3. Perasaan bersalah

885 110 2
                                    

Pukul enam tiga puluh pagi di hari Selasa itu, Jungwon sudah memakai sepatunya dengan muka yang masih mengantuk.

Sebenarnya ini masih terlalu pagi buat dia berangkat ke sekolah. Cuma kan emang sekolahnya lumayan jauh. Bisa makan waktu setengah jam lebih kalau sekali jalan. Sementara kelasnya dimulai jam setengah delapan.

Jadi harus berangkat pagi lah dia.

Jungwon make tas yang tadi dia taruh di sebelahnya. Sebelum akhirnya berdiri.

"Jungwon berangkat ya, kak?" pamitnya pelan ke dalem rumah.

Terdengar sahutan dari dalem. "Gak ada yang ketinggalan, kan?"

"Gak ada."

"Buku cetak?"

"Udah."

"Tempat pensil?"

"Udah."

"Baju olahraga?"

"Gak ada pelajaran olahraga hari ini."

"Yaudah, hati-hati."

Jungwon berjalan keluar rumah melewati petak rumput yang sudah dipotong rapi oleh Sunoo di halaman, lalu menggeser pintu pagar yang sudah karatan di depan rumahnya.

Dia menyusuri jalanan di komplek itu dalam diam.

Lalu setelah sekitar setengah kilo meter berjalan, Jungwon sudah keluar dari area komplek perumahannya. Dan sekarang dia membelok di sudut ke area pertokoan. Dia melewati deretan ruko-ruko kecil yang masih tutup di mana di salah satu ruko itu adalah tempat kakaknya bekerja.

Jungwon memperhatikan bangunan itu dan dia tersadar..

Kenapa tempat ini sepi sekali?

Biasanya saat dia melewati tempat ini, beberapa orang sudah terlihat sibuk membuka toko mereka. Bahkan di toko tempat Sunoo bekerja pun, kali ini terlihat sepi.

Jungwon mendekat. Di depan pintu toko yang sudah tutup itu tertempel sebuah poster iklan.

'Di Jual. Hub: 010-98xxxxxxx'

Pandangan Jungwon gak lepas dari tulisan itu.

"Udah dijual, ya?" gumamnya.

Setelah berdiri beberapa saat disitu, Jungwon pun melanjutkan perjalanannya.

Dia pergi ke halte yang letaknya gak jauh dari pertokoan itu.

Begitu sampai di halte, gak perlu menunggu lama, bus pertama pada pagi hari itu langsung berhenti tepat di depannya.

Jungwon dan beberapa orang yang menunggu disana pun segera naik.

Dia menyusuri koridor bis, mencari kursi kosong. Beberapa kursi sudah terisi oleh siswa dari berbagai tingkatan.

Dan saat menemukan dua kursi kosong di deret sebelah kiri nomor dua dari belakang, dia langsung mendudukinya.

Bis yang ditumpanginya menderu perlahan sebelum akhirnya mulai berjalan.

Jungwon diam memperhatikan jalanan sepanjang waktu. Matahari masih belum terlihat, tapi suasana sudah mulai terang.

Lalu tiba-tiba, dia merasakan ponselnya geter-geter berulang kali.

Jungwon mengambilnya dan melihat siapa yang chat dia. Ternyata cuma chat dari grup kelasnya. Yang isinya gak penting banget. Mereka ribut soal tugas rumah yang harus dikumpulkan hari ini.

Jungwon langsung mematikan ponselnya. Terus dia masukan lagi ke saku jas almamater bagian dalemnya.

Saat dia melihat keluar, perlahan langit mulai terlihat cerah karena sinar matahari yang muncul. Sementara bis itu juga semakin dekat dengan lokasi sekolahnya.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang