"Apa yang ingin kamu bicarakan, Meera?"
"Tunggu sebentar, saya masih harus menunggu satu orang lagi,"
"Siapa?"
"Ah, dia datang."
Ruangan itu dipenuhi rak-rak tinggi berwarna kecoklatan yang menempel pada dinding seputih gading. Tiap satu barisnya berisikan tumpukan buku-buku yang tersusun rapih. Di sudut ruangan, terdapat dua bilah kusen jendela yang terbuka lebar dengan satu vas bunga Peony berdiri di antaranya. Warnanya coral dengan kelopak kecil-kecil yang mulai bermunculan di tengah-tengah kuncupnya, indah.
Secara keseluruhan, ruangan ini terlihat sederhana dan hangat sekali. Apalagi berada pada suasana pagi yang tenang. Seolah-olah di rancang khusus agar siapapun yang mengunjunginya akan langsung diberikan kesan seperti rumah sendiri.
Sofa krem yang berada di tengah-tengah ruangan ditempatkan berhadapan, dimana kedua— oh, sepertinya sekarang menjadi tiga orang perempuan, yang nampak terduduk saling berhadapan.
"Kimara?"
"Tante, Klaudia?"
Tak ada kalimat lain lagi yang mengudara baik dari Kimara ataupun Klaudia. Mereka berdua sama-sama bingung tapi sama-sama enggan bertanya lebih lanjut seakan sudah menyerahkan situasi ini kepada Meera, orang yang mengundang mereka datang ke panti ini.
"Baik, pertama, saya ingin berterima kasih kepada Ibu Klaudia yang sudah menyempatkan untuk datang ke panti ini," kata Meera. "Lama tidak bertemu, Kaludia. Saya secara pribadi juga ingin meminta maaf atas pertemuan terakhir kita yang sedikit, em.. tidak mengenakan," tuturnya, hanya ia dan Klaudia yang tau apa maksudnya.
Klaudia mengulas senyum, "yang lalu biarkan berlalu. Saya senang kita bisa bertemu lagi,"
"Terima kasih." Kemudian Meera mengalihkan perhatiannya kepada Si perempuan paling muda disana. "Ibu harap kamu selalu baik, apa kabar kamu, Kimara?"
Seperti biasanya, anak ini selalu siap dengan senyuman manis di bibir tipisnya. "Aku masih bisa datang ke sini, itu artinya aku baik, Ibu."
Mau kondisi tidak baik pun, kamu akan mengatakan jika kamu baik-baik saja, nak. Tak lepas sedikit saja perhatiannya kepada Kimara.
Lalu Meera melanjutkan. "Sesuai dengan yang kalian tau jika saya menjadi bagian dari panti ini sudah lebih dari 30 tahun. Yang awalnya hanya staff biasa sampai akhirnya bisa dipercaya untuk menjalankan semua tanggung jawab di panti ini. Ada disekitar anak-anak adalah hal yang saya sukai. Saya menjalankan semua tugas saya dengan penuh bahagia, tentu saja."
Bergeming sejenak untuk mengatur debaran jantungnya, Meera meremat rok panjang yang dipakainya seakan meyakinkan diri jika ia bisa menyelesaikan hal ini dengan baik. "Tapi apa kalian tau? Perasaan bahagia saya itu berubah kacau setelah sesuatu terjadi sampai membuat saya seolah menjadi seperti, orang jahat mungkin? Ya, begitu."
Kebingungan, Kimara dan Klaudia bertatapan sejenak.
"Klaudia, mari kita mengingat kembali pada kejadian tahun 2000 silam. Iya, saat Anda menitipkan Sylana kepada saya."
Flashback ke tahun 2000? Saat itu, dengan tubuh yang gemetar Klaudia menggendong bayinya menuju panti ini. Kata-kata yang masih terekam jelas di benaknya ketika pertama kali bertemu Meera adalah. --Tolong jaga anak saya untuk sementara waktu. Saya pasti akan kembali lagi untuk mengambilnya-- Memilukan jika diingat.
"Dan Kimara, mari kita ingat kembali saat pertama kali kedatangan kamu ke panti ini. Kimara yang berumur 7 tahun, masi ingat, nak? Yang beberapa tahun setelahnya kamu datang lagi untuk menanyakan sesuatu hal kepada Ibu. Kamu masi ingat jawaban Ibu apa?"