16. Kondisi rumit

484 63 2
                                    


Karena masuk siang di hari Jum'at itu, Sunoo memutuskan untuk pergi belanja di pasar lebih dulu paginya. Setelah mengisi dompetnya dengan beberapa lembar puluhan ribu won, dia keluar dari box mesin ATM dan pergi ke pasar yang letaknya ada di seberang jalan besar.

Sunoo yang hendak menyeberang jalan, di sana dia berdiri menunggu lampu merah menyala. Bersama dengan beberapa orang asing yang hendak pergi ke tempat-tempat di seberang jalan besar itu.

"Baru lagi?" Seorang pemuda bertubuh jangkung seumuran Sunoo, bertanya ke temannya. Mereka berdua ada tepat di sebelah Sunoo.

"Hadiah dari papa," jawab pemuda satunya sambil menjulurkan kaki kirinya.

Penasaran apa yang sedang dibicarakan mereka, Sunoo menunduk untuk melihat kaki pemuda itu. Ada sepasang sepatu Air Jordan berwarna hitam putih yang ada di kakinya.

"Sebenernya gue gak suka desainnya, cuma nanti papa kecewa kalo gak gue pakai," tambahnya.

"Berapa harganya?"

"Lumayan mahal, sih."

Lumayan mahal sih... Sunoo gak mau memikirkan berapa harga sepatu itu.

Mendadak dia mundur dua langkah ke belakang.

Seumur hidupnya belum pernah Sunoo merasa minder seperti sekarang ini.

Saat dia melihat sepatu pemuda itu, lalu dia bandingkan dengan sepatu yang dia kenakan. Jelas perbedaannya terlihat sangat menyedihkan.

Sudah berapa lama sejak terakhir kali dia beli sepatu baru?

Sambil terus menunduk menatap sepatunya, Sunoo membatin, 'aku juga punya papa, kan?'

Tiba-tiba tersadar, Sunoo menggeleng. Apa gunanya mengosongkan tabungannya untuk beli Air Jordan, kalau dia sudah punya sepatu yang bagus sekali? Iya, sepatunya masih bagus kok.

Sunoo memang tidak peduli dengan harganya, tapi dia terus menatap sepatu itu hingga lampu merah menyala.

Dia segera berlari menyeberang jalan.

Dibanding Air Jordan, ada barang-barang yang lebih penting untuk Sunoo beli.

Dia harus membeli kimchi untuk melengkapi lauk makan malamnya nanti.

Pasar itu penuh sesak dengan orang-orang yang berbelanja. Sunoo menyelip-nyelip di antara mereka, memandang berkeliling, dan memikirkan apa yang harus dia beli.

Ada berak-rak kimchi yang beraneka jenis. Daging yang sudah dimarinasi, sayuran tumis, dessert, bahkan roti asin.

Sunoo menyelip di antara gerombolan ibu-ibu dan melihat papan yang tergantung di sudut toko paling jauh, Kedai Gong. Itu adalah kedai langganannya.

Sunoo melihat-lihat aneka lauk yang dipajang di situ.

"Silahkan dipilih."

Sunoo menoleh saat mendengar suara itu.

"Nek, apa kabar?" sapanya.

Nenek pemilik kedai berdiri di belakang etalase.

"Baik. Kamu apa kabar?" tanyanya.

"Saya baik juga."

Sunoo lalu menunjuk ke daging yang diasinkan dan kimchi lobak.

"Tolong ini sama ini, masing-masing satu ons."

"Oke tunggu sebentar."

Selagi menunggu pesanannya disiapkan, Sunoo memperhatikan kondisi sekitar. Dan pandangannya tertuju ke kedai mie kacang hitam yang ada di depannya. Kedai itu sedikit ramai.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang