Kesepian bisa membunuh seseorang. Bayangkan merasa sendirian di bumi yang dihuni oleh sekian ratus jiwa. Padahal ada banyak manusia, tapi seseorang merasa sendirian. Terserang penyakit bernama kesepian. Sungguh merana.
Ironisnya penyakit kesepian ini bisa melanda siapa pun. Tidak peduli gender, usia, dan pekerjaan. Seseorang bisa saja terserang kesepian bahkan di saat dia berada di tengah keramaian.
Kesepian itu seperti kanker; menyebar secara pasti, menyerang seluruh sel yang membuat seseorang kehilangan kemampuan merasa bahagia, dan menghilangkan kesenangan dalam kehidupan. Warna yang dilihat oleh penderita kesepian tidak lagi hijau, kuning, atau biru. Dia hanya melihat sesuatu bernuansa abu-abu, bukan hitam maupun putih.
Sekalipun dunia begitu bising, tapi yang terdengar hanyalah gaung suara hati yang meneriakkan kata muak. Ingin mencari pertolongan, tapi kepada siapa? Siapakah gerangan yang bersedia mengisi hidup seseorang dan menyingkirkan kesepian dari hati? siapa?
Kulihat semua manusia tengah berjuang melawan rasa sepi dalam diri mereka. Ada yang berhasil, ada yang tengah melawan, adapula yang berusaha beradaptasi dengan kesepian.
Sementara aku hanya bisa menghela napas. Sangat panjang helaan napasku kalau saja aku ini manusia yang masih diberkati dengan kemampuan bernapas. Iya, sampai segitunya aku mencoba memahami kesepian padahal tidak perlu.
Tentu saja tidak perlu. Kenapa hantu perlu memahami kesepian yang diderita manusia? Aku pribadi bebas yang bisa melayang ke mana pun tanpa perlu memikirkan pajak, iuran, asuransi, tagihan listrik dan air, lalu perut. Bebas!
Hantu tidak perlu memikirkan pajak.
Hantu itu bebas!
Hahaha tidak tahu saja bahwa hantu juga bisa pusing!
Aku pun bertanya kepada diri sendiri alasan kepala yang seharusnya tidak akan sakit ini mendadak terasa berat. Sangat berat hingga rasa-rasanya ada ribuan paku tertanam di batok kepalaku ini. Sakit sekali. Sangat sakit.
Mengapa hantu bisa sakit kepala?
Kenapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasya dan Miss Kunti (Tamat)
FantasiaSebagai hantu merdeka yang tidak terbebani perbudakan oligarpus, menikmati waktu sepuasnya merupakan sebuah kesenangan tidak tertahankan. Namun, itu semua berubah begitu aku bertemu dengan bocah sok tahu yang hobi merecoki waktu santaiku. Dia, si bo...