12. Perhatian kecil

537 74 1
                                    

Siang ini, Sunoo cukup sibuk melayani pembeli. Dia bolak-balik dari dapur ke depan untuk mengantar pesanan. Dan sesekali menerima pesanan di kasir.

Seperti sebelumnya, toko itu selalu ramai. Apalagi di jam-jam istirahat kantor seperti sekarang.

"Permisi, muffin blueberrynya ada?"

Baru saja Sunoo mau bersandar untuk istirahat sebentar di etalase, pembeli memanggilnya lagi. Seorang gadis SMA.

"Ada. Mau berapa?"

"Tolong bungkuskan dua."

"Iya, tunggu sebentar, ya?"

Sunoo mencatat pesanan itu di kasir –kebetulan hari itu dia harus bertugas di bagian depan. Dan setelah menerima pembayaran, dia membuatkan pesanan gadis itu.

"Maaf, saya tadi pesan bagelnya dua," Sunoo baru saja menyerahkan pesanan anak SMA tadi, waktu ibu-ibu pembeli yang tadi baru dia layani, datang lagi ke counternya.

"Oh, ya? Kalau gitu boleh saya ulang lagi pesanannya? Saya buatkan lagi," katanya sambil mengetik ulang bon di mesin kasir.

Ibu itu memandangnya agak tidak suka. "Kamu anak baru, ya?" tanyanya.

Sunoo menundukkan kepalanya singkat. Dan tersenyum gak enak. "Maaf.."

"Apa toko sebesar ini gak ada bel yang bunyi kalau pesanannya siap?" tanya ibu itu lagi.

"Maaf, kami gak punya. Nanti kami panggil, kalau pesanannya sudah siap."

"Terus saya harus terus berdiri di sini sampai pesanannya keluar, begitu?" Ibu itu menaikkan nada bicaranya, membuat mereka menjadi tontonan pengunjung disitu.

"Atau kamu mau mengantar ini ke meja saya?"

"Ada yang bisa dibantu, bu?" Tiba-tiba seseorang berdiri di sebelah Sunoo. Suaranya terdengar tegas. Sunoo menatap orang itu, dia adalah salah satu rekan kerjanya. Namanya Gaeul. Salah satu ahli pastry di sini.

"Kamu ngapain ikut-ikutan?" Ibu itu terlihat semakin marah. Entah apa yang membuatnya seperti itu. Tapi Sunoo berpikir, mungkin saja suasana hati ibunya sedang gak bagus. Makanya dia jadi sensitif.

"Ibu yang ngapain marah-marah disini?" tanya Gaeul.

"Kak, udah.."

Sunoo mencoba untuk tersenyum manis. "Maaf ya? Nanti saya panggil ka-"

"Udahlah! Antar aja ke meja saya!" Ibu itu melempar beberapa lembar uang won ke meja, tambahan untuk bagel yang kurang.

Gak peduli kalau uang itu jatuh ke lantai, dia kemudian berlalu pergi.

"Waaah, brengsek!"

"Udah, kak.. udah.. udah gak papa.." Sunoo menahan tangan Gaeul yang udah mau ngamuk. Bukan cuma Gaeul, sih. Ini Sunoo juga emosi banget sebenernya. Cuma dia tahan.

Dia lalu jongkok untuk mengambil uang yang jatuh tadi.

"Andai aja dia lebih muda dari gue.." omelnya. Gaeul lalu merebut nota ditangan Sunoo.

"Biar gue yang bikin pesenannya."

"Makasih, kak."

Setelah itu, Gaeul kembali ke belakang.

Meninggalkan Sunoo yang kini senyumnya perlahan menghilang. Dia menunduk menatap kedua tangannya, kemudian menghela napas panjang.

'Kok hari ini begini, ya?'

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang