Kejutan Awal Tahun

28 16 13
                                    

Hari baru, bulan baru, tahun yang baru membawa Harumi pada semangat baru. Di sini, di sebuah kedai oden dekat sekolah, Harumi menatap Yuji seolah memandangi masa depannya yang cerah.

Tak sedikitpun gerak-gerik Yuji luput dari perhatiannya. Tahun 1977 telah berlalu. Namun, Harumi ingin mengukir kembali degup-degup yang sama di tahun 1978 ini.

Yuji serius dalam bekerja, tak sekalipun ia terganggu dengan kehadiran Harumi di kedai tersebut, hanya sesekali melemparkan senyuman pada Harumi tak membuat pekerjaan Yuji terbengkalai karenanya.

Paman pemilik kedai begitu menyukai kegesitan Yuji dalam bekerja. Ia pun senang ada Harumi yang duduk dekat jendela, gadis berpipi merah jambu, terlihat pipinya menggelembung karena terus-terusan mengunyah. Kehadiran Harumi yang seperti itu saja sudah cukup menarik minat pelanggan yang kebetulan melihatnya dari luar jendela. Apalagi ekspresi raut muka Harumi yang merona akibat salah tingkah mendapat senyuman Yuji.

Kedai ini menjadi penuh pelanggan, Paman pemilik kedai berterimakasih pada pasangan yang tengah dimabuk asmara itu.

KLANG

KLANG

Lonceng batu yang tergantung di atas pintu kedai berbunyi, menandakan seorang lagi pelanggan memasuki kedai oden.

Seseorang bertubuh tambun dengan pipi bulat muncul memamerkan gigi geliginya yang mirip biji timun.

"Yamazaki-san, o genki desu ka." Yuji menyapa temannya itu riang, seakan lama sekali tak bertemu, Yamazaki langsung memeluk Yuji erat. Yuji sampai sulit bernapas.

"Ada apa ini Yamazaki-san, apa kau sudah gila?"

"Beberapa hari ini kita tidak bertemu bukan?" Yamazaki terkekeh.

Lalu ia melihat Harumi yang merengut ke arahnya. Enak saja datang-datang langsung peluk Yuji, aku saja dari tadi hanya boleh duduk di sini dan melihatnya dari jauh. Gerutu Harumi dalam hatinya.

"Ha-Ha," Yamazaki tertawa melihat Harumi menatap sebal dirinya. Ia pasti menyesal telah mengundangku ke kedai ini, guman Yamazaki dalam hatinya.

Yuji menyajikan apa yang Yamazaki pesan, sementara itu pemandangan dari balik jendela menampilkan siluet cahaya matahari yang tenggelam. Langit meredup. Jalanan terlihat putih ditimpa cahaya biru dari langit. Salju-salju itu lebih menyerupai gumpalan awan yang berserakan.

Bayangan hitam pada pucuk pohon tak berdaun melambai-lambai seakan menarik suasana hati ke dalam kepiluan.

Harumi kaget sendiri dengan asumsi dirinya pada suasana di luar sana, ia yang sedari tadi memangku tangan dan menikmati suasana tenggelamnya matahari pada bibir kaca jendela kedai terpaku dan tak bergeming dengan panggilan Yamazaki kepada dirinya.

"Baiklah, aku tak akan memeluk Yuji lagi. Jangan marah Harumi!" Yamazaki merajuk.

"Aku tidak marah, Yamazaki-san." Harumi melongo menatap Yamazaki.

"Aku sedang tidak fokus," ujarnya lagi.

"Aku sedang memikirkan mengapa langit senja di luar sana begitu kelabu?" ujar Harumi lagi.

"Memang kenapa kalau kelabu?" tanya Yamazaki.

Yuji yang baru saja bergabung langsung duduk di sisi harumi dan mengatakan, "Tidak akan terjadi apa pun, berpikirlah positif Harumi!"

Harumi menyeringai, sumringah karena Yuji telah duduk di sisinya, rupanya arubaito Yuji untuk hari ini telah selesai.

Paman dari kedai oden itu amat baik, mempersilahkan Yuji dan teman-temannya menikmati minuman hangat yang ia sajikan, semacam minuman tradisional jepang terbuat dari rempah-rempah pilihan, menghangatkan badan tetapi tidak memabukkan.

"Aaaaah,"Yamazaki meletakkan cangkir kecilnya setelah menyesapnya lalu memberikan suara kepuasan pada rasa, dan ia pun memulai percakapan.

"Yuji, aku mendengar berita mengenai Ryuchi."

"Berita apa itu?"

"Ayahnya terkena skandal, masa lalu orang tersebut diungkit."

"Kenapa kau ceritakan pada kami?" tanya Harumi.

"Tunggu dulu Harumi!" seru Yamazaki.

Yamazaki sesungguhnya ingin berkata hal serius tapi tak tahu cara memulainya. Ini berkaitan dengan Yuji dan Ryuchi.

"Harumi, biarkan aku bicara sampai selesai? Tolong dengarkan dulu okey?"

Yamazaki meminta dengan serius, ini membuat perasaan Yuji semakin tidak enak.

"Ada apa ini Yamazaki-san? Mengapa mendadak serius begini."

"Ah tidak juga Yuji, aku hanya tak nyaman jika kalimatku terpotong."

"Ehem.. okey, jadi mengenai apa itu?" desak Harumi.

"Aku menyalakan berita di televisi tadi pagi, tak sengaja aku melihat gambar Ryuchi dan ayahnya, mereka memberitakan bahwa konglomerat Sakamoto memiliki anak kembar di masa lalu, sedangkan seorang lagi disinyalir tinggal di panti asuhan."

Yamazaki menarik napas, seakan ia memberi jeda sebentar bagi Yuji untuk berpikir.

"Ah aku baru teringat, jika nama belakang Ryuchi pun Sakamoto. Tapi eh, mengapa Hana?" Yuji menggantungkan ucapannya.

"Hana bukanlah anak Tuan Sakamoto, ayah Ryuchi itu menikahi seorang janda beranak satu." jelas Yamazaki.

Yuji dan Harumi mengangguk. Meskipun masih belum mengerti alasan apa yang membuat Yamazaki begitu serius memberitahu berita tentang ayah Ryuchi ini.

"Banyak yang kau tahu weeh, Yamazaki-san" Harumi menepuk bahu Yamazaki yang duduk berseberangan dengannya, tangannya hampir saja menyenggol teko panas.

"Hati-hati Harumi!" mata Yamazaki melotot memperingatkan. Dalam hatinya ingin sekali membawa Yuji dan bicara berdua, karena Harumi sedikit menganggu, tapi tentu saja itu tidak mungkin karena Harumi bisa saja berteriak padanya atau memukuli kepala Yamazaki dengan tas kecil yang dibawanya.

"Eh, anu Yuji.., ada berita yang menyatakan bahwa ayah Ryuchi pernah membuang salah satu anaknya di panti asuhan, kembaran Ryuchi dan .., eh .., itu adalah panti tempatmu tinggal."

"Uhhuk, a-apa?" mata Yuji terbelalak.

Sedangkan Harumi yang tengah meminum minuman herbal seketika menyemburkan minumannya itu.

Melihat dua sahabatnya itu masih mencoba menduga-duga apa yang tengah di bicarakan, Yamazaki mencoba menjelaskan sekali lagi.

"Aku terlintas dengan dirimu Yuji, ada banyak teman kita yang menyatakan kau mirip Ryuchi. Namun, bukan hanya kami yang merasa, bahkan orang-orang di televisi itu menyatakan curiga pada hal yang sama, kau ingat pertandingan kejuaraan nasional setahun yang lalu? Mereka menaruh kecurigaan yang besar pada lawan yang mengalahkan Ryuchi, seorang anak dari panti yang terlihat mirip dengannya."

Alis Yuji berkedut, hal ini sama sekali tak terduga, ia tak pernah mencurigai bahwa dirinya adalah anak konglomerat, jika benar lalu mengapa orang tuanya meninggalkan dirinya di panti? Meninggalkan seorang bayi dalam keranjang yang tergeletak di halaman panti, hanya sebuah surat yang menyatakan permohonan untuk merawat sang bayi serta menuliskan sebuah nama di kertas surat tersebut 'Yuji Sakamoto'. Oleh sebab itu ibu panti tetap memberikan nama 'Sakamoto' di belakang nama Yuji saat mendaftarkan akte kelahiran. Hari kelahiran yang ibu panti tulis adalah hari di mana saat pertama kali Yuji diketemukan.

"Siapa pembaca berita yang membacakan berita ini tadi pagi?" tanya Harumi pada Yamazaki.

"Mmm, nona Keiko Arai."

Harumi dan Yuji berpandangan, mereka memikirkan hal yang sama, mereka ingin bertanya langsung pada si pembuat berita.

Bersambung

1977  (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang