12 : hi sunset, remember rain?

181 38 47
                                    

               "Meredith being Meredith," kata Eknath, membuat Si pemilik nama yang tengah duduk di atas pasir menghadap lautan itu sontak menoleh ke arahnya.

"Ih! Ngga pake baju!" cibir Kimara, memalingkan pandangan. Dan alih-alih menyambut ia malah menutupi wajahnya menggunakan topi putih yang dipakainya tersebut.

"Kaya baru liat cowo telanjang dada aja lu." Tanpa mempedulikan respon Si perempuan yang menolak keberadaannya, Ekntah mensejajarkan tubuhnya dengan Kimara.

Mereka ---Osean, Kimara, Eknath, Pradiksa, Bale, Kiev dan Ruby--- sudah sampai di Labuan Bajo siang tadi. Tepatnya di sebuah private island yang memiliki jarak tempuh sekitar satu jam menggunakan perahu dari pelabuhan Labuan Bajo.

Dan tanpa berlama-lama setelah istirahat sejenak, sore ini mereka langsung menjelajahi keindahan pulau; menikmatinya sebelum hari menggelap.

Seperti Osean, Pradiksa dan Bale misalnya, ketiga lelaki itu memilih untuk ber-snorkeling bersama penyu. Kiev dan Ruby, sepasang kekasih yang lebih tertarik untuk berjalan-jalan di sepanjang dermaga sambil saling memotret. Sementara Kimara dan Eknath, dua anak itu malah meng-gembel di pantai. Maksudnya, hanya duduk-duduk malas saja. Terlihat damai dan santai— sebelum kedatangan Eknath, tentu.

"Pake topi mulu perasaan," sambung Eknath, ia mengambil paksa topi Kimara sampai membuat Si empunya merengut kesal.

Kimara jadi mendecak, "balikin, ngga?"

"G for Gianirera?" Topi putih itu rupanya dibordir dengan inisal nama pemiliknya. "Keren, gue juga jadi mau supaya sama—"

"Minta ke kakak lo kalo mau,"

"Lah, topinya dari Osean?"

"Iya, mangkanya sini balikin."

Tidak sampai dua detik ekspresi wajahnya langsung berubah. Eknath memberikan topi itu yang mana langsung dipakai oleh Kimara sampai menutupi sebagian wajahnya ---menjaga pandangan dari tubuh Eknath yang pamer aurat--- sekaligus karena ia ingin menutupi bekas luka-luka di wajahnya.

"Lo udah lama kenal kakak gue?" Kini pandangan Eknath hanya tertuju pada luasnya lautan di depan sana.

"Iya, udah lama, lumayan," jawabnya.

"Sejak kapan?"

"Mulai dari tahun 2015 pertama kali ketemu dia. Terus kita satu kampus dan satu organisasi relawan. Di tahun 2017 ada kejadian yang ngga akan gue lupain. Sampai akhirnya di tahun 2019 dia pergi ke Amerika dan kita baru ketemu lagi di tahun sekarang, 2024,"

Eknath mengangguk paham, "You love him."

"Hng?"

"I said you love him," ulangnya, kalimatnya melantun lirih. "The ocean is beautiful, isn't?"

Bibir Kimara yang terkatup akhirnya menampakkan sedikit celah saat ia mendengar perkataan terakhir Eknath. Ia ingin menimpali, tapi lidahnya seolah berbelit-belit sehingga dirinya hanya bisa diam tanpa memberikan kejelasan apa-apa.

Lantas Eknath mengulurkan tangannya untuk membetulkan posisi topi Kimara. "Engga usah di tutupin mukanya," katanya. "Sambut tuh ocean lo yang since 2015 itu,"

"Maksudnya, Nath?"

"Sebelah kiri."

Langsung saja Kimara menengok ke arah kiri, dimana penampakan Osean yang tengah berlari ke arahnya seraya melambaikan tangan itu membuat bibirnya tersungging.

"Lo mau—" Namun ketika Kimara berbalik ke kanan lagi, sosok lelaki bertelanjang dada tadi sudah tidak ada. Lo mau gabung sama kita buat liat sunset ngga, Nath? Pertanyaan yang kini tak berlaku lagi.

LABYRINTH : HOW DID IT END?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang