihat menunggu. Siap untuk berangkat.

"Ini biar saya yang bayarin."

Tiba-tiba, bak penyelamat, terdengar suara di belakangnya. Ni-ki nengok, ternyata itu Jungwon.

Jungwon sambil ngos-ngosan, naik dan berdiri di sebelah Ni-ki.

Pak Supir itu menatap Jungwon dengan senyumnya. "Oooo.. baik banget kamu," katanya.

Jungwon balas tersenyum. Dia menempelkan kartunya di mesin scan.

"Penumpang lebih dari satu."

"Dia temen saya," katanya kemudian.

Ni-ki, dia menatap Jungwon lama. "Makasih ya? Nanti gue ganti."

Bus pun melaju, dan mereka menyusuri koridor untuk mencari tempat duduk. Sayangnya, cuma satu tempat duduk yang tersisa.

"Lo duduk aja," Jungwon menawarkan, yang langsung di tolak sama Ni-ki. Dia lihat anak itu napasnya masih ngos-ngosan.

"Gak usah, lo aja," katanya.

Akhirnya Jungwon duduk sementara Ni-ki berdiri di sebelahnya. Menghadap ke jendela.

Ni-ki menatap Jungwon yang tengah memperhatikan pemandangan luar. Dalam hati dia sama sekali gak menyangka akan dapat pertolongan dari anak ini.

Padahal, kalo misalkan dia jadi Jungwon, udah pasti dia gak peduli. Seperti sebelum-sebelumnya, dia akan menutup mata dan bersikap gak tau apa-apa.

Tapi ternyata, Jungwon –yang selama ini gak pernah Ni-ki pedulikan ketika Wonhee diam-diam mengambil barang-barangnya– malah bersikap baik ke dia.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang