24. Kejadian malam itu

484 70 6
                                    

Walaupun sudah bertahun-tahun lamanya keluarga Park tidak mengoperasikan tempat itu, warga di sekitar distrik elit itu masih menyebutnya, "Cafe Keluarga Park".

Tempat itu terletak di sebuah gang di jalan tembusan yang cukup ramai pejalan kaki, terutama jika di hari libur dan akhir pekan.

Dari dulu, cafe itu terlihat berbeda dibanding toko di sekitarnya. Dari akses masuk, pintunya langsung menuju ke bawah tanah. Jadi kalau kita mau masuk ke dalam, harus turun tangga terlebih dahulu.

Cafe mewah itu dulu juga termasuk salah satu tempat yang paling ramai serta paling elegan di daerah itu. Tapi kini tempat itu kosong.

Semua itu bermula sejak sepuluh tahun yang lalu. Saat kebakaran besar terjadi di sana, sesuatu yang sampai sekarang masih sering dibicarakan oleh penduduk penghuni gang itu.

Waktu itu hampir tengah malam, seluruh pelayan dan pengunjung cafe berlari sambil berteriak-teriak menaiki tangga, membuat keributan di luar.

"Kebakaran!! Cepat telfon pemadam!!"

Gak ada yang tau apa penyebabnya, tapi karena peristiwa itu, cafe itu langsung berhenti beroperasi, yang kemudian selama bertahun-tahun menjadi tempat tidak berpenghuni.

Tapi baru dua tahun yang lalu. Anak bungsu dari keluarga Park memutuskan menggunakan kembali tempat itu.

Untuk apa?

Gak ada yang tau. Tapi warga sekitar tempat itu sering melihat segerombolan anak laki-laki berseragam SMA yang keluar masuk dari sana.

Entah apa tujuannya tapi mereka berasumsi bahwa anak-anak itu tengah melakukan hal yang kurang baik di dalam sana.

Malam hari, dimana cuaca sedang dingin-dinginnya, Jungwon terlihat menuruni tangga menuju ke ruang bawah tanah itu. Pandangannya menatap ke setiap jengkal bangunan. Lampu-lampunya terlihat menyala terang, walaupun terlihat sepi. Hanya ada beberapa kendaraan terparkir di depan pintu gang.

Jungwon memutuskan menge-chat Gunwook sekali lagi.

Kak Gunwook

Kok sepi..
Bener disini?

Dan gak lama, dia dapat balasan..

Masuk aja, semua udah kumpul
Memang gak banyak yang datang

Jungwon mengantongi handphonenya lagi, lalu menuruni tangga curam dan semakin turun ke bawah tanah itu.

Saat sudah sepenuhnya masuk, anak itu menyusuri koridor yang tampak lebih redup dari sebelumnya karena adanya lampu-lampu temaram menyala lemah di atasnya. Lantai karpet yang menyelimuti lantai itu, meredam bunyi sepatunya.

Tiba di ujung lorong, dia membelok ke kanan, dan langsung berhadapan dengan sebuah pintu besar berwarna cokelat gelap. Pintu itu sedikit terbuka, dan cahaya berkelap-kelip menerobos dari celahnya, membentuk segaris sinar putih di atas lantai yang gelap.

Anak itu mendekat perlahan. Kira-kira semeter dari pintu, dia bisa melihat sebagian kecil ruangan di dalam. Bukan terlihat seperti cafe, melainkan sebuah tempat tongkrongan.

Seperti tempat tongkrongan laki-laki pada umumnya, tempat itu penuh dengan barang-barang menarik. Meja bilyard berada di tengah ruangan. Sofa-sofa kulit berada di ujung ruangan sebelah kiri. Di sebelahnya ada kulkas berisi minuman bersoda. Berbagai macam poster dari karakter DC juga menutupi seluruh permukaan dinding yang kusam.

Dan... di dalam ruangan itu rupanya gak banyak orang.

Dia berhenti bergerak dan mendengarkan dengan serius, karena terdengar suara seseorang bicara dari dalam ruangan itu.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang