20. Letting go

455 59 8
                                    

"Lokasinya sudah tau, kan?

"Iya."

"Pakai baju santai aja. Bukan pesta formal, kok."

"Oke."

"Hati-hati, ya?"

"Iya."

Jungwon mengakhiri panggilan dari Gunwook itu. Panggilan pertama setelah terakhir kali, dia menolaknya seminggu yang lalu.

Jungwon mengambil jaketnya yang dia gantungkan di belakang pintu. Setelah itu dia melihat kamarnya yang, tidak seperti biasanya, terlihat sedikit berantakan dan kembali ke ruang tamu dengan rasa enggan. Lalu dia memasukkan handphonenya itu kedalam kantong jaketnya.

Tadi siang Gunwook telfon, katanya papanya baru buka cafe baru. Dan karena hari ini pembukaannya, banyak teman-temannya Gunwook yang di undang. Katanya pesta yang diadakan cuma sederhana.

Jungwon sempat bertanya, kenapa dia harus di undang juga?

Dan Gunwook menjawab, "gimana ya? Dari pada jadi asing, lebih baik kita berteman kan?"

Cahaya matahari di luar mulai menghilang, membuat ruang tamu dipenuhi dengan bayangan di bawah terangnya malam. Rasanya aneh sekali berbicara santai dengan Gunwook setelah kejadian di jembatan waktu itu.

Setelah Jungwon menolak Gunwook, sebenarnya kakak kelasnya itu bisa menerimanya. Meskipun dengan tatapan yang terluka sekali, dia mencoba untuk tersenyum ke Jungwon dan menerima keputusannya.

Hal ini membuat Jungwon merasa bersalah sekali. Dan inilah yang menyebabkan dia tidak bisa menolak permohonan Gunwook kali ini.

Biarkan saja.. mungkin mereka bisa menjadi teman setelah ini..

Jungwon bergegas keluar rumah dan mengunci pintu. Kemudian setelah meletakkan kunci itu di bawah pintu, dia segera bergegas.

Harusnya dia mengabari Sunoo, tapi sepertinya kakaknya itu sedang bersenang-senang dengan Sunghoon. Jadi.. nanti saja lah.

--

Matahari sudah terbenam. Gelap, langit tanpa warna terbentang luas sekali di atas Sunghoon.

Dia menyetir dengan Minju yang kondisinya terlihat lemah, duduk di sebelahnya.

Wajah Sunghoon datar tanpa ekspresi.

Perasaannya telah terpaku oleh kejadian yang baru saja terjadi. Sunghoon memandang jalanan di depannya.

Dan tanpa sadar, dia meneteskan air mata. Perjalanan pulang ini telah memberinya rasa dingin setelah melompat ke dalam laut beberapa saat yang lalu. Tapi rasa dingin itu tak sebanding dengan apa yang dia rasakan di dalam hatinya sekarang. Belum pernah dia merasa begitu sedih, putus asa, dan marah yang luar biasa sekali ketika dia mengetahui bahwa, tidak mungkin ada harapan lagi untuk dia dan Sunoo.

Sunghoon teringat perkataan mamanya waktu itu. Tentang pendapat papanya..

Bahwa tidak peduli tentang apa yang dia rasakan ke Minju sekarang, seiring berjalannya waktu Sunghoon pasti akan mencintainya juga.

Tapi papanya salah, kasusnya berbeda.

Papanya tidak tau berapa lama dia menahan perasaannya selama ini. Lebih dari enam tahun penantiannya sampai pada akhirnya dia bisa menggenggam tangan Sunoo. Selama itu.. Sunghoon bersabar menunggu.. dan hanya dalam sekejab mata saat Sunoo sudah ada disisinya, dia sudah harus melepaskannya lagi.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang