Shani sudah berhasil membawa Gita pulang ke rumah meski harus sedikit memaksa. Terjadi sedikit perdebatan di sana karena Gita menolak untuk pulang ke rumah.
Tadi, Shani langsung menghubungi Rey setelah Ia kehilangan jejak Gita. Adiknya itu sempat mencicipi minuman beralkohol tinggi di sana, untung saja minuman haram itu memiliki aroma serta rasa yang tak cocok di lidah Gita, sehingga Gita hanya kuat meminumnya satu tegukan saja. Tapi sial, kepalanya langsung pusing meski hanya minum seteguk saja.
Sebenarnya Shani ingin sekali mengomeli Gita, namun niatnya itu Ia urungkan saat melihat wajah Gita yang sangat kacau.
"Dek, udah sampe. Turun, yuk," ajak Shani sambil menepuk pelan pipi Gita.
"Aku nggak mau pulang. Aku benci papa."
"Gita," pantau Shani lembut. "Papa udah nggak marah, kok. Buka wa mu. Papa nyuruh kamu cepet pulang."
"Nggak mau!"
Shani memijit pelipisnya. Bingung menghadapi Gita yang sedang tantrum seperti ini.
"Kamu mau tidur di mobil?"
"Nggak tau!"
"Yang ini nggak mau, di tanya yang itu jawabnya nggak tau. Kamu tuh maunya apa?"
"Mau minggat."
Shani menghela napas berat. "Ya udah minggat aja sana. Yang salah kamu kok kamu yang ngambek. Aneh." Shani turun dari mobil lebih dulu, membiarkan Gita yang masih cemberut itu sendirian.
Gita kira Shani akan membukakan pintu mobil untuknya dan merayunya agar mau masuk ke dalam rumah, nyatanya Shani melenggang begitu aja.
"Mang Udin,"
"Ya, Non." Si satpam penjaga rumah menghampiri Shani dengan tergopoh.
"Kunci gerbangnya ya, Mang. Kalo Gita maksa mau keluar lagi, tolong laporin ke saya."
"Iya, non. Siap."
Braakk!
"Ci Shani nyebelin!" Ucap Gita sambil membanting pintu mobil dengan kasar. Wajahnya kian cemberut dengan kaki yang sengaja di hentak-hentakkan. Gita masuk ke dalam rumah dengan perasan dongkol. Nggak ada yang ngertiin perasaannya.
Shani tersenyum memandang kelakuan adiknya itu.
"Non Gita kenapa, Non?"
"Biasalah, ngambek." Mang Udin ber-oh-ria. "Makasih ya, mang."
"Siap, non."
Shani hendak meninggalkan halaman rumahnya tersebut, Namun belum juga Shani melangkahkan kaki, tiba-tiba terdengar suara klakson yang cukup keras dari depan gerbang. Keras dan ditekan terus berulang, pertanda jika si pemilik mobil tak sabaran ingin segera dibukakan pintu.
"Duh, siapa lagi malam-malam begini," ujar Mang Udin sambil berlari ke arah gerbang utama.
Mang Udin segera membuka pintu gerbang tersebut, yang membuat si pemilik mobil langsung menginjak gas untuk memasukkan mobil.
"Di mana adikmu itu!" Tanya Ve pada Shani yang ternyata masih belum beranjak dari sana.
"Dia di kamarnya. Ada apa, Tante?"
Ve tidak menjawab dan langsung melenggang masuk ke dalam rumah.
"GITA! GITA! KELUAR KAMU GITA!"
Dimas yang tengah berganti pakaian di dalam kamar buru-buru menyelesaikan aktivitasnya dan langsung keluar karena mendengar keributan tersebut.
"GITA!" Ve menaiki tangga menuju kamar Gita.
"Ada apa ini, Ve?"
"Mana putri kesayanganmu itu, mas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Breath
FanfictionGita harus merasakan pahitnya kehidupan setelah kakak yang selalu ia andalkan hilang entah kemana. bukan hanya kehilangan sang kakak, Gita juga harus merelakan kekasih, sahabat, serta semua kemewahan yang ia miliki karena ulah seseorang. "Bertahanl...