Terpaksa Menjauh

13 9 2
                                    

Teriknya matahari musim panas tidak menyurutkan asa Harumi yang belajar giat agar dapat pergi ke Tokyo bersama Yuji, sampai saat ini ia masih mengira, ke Tokyo adalah cita-cita keduanya. Yuji murid pintar dan berprestasi tentu mudah baginya menjalani tes masuk perguruan tinggi.

Yuji amat disiplin dalam mengajari Harumi, tidak ada waktu bagi Harumi bermanja-manja meskipun mereka hanya berduaan saja dalam rumah Keiko Arai. Yuji tak menggubris wajah Harumi yang merengut sebal. Tak bergeming walaupun Harumi banyak menggoda.

Berkali-kali Yuji akan membetulkan posisi wajah Harumi untuk menghadap buku kembali, agar tidak terus-terusan mendekatkan wajahnya pada Yuji untuk mencuri sebuah ciuman.

Terlalu lelah belajar membuat Harumi mudah tertidur, dan diam-diam Yuji akan meninggalkan rumah ketika Harumi benar-benar terlelap. Membopongnya menuju kamar, meletakkan perlahan di kasur dan menyelimutinya dengan selimut hangat. Yuji akan mengecup lembut kening Harumi sebelum beranjak pergi. Waktu bergulir cepat, hari-hari berlalu dengan rutinitas yang sama. Yuji akan selalu menunggu sejenak hingga Nona Keiko Arai tiba di rumah.

***

Malam ini, musim gugur kembali datang. Angin sejuk menyerbu kembali. Yuji menyandarkan kepala pada pintu gerbang yang kini bercat biru. Suara sepatu Nona Keiko terdengar mendekat. Yuji menoleh dan tersenyum padanya. Hendak berlalu sebelum akhirnya suara tercekat Nona Keiko membisik di telinganya.

"Yuji, aku ingin bicara," ucapnya.

Yuji menatap ragu, setiap kali pembicaraan dengan wanita ini akan mengakibatkan hal buruk bagi hidupnya.

"Yeah, katakan!" ujar Yuji akhirnya.

"Hmm, aku berterima kasih kau merawat Harumi dengan baik, mengajarinya hingga nilai dan peringkatnya meningkat tajam. Tapi ... batinnya terikat semakin dalam denganmu, Yuji!"

Aah,Yuji mendesah, apalagi yang dipikirkan wanita ini sekarang?

"Aku akan memberitahumu sesuatu Yuji!" wanita itu mendekat dan membisikan sesuatu di telinga Yuji.

Pada saat itu daun-daun kuning beterbangan, pijar lampu jalan berwarna kuning tak mampu menyoroti bayang wajah sendu pemuda yang sekali lagi di hantam kalimat tajam.

Wanita tersebut memasuki gerbang rumahnya setelah membuat jantung pemuda yang berbicara dengannya seolah berhenti berdetak.

Lutut Yuji gemetar, lunglai hingga tak sanggup berjalan.

Masih tertunduk di tepi jalan yang sepi, Yuji menatap langit, apakah harus kunyanyikan lagu Sukiyaki saat ini? Mengapa jalannya begitu rumit untuk merasa senang saja menikmati masa-masa kisah cinta pertamanya.

Ini terlalu berat untukku. Namun, harus tetap kulakukan, ini semua demi Harumi.

Dengan langkah gontai Yuji menguatkan langkahnya menapaki perjalanan hidupnya di tahun 1978 yang penuh hantaman.

***

Yuji kerap menghilang, Harumi hanya dapat melihatnya saat jam pelajaran berlangsung di kelas, setelah itu Yuji akan menghindar, tak lagi berkumpul di roftop bersama lagi.

Nakamoto dan Yamazaki mengedikkan bahu bila Harumi bertanya. Pernah Harumi langsung memaksa Yuji berbica dengannya di kelas, memaksa bukanlah jalan keluar, hanya akan menyita perhatian murid lain yang langsung bergosip.

Rumor telah beredar, bahwa Yuji dan Harumi telah mengakhiri hubungan mereka. Yuji tak lagi mengajarinya di rumah, atau bahkan menemui untuk sekedar berbincang. Dua pekan berlalu, Harumi masih belum menemukan jawaban atas sikap Yuji yang membuat frustasi.

Kesepian semakin melanda, kini tak ada lagi tempat baginya bergantung.

Yamazaki dan Nakamoto tak sanggup menghibur atau menyurutkan tangisan kacau Harumi yang serba salah menghadapi Yuji.

Kenapa Yuji berubah? Apakah ada wanita lain? Mengapa tiba-tiba saja?

Desakan Harumi pada Ryuchi pun tak berhasil membuat Harumi mendapatkan informasai atas sikap perubahan Yuji yang begitu mendadak. Harumi mencoba mengingat kembali saat-saat terakhir yang dilaluinya bersama Yuji.

Apakah ia marah karena aku selalu tertidur di pangkuannya? Itu karena sentuhannya membuatku terasa nyaman.

Jika memang alasannya karena kesal terhadapku, lebih baik ia mengutarakannya langsung dan bukannya berdiam seperti ini. Lama-lama Harumi terlalu lelah untuk terus mendekati Yuji yang mendiamkan dan tak acuh terhadapnya.

Harumi juga merasa marah karena diabaikan. Minggu dan bulan berlalu, tanpa ada kejelasan mengenai hubungan mereka apakah tetap berpacaran atau tidak. Harumi telah menyelidiki kegiatan Yuji di luar sekolah, Yuji hanya akan sibuk arubaito di beberapa kedai sekaligus. Hubungan mereka semakin menjauh, bukan saja Harumi yang merasa kehilangan, kawan-kawan yang berkumpul di rooftop pun kehilangan sosok Yuji yang dulu. Mereka berharap Yuji dapat ceria seperti sedia kala.

Harumi menutup suasana akhir tahunnya dengan rasa kesepian. Harumi tidak berani lagi mendekati Yuji untuk menanyakan mengenai status hubungan mereka, Harumi terlalu takut jika kata-kata putus justru tercetus dari mulut Yuji. Kini hari-harinya hanya bisa memandangi Yuji dari kejauhan. Ia sudah cukup senang, asalkan Yuji tidak hilang dari dunia ini, pikirnya.

***

Tahun 1979. Setelah melalui beberapa musim dengan perasaan gamang, tibalah kesabaran Harumi menemui puncaknya. Sekali lagi ia bermaksud mendatangi Yamazaki untuk menolongnya.

"Apakah kau bisa menolongku? Kali ini tak perlu berbicara, cukup sampaikan surat ini pada Yuji." Harumi menyodorkan sebuah surat.

Surat itu berisi tentang harapan Harumi agar Yuji mau menemuinya pada saat turunnya salju pertama, di kedai oden, tempat Yuji arubaito untuk pertama kalinya.

Yamazaki yang mengetahui tulisan surat tesebut mengatakan pada Harumi, bahwa esok malam sesungguhnya bukanlah jadwal Yuji untuk arubaito di kedai oden.

"Sampaikan saja!" pinta Harumi memohon.

Mata Harumi yang berharap dan berkaca-kaca membuat Yamazaki tak sanggup menolak.

Bersambung

1977  (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang