Harumi mencari-cari sosok Yuji di antara kerumunan orang. Mulai menyesali dirinya yang bertubuh mungil. Harumi melirik pada Yamazaki.
"Yamazaki-san, kau yakin Yuji melatih hari ini?" tanya Harumi butuh kepastian.
Yamazaki mengangguk. Ia sangat yakin, hari ini jadwal Yuji melatih di klub karate.
"Ayo, kita menyela masuk!" pinta Harumi.
Mata Yamazaki melotot seketika.
"Apa kau tak lihat ? aku juga mungil!
"Apanya yang mungil Yamazaki-san, kau terlihat tambun." Harumi terkekeh.
"Nah, itu kau tahu.., bagaimana mungkin aku menyela orang-orang itu," ujarnya.
Harumi memonyongkan bibirnya. Iya juga ya.., mengapa ada begitu banyak orang berkumpul di klub karate.
"Tadi pagi Yuji tersenyum sedikit." Gerutu Harumi lirih. Namun, Yamazaki dapat menangkap kata-kata itu, lebih seperti keluhan.
"Baiklah, ayo kita menyela! Siap?!" Yamazaki menyodorkan telapak tangannya, Harumi sigap menggenggamnya sambil mengangguk. Kedua tangan saling menggenggam, membentuk kepalan tinju dan diacungkan depan dada membentuk perisai. Kemudian dua sahabat itu melakukan hal gila yang tak mungkin di lakukan orang lain, lebih seperti memalukan.
"AAAAARRRGGHHH!!!" Keduanya berteriak menerobos kerumunan orang di pintu klub karate dengan trik yang gila.
Trik itu cukup jitu, orang-orang yang terkejut, menyibak dengan sendirinya.
BRUUGH ....
Yamazaki dan Harumi tersungkur di sebuah tatami yang sama sekali tidak lunak. Keras dan berdebu, maklum ada banyak manusia bertelanjang kaki dalam ruangan klub tersebut. Yamazaki yang cinta kebersihan, langsung berdiri tak mau kotor terlalu lama. Ia sangat anti debu. Sementara Harumi masih bengong untuk beberapa waktu, ya.., karena ia memang berpikir sedikit lambat.
"Apa yang kalian lakukan?" Sebuah suara menegur mereka berdua dengan nada khawatir. Suara siapa lagi kalau bukan Yuji, hanya Yuji yang peduli pada Harumi dan Yamazaki. Saat itu ia memakai dogi lengkap dengan sabuk hitam di pinggang. Harumi terpesona.
Secara spontan Yuji membantu Harumi yang justru cengengesan untuk berdiri. Suara 'huuuu..,' dari murid lain menggema. Yamazaki menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia sebenarnya malu. Tetapi, berkawan dengan Harumi lumayan membuatnya kebal dari rasa malu.
Yuji masih begitu perhatian dan menanyakan apa Harumi baik-baik saja. Bahkan Yuji membersihkan debu pada seragam sekolah Harumi. Murid perempuan lain menjadi iri dibuatnya. Tapi, Harumi tidak peduli.
"Apa kalian akan ikut mendaftar klub karate?" tanya Yuji.
"Haah? Apa?" Harumi terkaget-kaget. Sel-sel otaknya mulai bekerja, rupanya ia melupakan sesuatu, Yuji pernah mengatakan tempo hari, bahwa hari ini adalah penerimaan murid baru untuk klub karate yang dibinanya.
"Oo, pantas saja ramai." Yamazaki manggut-manggut.
"A-aku yang lupa Yamazaki-san," ucap harumi terbata.
"Apa? Jadi kau terlalu gelisah karena Yuji tidak ikut makan siang bersama kita itu.., lalu melancarkan aksi menerobos ini.., semua karena lupa, begitu?" Yamazaki berkecak pinggang memarahi Harumi seperti anak kecil.
Yuji terkekeh, wajahnya terlihat senang.
"Aah, jadi kalian menungguku ya."
"Sepertinya kamu senang." Celetuk Yamazaki pada Yuji.
"Baiklah, Karena kalian sudah berada di sini mari mengisi formulir." Secepat kilat tangan Yuji yang kuat menggapai dua lengan sahabatnya itu agar tak dapat melarikan diri. Namun, Yamazaki yang berbadan tambun sungguh tak menyukai kegiatan fisik.
"Tidaaak!!" teriak Yamazaki. Lengannya yang licin seperti belut, berhasil terlepas dari Yuji. Segera berlari keluar dari ruangan klub karate tersebut. Sedangkan Harumi tertinggal, sepertinya Harumi tidak ada niatan untuk melepaskan diri.
Hingar bingar orang-orang di klub karate mulai mereda. Rupanya keramaian tadi hanya ketika Yuji dan kawan-kawannya sesama pemegang sabuk hitam melakukan demo untuk menarik murid baru.
Sebenarnya Harumi sama sekali tak berminat, apa daya kini ia terpaksa menurut pada Yuji. Lagi pula Harumi telah membayangkan akan pulang setiap hari bersama Yuji. Membonceng sepeda Yuji. Ah, gadis-gadis itu pasti iri. Batinnya, pipinya merona karena malu.
Yuji selesai memakaikan dogi dan juga sabuk putih di pinggang harumi. Kini Yuji menggandeng Harumi menuju sebuah matras di tengah ruangan.
Pipi Harumi semakin merah. Untung saja Yamazaki menolak bergabung. Sehingga, Harumi mendapat waktu lebih bersama Yuji dan perhatian Yuji hanya jatuh padanya.
Sayangnya, hal tersebut tak berlangsung lama. Perhatian Yuji tidak mungkin selalu tertuju padanya. Yuji sebagai pemegang sabuk hitam harus mengajari semua murid baru dengan adil.
Harumi mulai cemberut. Ia merasa bosan. Tetapi langsung membayangkan pulang bersama Yuji sepulang sekolah pastilah sangat seru.
Harumi merencanakan banyak hal yang akan dilakukan nanti. Perutnya sudah keroncongan karena itu, ia terus membayangkan makan ramen berdua dengan Yuji di toserba dekat halte sekolah. Harumi juga ingin mampir ke persewaan komik langganan Yuji, bukan ia ingin membaca komik, melainkan terlalu malas untuk cepat tiba di rumah.
Harumi tinggal berdua saja dengan ibunya, ia sering sendirian berada di rumah karena ibunya bekerja lembur.
KIIAAAI ..!!!
Sebuah teriakan kencang mendarat di kuping Harumi, menyentak lamunannya yang terlalu asyik sehingga tak menyadari kehadiran seseorang yang lebih senior dari Yuji di klub ini.
"Aaa-aa.." Harumi memaksakan diri berteriak serta menirukan senpai melakukan gerakan Tsuki, geri, uchi, dachi, uke yang memang diperuntukkan bagi pemula seperti dirinya.
Hmm, cinta memang butuh pengorbanan Harumi-san ....
Harumi berkata pada dirinya sendiri dalam hati.
Sementara itu Yuji menjadi tidak fokus karena ada Harumi. sesekali ia mengawasi Harumi yang terlihat suntuk dan payah.
Bibir Yuji mengulum senyum. Tingkah Harumi yang terus terkaget-kaget dengan teriakan --KIAAIII-- amatlah lucu.
Yuji bersumpah ia harus mengatakan sesuatu pada Harumi sepulang sekolah nanti.
(bersambung)note:
Tatami: semacam tikar yang berasal dari jepang. Biasanya terbuat dari jerami yangbdi tenun.
Matras: alas seperti tatami tapi empuk dan berwarna mencolok
Demo: pertunjukan
Dogi: baju karate berwarna putih
Ramen: mi berkuah dari jepang
Toserba: toko serba ada
KIAI: teriakan dalam karate
Tsuki: memukul
Geri: menendang
Uchi: sentakan
Dachi: berdiri
Uke: menangkis
Senpai: seseorang yang lebih senior
Minna san ( hei, semuanya😊) dukung author yuk dengan vote n komen. Arigatou (terima kasih 🙏)
KAMU SEDANG MEMBACA
1977 (TERBIT)
RomanceKetika sakura berjatuhan di berakhirnya musim semi pada tahun 1977, seorang gadis bertemu dengan cinta pertamanya. Tahun 1977 menjadi awal dari kisah romansa dan perjalanan kehidupan yang tidak tergantikan sepanjang masa.