Anak yang Dihilangkan

46 19 12
                                    

Yuji dan Harumi menunggu dengan gelisah, mereka telah menghubungi ibu Harumi untuk memberikan penjelasan terkait berita tadi pagi.

Ibu Harumi menyanggupi untuk pulang cepat, maka dari itulah saat ini Yuji dan Harumi berada di dalam rumah nona Keiko Arai, hanya berdua. Yamazaki tidak mengetahui bahwa nona Keiko adalah ibu Harumi, tentunya Yuji dan Harumi tak ingin mengagetkan Yamazaki untuk kedua kalinya dalam satu hari yang sama tentang asal-usul dua sahabatnya itu.

"Aku tidak dapat membayangkan jika aku adalah kembaran Ryuchi," ucap Yuji lirih.

"Ah, aku justru lebih khawatir jika benar kau adalah adik dari nenek sihir itu!" gerutu Harumi.

"Hana?"

"Yeah," jawab Harumi malas.

"Hmm, Hana pun pernah mencurigai kemiripanku dengan Ryuchi."

"Oh ya, bukankah kau pernah bertemu ayah Ryuchi di pertandingan nasional setahun lalu? Bagaimana, seperti apa dia?"

"Huh, orang yang kejam, aku tak mau jadi anaknya." keluh Yuji, sedikit ada nada cemas dalam intonasi bicaranya.

Sebuah ketukan mengagetkan mereka. Wajah nona Keiko muncul setelah pintu terbuka, Yuji dan Harumi yang berbincang di ruangan tengah, hanya tersekat dinding untuk menggantung mantel tempat nona Keiko melepas sepatu, sudah dipastikan nona Keiko telah mendengar terlebih dahulu apa yang Yuji dan Harumi bicarakan.

Yuji membungkuk tiga puluh derajat padanya, diikuti Harumi yang mengangguk canggung.

Nona Keiko mempersilakan Yuji untuk duduk kembali. Ia mengambil sikap tenang dan memainkan emosi Yuji dan Harumi, saat ini nona Keiko amat berperan layaknya raja yang di tunggu kehadirannya. Duduk beralas bantal dengan melipat kaki serta punggung yang ditegakkan. Ia menatap Yuji lekat.

"Kau pasti sangat kaget Yuji?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Hmm ya, tentu saja. Pembukaan awal tahun yang mengejutkan bagiku," ucap Yuji.

Nona Keiko sedikit tertawa, Yuji merasa itu tawa mengejek. Entah mengapa sejak awal Yuji merasa nona Keiko begitu memusuhinya.

"Tuan Sakamoto amat marah tadi pagi," ujarnya terkekeh.

"Mengapa Ibu senang?" tanya Harumi curiga.

Air muka ibu Harumi berubah seketika, ada tatapan sinis dalam sinar matanya. Ia beralih menatap Yuji.

"Apa kau masih ingat ketika berita besar-besaran mengenai kemenanganmu setahun lalu?"

Yuji mengangguk.

"Tuan Sakamoto datang padaku dengan rasa amarah yang begitu meluap." nona Keiko menghentikan ucapannya sejenak untuk menarik napas.

"Saat itulah aku tersadar ada kemiripan antara dirimu dengannya, kau yang dulu berulangkali menolakku untuk diwawancara."

Bola mata nona Keiko membulat meneliti apakah Yuji menampilkan emosi atau tidak?

"Itu karena kau dulu meremehkanku,"ujar Yuji.

"Ah ya, aku juga pernah diremehkan seseorang, kau tahu siapa?"

"Siapa Okaasan?" tanya Harumi penasaran.

"Ayahmu Yuji!" ucap ibu Harumi ketus.

Yuji terperangah, langsung disangkalnya apa yang ia dengar.

"Aku tidak punya ayah!"

"Kau bisa saja menyangkalnya, tapi ibu panti kesayanganmu itu tidak."

"A-apa ia mengetahui siapa orang tuaku yang sebenarnya?" suara Yuji bergetar, ia tak sanggup membayangkan jika ibu panti yang selama ini dekat dengannya menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting.

Harumi terdiam kaku, ia sungguh ingin berada di sisi Yuji dan mengelus punggung Yuji. Harumi menahan diri karena ibunya mengawasi dengan pandangan penuh dendam pada Yuji, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa ibunya begitu menggebu untuk menjatuhkan Tuan Sakamoto? Harumi bertanya-tanya dalam pikirannya.

Bersambung

1977  (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang