Bodoh.
Salah satu kecerobohan terbesar Kimara Laiadinuar di hidupnya adalah, lupa jika seharusnya hari ini ia sudah mengirimkan lukisan terakhirnya kepada Si pememesan.
Pukul 11.00 sekarang. Kimara baru selesai interview— tidak, lebih tepatnya interview-nya di pindah jadwalkan secara mendadak karena alasan yang tidak tau jelasnya seperti apa. Jika sudah begini, 5 jam waktu yang ia luangkan untuk berada di gedung perkantoran itu hanyalah berakhir percuma.
Kimara berlari, ia harus segera sampai di kafe untuk bertemu seseorang yang akan membatalkan pesanan lukisannya. Ia ingin tawar menawar, meyakinkan costumer-nya.
"Oh, ya ampun." berujar geram, ia terpaksa memelankan langkah akibat sepatunya tak bisa di ajak bekerja sama. Kimara menyeret satu kakinya karena lubang pada sepatunya semakin melebar.
Interview-nya di tunda. Lukisannya terancam di cancel. Flat shoes-nya jebol. Matahari bahkan belum sepenuhnya ada di atas kepala tapi perempuan itu sudah menyedihkan sekali.
"Hi!" sapanya setelah memastikan nomor pada meja yang tertera, "ini yang punya akun Instagram @fangiggs, betul?"
Lelaki itu menoleh, "@meredithocean, ya?"
"I-iya." Jujur, Kimara sedikit menahan tawanya. Ia tidak ekspek jika lelaki itu akan menyebutkan username-nya juga. "Maaf karena gue telat. Lo udah nunggu lama?"
"It's okay. Kantor gue deket sini jadi datang lebih dulu. Silahkan duduk," jawabnya dan Kimara pun duduk di hadapannya. "Gue mau to the point aja nih, ya. Kenapa lo minta ketemuan padahal gue udah cancel lukisannya?"
Kimara menormalkan napasnya sejenak. Ia masih ngos-ngosan setelah berlari-lari. "Sebelumnya gue mau nanya dulu, lo cancel karena gue lupa buat kirim lukisannya hari ini?"
"Yes."
"Kenapa?"
"Ya karena akun lo, mencurigakan?"
"Jadi lo berpikiran gue ini penipu yang pake akun bodong?"
"Lebih parahnya lagi nyuri karya seni orang lain."
"Ya ampun." Wajahnya semakin frustrasi sekarang. "Sumpah demi Tuhan pemilik alam semesta, itu karya real hasil tangan gue sendiri. Akun itu akun khusus gue jual-jualin lukisan. Followers-nya emang masih sedikit. Tapi gue bukan penipu, ya. Kalo lo mau liat testimoni dari orang-orang yang sebelumnya beli lukisan gue, gue bisa kasih liat sekarang."
Si lelaki tentu tidak percaya begitu saja. "Kenapa lo kesannya maksa banget buat gue beli lukisannya?"
"Ya karena kita udah deal?"
"Sebelum lo kecewain gue karena telat kirim lukisannya."
"Oh God." Ia memejamkan mata dengan kedua tangan yang bertaut, memohon. "Please jangan di cancel dong @fangiggs. Tolong buat hidup gue beruntung seenggaknya kali ini aja."
Lelaki itu mengerenyit, drama sekali, pikirnya.
"Coba kasih alasan kenapa gue harus banget beli lukisan lo itu?"
Kimara buru-buru membetulkan posisi duduknya. "Pertama, karena ini karya terkahir yang gue lukis sebelum hiatus. Kedua, lukisannya amat sangat berkesan di hidup gue. Ketiga, saking berkesannya gue berpikiran buat ngga di jual karena terlalu spesial. Keempat, akhirnya harus gue jual karena gue... lagi kepepet, gue butuh banget dananya,"
Kimara tidak membual. Lukisan itu berharga karena menyimpan momen spesial.
"Lo tau, hari ini gue harusnya interview di Horizon Tower tapi tiba-tiba aja di undur— atau di cancel, gue ngga paham deh, cuman katanya nanti di hubungin lagi." Perempuan itu melanjutkan, "mungkin karena terlalu fokus sama wawancara kerjaan, gue lupa buat packing lukisan yang harusnya gue kirim hari ini. Bukannya lagi ngebela diri, tapi itu kenyataannya."