Pertarungan

49 34 10
                                    

Nakamoto akhirnya berhasil menemukan Yuji. Bukan di dalam perpustakaan seperti dugaannya semula, melainkan Nakamoto menemukan Yuji tercenung di sebuah bangku taman, di mana tatapan Yuji lurus melihat pintu klub karate yag terlihat dari kejauhan.

Tanpa basa-basi Nakamoto langsung menepuk punggung Yuji. Lalu mengambil posisi duduk di sebelah Yuji. Mereka berdua sama-sama melihat ke arah pintu klub karate yang tertutup.

"Kapan latihan?" tanya Yuji pada Nakamoto.

"Satu jam lagi," jawab Nakamoto menunjukan jam di tangannya.

"Hmm, aku benar-benar ingin tahu bagaimana Ryuchi melatih teman-teman kita."

"Itu tidak penting Yuji, ada yang lebih penting lagi. Ini soal Harumi."

"Harumi?" bahu Yuji langsung waspada mendengar nama Harumi disebut.

"Umm, Ryuchi menemui Harumi dan mengajak kencan."

"Hah?" bola mata Yuji seolah melompat saking kagetnya.

"Tunggu, tunggu, bukan kencan sih ... hanya diajak jalan-jalan." Nakamoto menyesali dirinya yang begitu gegabah menyampaikan informasi.

"Tetap saja, bagaimana bisa?"

"Kurasa Ryuchi terobsesi denganmu," celetuk Nakamoto.

Yuji tidak menampik perkataan Nakamoto barusan, sepertinya ia merasakan hal yang sama. Sebuah firasat petarung sejati yang dimilikinya memberi sinyal seorang lawan tangguh sedang mengawasinya.

Yuji cukup cermat memperhitungkan segalanya di detik terakhir keputusannya meninggalkan pertandingan . Tetapi, ia luput akan suatu hal, yaitu harga diri seorang karateka yang menang tanpa melawan, mirip sebuah penghinaan bagi Ryuchi, kehormatannya terluka.

"Aku rasa Ryuchi mendekati Harumi untuk menyakitimu," ucap Nakamoto.

"Ya aku tahu," jawab Yuji cepat, tangannya mengepal tanda sebuah ketidak nyamanan.

"Aku berkata pada Harumi untuk tidak pulang sendirian, kuminta ia untuk menunggumu Yuji."

Yuji terdiam, Harumi memang selalu menunggunya, tapi ia tidak ingin Ryuchi menemui Harumi lagi. Lebih baik Ryuchi menyelesaikan persoalan yang tertunda dengan dirinya. Alih-alih melibatkan Harumi atau siapapun orang yang dekat dengan Yuji.

"Pergilah Nakamoto-san, berlatihlah di klub karate, minta Ryuchi menemuiku sore ini!" Ucapan Yuji amat tegas dan berwibawa.

Nakamoto-san mengangguk dan segera beranjak pergi meninggalkan Yuji.

Yuji mendesah lirih, jemari tangan menyisir helaian rambut yang menjuntai. Semilir angin menerpa pori-pori kulit tangan Yuji yang berkeringat, ia merasa gerah dan sejuk secara bersamaan.

Musim gugur hampir berlalu, sebentar lagi burung-burung yang bertengger di atas ranting kering itu akan berimigrasi, mencari tempat persembunyian dari badai salju yang keras.

Turunnya salju pertama di Osaka bisa dikatakan sedikit terlambat dibandingkan wilayah Jepang lainnya. Namun, juga terkenal indah dan menawan.

Mendadak Yuji ingin menemui Harumi. Sedang apa Harumi sekarang ya? Apakah ia memikirkan ajakan Ryuchi? Apa ia senang? Ya, Ryuchi cukup tampan. Itu yang membuat Yuji khawatir, ia tahu Harumi penyuka lelaki tampan. Kepalanya akan memutar hampir Sembilan puluh derajat jika berpapasan dengan lelaki yang dianggapnya tampan, meskipun sudah ada Yuji disisinya.

Yuji melangkahkan kaki mencari-cari Harumi, dipikirannya hanya ingin segera bertemu.

Tidak sampai sepuluh menit, Yuji menangkap sosok gadis melamun dalam netranya.

1977  (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang