Aishiteru

42 20 17
                                    

Malam pergantian tahun ...

Salju semakin menebal. Yuji mengalungkan syal di leher Harumi. membuat simpul dengan sangat hati-hati. Mereka memandangi gumpalan salju dari balik jendela sebuah kedai kopi yang lebih mirip seperti pondok kayu, kecil tapi terasa hangat.

Yuji merasa berdebar, begitupun Harumi. Bukan lampu hias atau kerlap-kerlip lampu kota yang menghiasi malam pergantian tahun malam ini. Namun, cukup suasana pondok kayu yang hangat dengan kopi panas mengepul dan dinikmati berdua saja.

Memang hanya berdua, Yamazaki dengan senang hati mengalah agar dua sahabatnya itu dapat saling menyatakan cinta.

Harumi masih berdiri dekat jendela, suasana kedai ini sungguh jauh dari romantis. Tidak ada pasangan kekasih yang terlihat, hanya terisi oleh seorang paman yang menghisap cerutu dan bertopi koboi, serta dua bibi yang larut dalam merajut, sepertinya mereka berlomba membuat syal.

"Ups," tiba-tiba saja Harumi menutup mulutnya.

"Ada apa Harumi?" tanya Yuji merasa khawatir.

Harumi menggeleng sambil tertawa kecil, "Hampir saja aku kembali merusak suasana," kekehnya.

"Hmm ..." Yuji kembali teringat masa ia ingin mengatakan aishiteru tetapi gagal.

"Kau ingin bersenandung lagu Sukiyaki?" tanyanya pada Harumi.

"Mm ..," Harumi tidak menjawab.

"Tidak apa, senandungkan saja, aku senang mendengarnya."

"Sungguh?"

Ue o muite arukou

Mari berjalan sambil melihat ke atas

Namida ga koborenai you ni

Agar air mata tak bercucuran

Omoidasu haru no hi

Aku teringat hari di musim semi

Hitori bocchi no yoru

Sendirian di malam hari

Yuji menyimak lagu itu dengan saksama, kini ia baru mengerti kisah lagu tersebut mirip dengan yang dialami Harumi pada masa lalu, tak heran ia begitu terhanyut dalam untaian liriknya.

Yuji mendekap tubuh kecil Harumi dari belakang. Ia merasakan kegetiran dalam suara nyanyian Harumi yang lantas terhenti. Di tempelkan bibir Yuji pada telinga kiri Harumi dan ia pun membisikkan .. aishiteru.

Harumi berbalik menatap Yuji lekat, berlangsung cukup lama sehingga rasanya bibir Harumi ingin melompat pada wajah Yuji. Namun, Yuji memberikan kode dengan tangan bahwa mereka tidak sendirian dalam ruangan kecil tersebut. Harumi baru menyadari jika mereka berdua akan terlihat mencolok bila bermesraan tanpa terkendali.

"Ayok .. keluar Yuji," bisik Harumi, tatapannya nakal dan menggoda.

Yuji mengangguk mengiyakan, berbisik pada Harumi untuk menunggunya di teras kedai, Yuji terlebih dahulu menyelesaikan pembayaran.

***

Badai salju semakin menggila, anehnya Harumi tak sekalipun merasa dingin dalam pelukan Yuji. Ia sungguh tak ingin hari ini berakhir.

"Apakah mulai saat ini aku hanya akan merasakan bahagia Yuji?"

"Tentu saja, bila kau tak bahagia ingatlah padaku?"

"Kenapa aku harus mengingatmu? Seolah kau tak ada di sisiku?" kening Harumi mengernyit tanda tak setuju.

Yuji mengusap pipi Harumi lembut, ia tersenyum dan memancarkan kasih sayang yang tulus.

"Aku akan berusaha untuk selalu ada di sisimu Harumi." bisiknya lirih lalu mengecup pipi Harumi lembut. Harumi merasakan sensasi tak biasa, wajahnya merona, bahagia sekaligus malu.

Entah apa yang akan terjadi di masa depan nanti namun yang pasti Harumi tak dapat melupakan penutup akhir tahun 1977-nya yang sangat indah.

"Tahun ini sungguh luar biasa, tahun yang tak terlupakan bagiku, aku menemukanmu Yuji." Bisiknya di telinga Yuji,sebelum akhirnya menenggelamkan dirinya kembali pada pelukan pria yang baru dikenalnya di tahun 1977 tersebut.

Bersambung

1977  (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang