That's sweet! In another universe, no matter where we are, I will always find you and fall in love with you again. Thanks God, it's him.
-- meredithocean --***
Kimara's POV.
Perkenalkan, hari pernikahanku.
Kini, di depanku, jalan lurus dihiasi bunga-bunga berwarna sudah terpampang, seakan dipersilahkan hanya untukku seorang. Aku berjalan penuh debaran menggebu, bersama gaun putih yang memanjang mengikuti langkah perlahan dari kedua kakiku.
Dalam diam, aku bisa melihat dengan jelas lelaki yang sedang menungguku di depan altar. Fokus matanya tertuju padaku tanpa berpaling. Osean tampan sekali. Tuxedo hitamnya membalut tubuh tegapnya dengan sempurna.
Kapan sebenarnya dia terlihat jelek? Tidak, aku bercanda. Aku hanya sedang membanyol agar tak terlalu gugup karena demi apapun, tatapan semua orang kini tertuju padaku sekarang.
Ibu Klaudia, Om Agras, Tante Liana, Eknath, Jenoval, Jivana, Om Artur, Malinka, Ibu Meera, Kak Ruby, Kiev, Bale, Pradiksa --- oh, kenapa aku malah mengabsen mereka yang hadir? --- Pikiranku acak sekali. Mungkin efek dari senyum Osean yang sampai saat ini masih menatapku lekat tanpa melenceng.
Hingga akhirnya aku sampai pada altar di dekat Osean. Kami berhadapan kemudian. Aku menatapnya malu-malu. Berbeda sekali dengan dia yang terang-terangan memujiku.
"So Beautiful. You are perfect just the way you are, Gianirera."
Osean mengatakannya sambil tersenyum kecil, membuatku jadi merasa melayang bersama ribuan kupu-kupu di udara.
Tak lama setelahnya, Osean pun mengucapkan janji pernikahan dilanjut dengan aku kemudian. Selama mendengar dan mengucap janji-janji itu, jantungku tak berhenti berdebar hebat. Tapi untungnya melalui sorot mata Osean, lelaki itu seakan memberikanku tatapan ketenangan. Aku sedikit lega dibuatnya.
Setelah bertukar cincin, proses tiap proses yang kami lakukan pun hampir selesai. Kini Osean sudah dipersilahkan untuk .. mencium bibirku. Ini bagian yang tak kalah mendebarkannya.
Aku terkesiap saat Osean menarik pinggangku lalu menaruh kedua tangan besarnya di sana.
"Close your eyes," bisiknya. Aku pun menurut.
Perlahan, dia mulai melumat bibirku dalam hingga beberapa saat, membuat aku semakin memejamkan mata dan mengalungkan kedua tangan pada lehernya.
Namun aku tak berani membalasnya. Aku terlalu gugup. Di tambah lagi suara riuh tepuk tangan para tamu yang hadir. Hingga aku tidak melakukan apapun selain membiarkan Osean menggerakkan bibirnya pada bibirku.
"I love you so much, my white."
Ciuman kami selesai, tapi Osean belum melepaskan pelukannya pada pinggangku. Dia lagi-lagi menatapku lekat, sampai akhirnya matanya berubah .. basah. Dia meneteskan air mata.