"Mereka masih anak-anak. Jadi kita tidak bisa menggugat mereka." Jay tidak sanggup menatap mata Sunoo saat mengatakan itu. Tidak kuasa melihat ekspresi kecewa yang tergambar jelas sekali di wajahnya.
Padahal beberapa hari yang lalu dia dengan tegas mengatakan akan menyelesaikan kasus ini. Rasanya sangat memalukan.
"Terus adik saya? Bukannya dia juga masih anak-anak?" tanya Sunoo dingin.
Jay ingin menjelaskan seperti yang dikatakan komisaris dengan segenap hatinya, tapi bagaimanapun kalimat yang sudah tersusun rapi di otak itu tidak keluar dari bibirnya.
Jay lalu berdiri dari dudukan yang terbuat dari semen di halaman kantor polisi itu. Berusaha memalingkan diri, dia menatap daun kering yang berjatuhan di lantai paving bawahnya.
"Orang tua pelaku ingin bertemu dengan Jungwon. Sebentar lagi mereka kemari," justru kalimat itu yang keluar dari bibirnya.
"Untuk apa?" Sunoo bertanya sambil menatap punggung polisi muda itu.
"Mereka butuh penyelesaian," jawab Jay.
Sunoo tidak mengiyakan atau menyangkal, tapi malah tertawa lemah.
"Penyelesaian?" gumamnya.
Dia benar-benar tidak mengerti, sebenarnya yang jadi korban di sini siapa?
-----
Dan orang tua anak-anak itu benar-benar menemui Sunoo..
Sunoo menatap empat orang yang duduk di hadapannya. Mereka memperkenalkan diri sebagai orang tua Gwanyoung dan Yeojun. Hanya mereka berempat yang datang.
Polisi menyuruh mereka untuk bicara di ruangan interogasi. Karena jika keputusan damai sudah diperoleh, polisi bisa langsung menutup kasus ini.
"Anak-anak itu cuma bertingkah tidak dewasa. Apa tidak bisa kita berdamai?" tanya ibu dari Gwanyoung. Tatapan matanya sejak tadi seakan terus memandang rendah ke Sunoo.
"Kita bisa ganti semua kerugian yang kamu alami."
Di sebelahnya Mamanya Yeojun menghela napas.
"Kamu mungkin tidak akan mengerti, tapi kami sudah pusing karena pekerjaan di kantor. Lalu kami masih harus mengurusi masalah kecil seperti ini," saat wanita itu bicara, Sunoo bisa melihat sekelebat wajah bibinya muncul. Dia bicara dengan nada bicara yang terdengar sama persis.
"Tuliskan saja berapa nominal yang kamu minta. Lalu mari berdamai." Papanya Gwanyoung menyodorkan cek ke depan Sunoo.
"Gwanyoung memang sedikit nakal, tapi dia masih tau batas." Mata sipit pria itu menatap tajam mata rubah Sunoo dan mereka terlihat saling mengukur kekuatan lewat tatapan itu.
Meskipun lebih tua dan terlihat mengintimidasi, Sunoo balas menatap pria itu dengan tenang, dan beberapa saat kemudian, bibir Sunoo melekuk membentuk senyuman.
"Saya tidak butuh uang," katanya. "Saya cuma butuh keadilan dan permintaan maaf dari kalian."
Dan kalimat yang diucapkan Sunoo, ternyata benar-benar memancing amarah Mamanya Gwanyoung.
"Kenapa kamu sungguh tidak tau malu?" tanyanya dengan nada keras.
"Apa kamu akan puas setelah mengirim anak kami ke penjara?" katanya lagi. Di sebelahnya Mamanya Yeojun mengangguk.
"Kita harus menyelesaikan ini! Kalau kamu bisa mendidiknya dengan baik, tidak akan ada adegan anak-anak kami menyakitinya?!" Dia bicara sambil menggebrak-gebrak meja. Setelah itu dia menunjuk Sunoo.
"Jujur saja! Dari sisi mana kamu melihat kalau hidup adikmu sudah hancur?"
"Jaga bicara anda!" Sunoo merasakan ada campuran yang mengerikan antara rasa marah dan jijik dalam hatinya. Sungguh kotor dan mengerikan sekali mulut orang-orang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home
FanfictionKarena Sunoo tidak membutuhkan siapapun. Kenyataan bahwa dia tidak memiliki siapapun sebagai tempat bersandar, membuatnya belajar untuk mengandalkan diri sendiri. Dan Sunoo percaya, dia jauh lebih bisa diandalkan daripada orang lain. Warn: Genre ce...