Ep6

578 59 7
                                    

Bik Minah segera memasuki kamar Gita setelah melihat Ve meninggalkan rumah dengan wajah marah. Ia baru saja pulang dari berbelanja dan tidak sengaja berpapasan dengan Ve di pintu utama. Wajah wanita itu ditekuk dengan ekspresi bak singa kelaparan. Bik Minah sempat menyapanya, namun Ve tidak menjawab dan langsung berlalu begitu saja.

"Non Gita,"

Gita menoleh kilas ke arah pintu, lalu membiarkan Bik Minah masuk ke kamarnya. Gita sedang meneruskan memakai aneka perawatan untuk wajahnya yang sempat tertunda karena kedatangan Veranda.

"Ada apa bik?"

"Non Gita berantem lagi ya sama Buk Ve?"

"Ya gitu deh,"

"Non Gita kenapa sih non. Hobi banget nyari ribut sama buk Ve."

"Aku nggak nyari ribut, Bik. Dianya yang dateng-dateng langsung marah-marah." Gita membela diri.

"Kan nggak ada asap kalo nggak ada api,"

"Jadi Bik Minah nyalahin aku?"

"Eh, bukan gitu, non. Aduh, gimana ya ngejelasinnya,"

"Udah ah Bik, nggak usah dibahas. Bikin kesel aja."

Bik Minah mengangguk dan hendak meninggalkan kamar Gita, namun Gita teringat sesuatu. "Bik,"

"Iya, non?"

"Tadi pagi pas beresin kamar papa, Bik Minah liat hape nggak di atas nakas,"

"Enggak tuh, non. Emang hape non Gita udah ketemu?"

"Bukan hape aku,"

"Terus, hape siapa dong?"

"Udah. Lupain aja. Nggak penting juga." Gita mengibaskan tangan.

"Aneh banget sih non Gita ini." Gumam bik Minah yang masih dapat di dengar oleh Gita.

"Eh, Bik. Mungkin nggak sih kalo Ci Shani yang buang hape dia ke tempat sampah."

"Hape siapa sih non yang di buang ke tempat sampah?"

"Hapenya tante Ve. Dia nuduh aku yang buang hapenya ke tempat sampah. Aku kan kesel jadinya. Tau aja enggak,"

"Loh. Kok bisa non?" Gita mengangkat bahu acuh.

"Menurut bik Minah, mungkin nggak sih kalo Ci Shani yang buang hapenya dia ke tempat sampah?"

"Nggak mungkin lah non. Mana mungkin manusia semanis cokelat selembut sutera kayak non Shani bisa ngelakuin hal kayak gitu,"

Iya juga ya. Batin Gita membenarkan ucapan Bik Minah. "Terus siapa dong?"

"Emang hapenya di taro di mana sih kata buk Ve?"

"Di atas nakas. Aku juga sempet liat. Tapi aku biarin aja semalem?"

"Eh, jangan-jangan ditaro di atas tumpukan plastik, ya, non?"

"Kayaknya iya. Aku juga nggak merhatiin banget."

Bik Minah menepuk jidat. "Maafin Bik Minah ya, non. Kayaknya kecampur sama platik-plastik waktu Bibik beresin. Jangan-jangan ikut kebuang,"

Gita memutar tubuh ke arah si Bibik kilas. Lalu menggeleng, "Hadeh, bik bik."

"Hehehe.. Maaf ya, non. Gara-gara bibik, non Gita jadi disalah-salahin sama Buk Ve." 

"Udahlah, biarin aja. Toh dia sering banget nuduh aku yang enggak-enggak." ucap Gita yang sudah kebal dengan peperangannya dengan Ve.

"Kalo Gitu Bik Minah ke dapur dulu ya, non?"

"Hmm,"

Gita kembali menghentikan kegiatan merias wajahnya setelah Bik Minah meninggalkannya sendirian. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang berukuran king size kamarnya. Helaan napas juga terdengar dari bibir ranumnya. "Capek banget nggak sih dituduh ngelakuin hal yang nggak pernah kita lakuin," monolognya sendirian.

Deep Breath Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang