Menguak Rahasia

20 14 7
                                    

Yuji masih melamun, memikirkan kalimat demi kalimat nona Keiko Arai yang sebenarnya tak sanggup untuk ia dengarkan. Ini mengenai ibu panti yang selama ini dikenalnya penuh kelembutan, apakah sosok seperti dirinya mampu menyembunyikan hal tercela seperti yang diucapkan oleh nona Keiko Arai? Ah, entahlah Yuji terlalu pusing memikirkan segala kemungkinan, kepalanya hampir meledak, ini adalah hal pertama yang tak sanggup ia terima dengan akal sehat.

Yuji kembali ke kedai Oden di mana sepedanya terparkir di halaman kedai yang sempit. Bukan karena ingin mengambil sepedanya, melainkan Yuji enggan pulang ke panti asuhan dan bertemu dengan ibu panti. Sejak salju turun lebat di akhir bulan Desember, sepeda Yuji memang hanya teronggok di halaman kedai oden, mustahil mengendarainya di jalan bersalju. Pintu kedai telah terkunci rapat, semua lampu pun telah dipadamkan. Rasanya kaki Yuji tak mau bergerak, ia hanya ingin duduk termenung.

Beberapa menit berlalu, belum juga memutuskan untuk beranjak pergi atau mengetuk. Tidak mungkin juga semalaman membeku di luar kedai dengan kondisi cuaca yang teramat dingin dan salju kian menebal.

Akhirnya Yuji memutuskan untuk mengetuk pintu kedai dengan lemah. Ada sedikit kekhawatiran jika ia akan mengganggu tidur paman pemilik kedai. Namun, malam ini Yuji tak punya pilihan lain. Hatinya menolak untuk bertemu dengan Ibu panti. Perasaan kecewa bergerak terlalu dalam ke dalam relung hati. Ya, malam ini ia akan memohon izin untuk menginap di kedai saja.

***

"Terus apa reaksi Yuji?" tanya Yamazaki, terus mendesak menanyakan hasil dari pertemuan dengan nona Keiko Arai si pembaca berita.

"Sudah kukatakan, ia tidak ungkapkan semua, justru menyuruh Yuji mencari tahu sendiri dengan menanyakan pada ibu panti, itulah yang membuat Yuji frustasi," bisik Harumi.

Yuji yang tengah dibicarakan Yamazaki dan Harumi sedang menyibukkan diri membantu paman pemilik kedai. Hari ini Yuji bekerja terlalu keras. Mengharapkan seluruh ingatannya menghapus pebicaraan dengan ibu Harumi. Namun, nyatanya ia bangun di pagi hari dengan langsung terbayang kalimat pamungkas dari pembaca terkenal itu.

"Selama ini kau dibodohi Yuji, kau pikir darimana dana ibu panti kesayanganmu itu selama ini? Kalau bukan sokongan dari seseorang besar seperti ayah kandungmu!"

Yuji kembali menghalau ingatan akan kalimat yang didengarkannya semalam.

Tanpa sadar ia membanting kain serbet. Ia kesal dengan cara bicara nona Keiko Arai, tetapi wanita itu adalah ibu dari Harumi yang harus ia hormati.

Paman pemilik kedai menyuruh Yuji beristirahat dulu dan menemui dua sahabatnya yang duduk di meja pojok menghadap kaca jendela.

Paman pemilik kedai tahu apa yang berkemelut dalam benak Yuji. Ia menonton berita dan ia salah satu yang terkejut dengan pengungkapan rahasia tersebut. Apalagi kemudian diketahui bahwa Tuan Sakamoto sang konglomerat itu sama sekali tidak membantah.

Pasti panti asuhan akan ramai dengan orang-orang yang hendak mewawancarai Yuji. Mungkin itu sebabnya Yuji tak berani pulang semalam.

Paman pemilik kedai terus mengawasi Yuji, bahkan ia memaksa menyuapkan pangsit rebus karena Yuji terus menolak untuk makan.

Yuji menemui dua sahabatnya, Harumi dan Yamazaki.

"Apa kalian tidak makan sesuatu?" tanyanya.

Harumi menggeleng dan berusaha tersenyum menyambut Yuji.

"Kami hanya minum teh lemon hangat." Yamazaki memandang Yuji dan memberikan senyum tulusnya. Kini Yamazaki sangat tahu Yuji sahabatnya sesungguhnya sedang kalut dengan berita yang belum tentu kebenarannya. Sekarang Yamazaki menyesali ketergesaan dirinya menginformasikan berita yang baru saja didengar tanpa menyelidiki dulu kebenarannya.

Bagi Yamazaki kenyamanan Yuji yang utama dan ia teramat takut Yuji mendengar berita itu langsung dari televisi. Narasi pembacaan berita itu dapat melukai perasaan Yuji, Yamazaki pun terkejut dengan narasi pembaca berita yang menyatakan seolah Yuji adalah anak yang dibuang sekian tahun lamanya lalu ingin membalas dendam dengan mempermalukan saudara kembarnya Ryuchi Sakamoto dalam pertandingan nasioanal setahun lalu.

Ah ya, Yamazaki baru tersadar dengan apa yang baru saja Harumi ceritakan tadi.

"Eh, Harumi-san , tadi kau katakan kalian datang menemui Keiko Arai? Bagaimana kau tahu alamat rumahnya?"

Harumi dan Yuji saling berpandangan. Yuji tertunduk dan menatap luar jendela. Tanpa sadar menggeretakkan gigi ketika nama Keiko Arai disebut.

"Aku katakan sekarang, tapi kau jangan kaget loh Yamazaki-san!" kata Harumi.

"Memangnya ada apa?"

"Nona Keiko Arai sebenarnya dia ... ibuku," Harumi tertunduk, tidak ada bangga-bangganya mengumumkan Keiko Arai yang cantik adalah ibunya.

"A-apa? Ini sungguhan? Tidak becanda kan? Bagaimana mungkin kau jadi anaknya?" Yamazaki memberondong Harumi dengan banyak pertanyaan.

Harumi terusik dengan pertanyaan barusan. Ya, semua orang pasti akan menyangsikan dirinya anak seorang Keiko Arai yang terkenal.

"Kupikir ia seorang nona," celetuk Yamazaki kemudian.

"Memang betul, dia tidak menikah, dia memutuskan melahirkanku seorang diri." Harumi mengatakan itu semua sambil tesenyum tetapi tak bisa dipungkiri ada kegetiran dalam suaranya.

Yamazaki terperangah tapi cepat menguasai keadaan, ia tak ingin perasaan Harumi terluka. Dua hari berturut-turut Yamazaki baru saja menerima informasi menggemparkan. Kemarin Yuji diduga anak dari Tuan Sakamoto yang dihilangkan sedangkan sekarang ... ia mengetahui bahwa Harumi adalah anak dari pembaca berita terkenal Keiko Arai.

"Ternyata aku berteman dengan orang-orang yang luar biasa ya," ujar Yamazaki terkekeh.

"Apanya yang luar biasa? Memiliki ibu seperti ibu Yamzaki-san itu baru luar biasa,"ucap Harumi menimpali.

Yuji mengangguk-angguk tanda setuju. Biasanya ia tak mudah iri hati dengan kehidupan teman lainnya, meskipun Yuji tinggal di panti asuhan Yuji sudah merasa cukup mendapatkan kasih sayang dari ibu panti dan saudara-saudara yatim lainnya. Tapi keterangan dari ibu Harumi kemarin jelas-jelas membuat kepalanya pening. Yuji masih menolak kenyataan jika ayah Ryuchi dan ibu panti saling mengenal. Tapi ibu Harumi membawa benda yang menjadi bukti kuat ucapannya.

Yuji mengeluarkan sebuah amplop dengan hati-hati dari balik saku celananya. Meletakkan di meja, menanti kedua sahabatnya itu bereaksi.

"Apa itu Yuji?" tanya Harumi tak sabar.

"Bukalah!" perintah Yuji.

Yamazaki yang juga penasaran berinisiatif membukanya. Tangannya merogoh amplop berwarna coklat itu dan menemukan selembar foto di dalamnya. Seketika itu juga Yamazaki dan Harumi langsung berpandangan.

Yuji melirik sekilas foto tersebut dengan pandangan muak. Dalam foto tersebut ada seorang pria yang pernah ia lihat sebagai ayah dari Ryuchi, pria tersebut merangkul seorang wanita yang ternyata ibu panti yang telah membesarkan Yuji selama ini.

"Rahasia apa yang ada di balik foto ini Yuji?" sontak Harumi terkejut melihat selembar foto itu, terlebih terdapat tanggal dan tanda tangan Keiko Arai tertera di sana.

Bersambung

1977  (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang