22 : she loves ice cream cake guys

126 33 18
                                    

               Range Rover hitam milik Osean Mahagra tampak sudah terparkir rapi di parking area milik Mahagra & Associates. Lelaki yang pernah bekerja di salah satu firma hukum bergengsi dunia --- Baker McKenzie --- itu terlihat berjalan terburu-buru sembari menempelkan ponsel di telinga; menelepon. Langkah kaki jenjangnya kini mulai memasuki pintu utama gedung milik Ayahnya tersebut, pada pagi di awal-awal jam sibuk.

Gorgeous, young, smart, and rich. Perempuan mana yang tidak ingin mendapatkan atensi Osean? Minimal bisa menjadi mutualan akun sosial medianya. Ya, karena lelaki itu rupanya tidak mengikuti akun siapapun kecuali, akun istrinya.

Sayang sekali sudah sold out. Silahkan nikmati pesona suami orang. Ehe.

"Oh, selamat pagi Pak Osean." Seorang perempuan muda berambut pirang kecokelatan bergelombang baru saja menyapa, saat dirinya berada di dalam lift yang tak lama setelahnya seorang lelaki datang bergabung.

Damn, Osean Mahagra. Batin perempuan itu seakan ingin bersorak.

"Ya, pagi." Osean menjawab bersamaan dengan pintu lift yang mulai tertutup.

Posisi mereka yang berdiri bersebelahan membuat Si perempuan merasa canggung. Tentu ia sudah mendengar berbagai informasi tentang anak sulung Mahagra tersebut.

Berdehem singkat, ia membuka pembicaraan lagi. "Perkenalkan nama saya Alaia, Pak. Karyawan magang di Mahagra & Associates. Baru sekitar satu minggu saya bergabung setelah melamar melalui job platform,"

"Hm, selamat bergabung."

"Iya, Pak. Terima kasih." Ia membetulkan kaca matanya sejenak. Wajahnya kentara sekali menahan gugup. Sesekali juga ia terlihat mencuri-curi pandang, seperti ingin memastikan pesona seorang Osean Mahagra yang banyak dibicarakan rekan-rekannya.

"Senang bertemu dengan Bapak," ujarnya lagi. "Dengar-dengar, Bapak juga baru menikah, ya?"

Osean menaikkan satu alisnya untuk pertanyaan itu. "Ehm, ya,"

"Kalau begitu selamat atas pernikahannya. Apa Bapak tidak mendapat cuti? Bukannya akan ada cuti untuk bulan madu, ya?"

Sesaat, Osean melirik gadis tersebut. Siapa namanya tadi? Ah, Alaia. Itu terlihat dari id card yang menggantung di lehernya. Untuk ukuran seseorang yang baru bertemu, dia banyak bertanya sekali.

Lantas Osean menjawabnya, "Alaia, I thought we weren't talking about personal things. Saya duluan." Begitu pintu lift terbuka, ia segera menjejakkan kakinya.

Alaia yang mendapat kalimat itu pun merasa seperti di skakmat. Rasa gugupnya malah membuat ia melangkah terlalu jauh. "Sepertinya kamu membuat kesalahan, Alaia." Ia bergumam, merutuki sikap bodohnya yang sampai membuat orang lain tidak nyaman.





***




               "Pagi, nak, silahkan duduk." Menutup lembaran kertas yang tengah dibacanya pada meja, Agras Mahagra tersenyum penuh ketika melihat putra sulungnya datang. "Maaf menganggu pekerjaan kamu pagi-pagi begini. Ayah hanya ingin bicara sebentar."

Osean yang merasa tak keberatan pun duduk pada sofa di seberang Sang Ayah.

"Engga ada kopi?" tanya Osean. Biasanya, di meja kerja Agras selalu tersimpan secangkir minuman hangat. Tapi pagi ini tumben tidak terlihat.

"Ayah belum minta dibuatkan. Sibuk meninjau dokumen dari tadi. Kamu mau minum?"

"Aku udah nge-teh di rumah tadi sama Kimara," jawabnya. Agras hanya mengangguk sambil lagi-lagi mengulas senyum.

LABYRINTH : HOW DID IT END?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang