"Kata Junghwan, Yuseop adalah kakak sepupu dari Wonhee. Lalu Yuseop adalah teman dekat Gunwook sejak SMP. Kemungkinan Wonhee mulai suka dengan Gunwook, karena mereka pernah bertemu di rumahnya Yuseop."
"Setelah itu Wonhee menyatakan perasaannya ke Gunwook, tapi ditolak. Gara-gara itu, dia jadi benci ke siapapun orang yang disukai oleh Gunwook."
Saat itu sudah hampir tengah malam. Jake yang masih terjaga, sedang duduk di kursi kerjanya. Di depannya laptop masih menyala dan sebuah buku catatan kecil tergeletak di sebelah laptopnya. Jake menggerakkan pandangannya menyusuri judul-judul artikel di internet, me-ngernyit sementara dia mencari sesuatu yang bisa membantunya dalam penyelidikan.
Berawal dari Jay yang mengunjungi kantor divisinya tadi siang. Temannya itu berkata, "meskipun kasus ini sudah tidak kita tangani, kita tetap harus menyelidikinya. Pasti ada sesuatu yang bisa kita gunakan untuk menuntut mereka."
Dan Jay juga berkata, "kita cari jejak kriminal mereka. Meskipun tidak ditunjukan, sekolah pasti masih menyimpan data-data itu."
Saat itu Jake menyarankan..
"Kalau kamu mau ke SMP mereka dulu.. kamu harus bisa meyakinkan kepala sekolah agar dia bisa memberikan informasi soal anak-anak itu,"
Setelah Jake memberikan saran itu, bukannya melakukannya sendiri, Jay malah menyuruh Jake yang mencari cara agar kepala sekolah mau diajak bekerja sama.
Terpaksa, Jake pun menurutinya.
Saat mencari-cari berita soal kepala sekolah itu, mata Jake tiba-tiba berhenti di satu judul..
"Kepala sekolah SMP Byeoksan diduga membocorkan soal ujian."
Jake mengernyit. Dia langsung meng-klik judul itu dan mulai membacanya. Hanya sekilas.
Karena dia lebih tertarik membaca nama jurnalis yang menulis artikel itu..
"Shin Ryujin," gumamnya.
---
Tepat tiga hari kemudian setelah Jungwon dirawat, seorang jaksa datang menemui Sunoo di rumah sakit.
Saat Sunoo sedang menyeka kening Jungwon, Jay muncul di pintu ditemani seorang pria.
Dia perhatikan, pria itu tampak lebih tua dari Jay. Mungkin seusia Kapten Baek.
"Saya Jaksa Lee Dawon," katanya saat baru saja mendekati Sunoo. Matanya terhenti sejenak pada Jungwon yang masih belum sadarkan diri. “Saya turut prihatin."
“Terima kasih,” kata Sunoo.
"Saya ingin berbicara secara pribadi dengan kamu,” lanjut sang Jaksa.
"Saya?" tanya Sunoo. Jaksa itu mengangguk.
"Bisa kah kita pindah ke tempat yang lebih nyaman?"
“Ya, tentu saja." Sunoo terlihat gugup. “Em, bagaimana kalau ke cafe sebelah rumah sakit?"
“Tunjukkan,” kata Jaksa itu pada Sunoo. Dia lalu menatap Jay. "Kamu tidak perlu menemani kami, Inspektur."
Sunoo bertukar pandang gugup dengan Jay saat Jaksa itu keluar lebih dulu. Dan kemudian dia ikut keluar sementara Jay menjaga Jungwon.
Jaksa dan Sunoo berjalan dalam diam menuju cafe yang letaknya ada tepat di sebelah timur rumah sakit.
Mereka tidak mengatakan apa-apa saat masuk ke dalam cafe dan langsung menuju ke kasir untuk memesan latte.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home
FanfictionKarena Sunoo tidak membutuhkan siapapun. Kenyataan bahwa dia tidak memiliki siapapun sebagai tempat bersandar, membuatnya belajar untuk mengandalkan diri sendiri. Dan Sunoo percaya, dia jauh lebih bisa diandalkan daripada orang lain. Warn: Genre ce...