Ep8

544 65 7
                                    

Budayakan Vote sebelum membaca 😊

Happy Reading

🌻🌻🌻


Gita menolak pergi ke kampus dan lebih memilih untuk tetap menemani Shani di rumah sakit. Berbeda dengan Gita, Chika segera pergi ke kampus setelah memastikan kondisi Shani yang kata dokter cukup baik. Toh, Gita tidak akan mungkin mengijinkannya ikut menunggu Shani di dalam ruangan. Cukup di rumah dan di kampus saja mereka bertengkar. Chika tidak mau menjadikan rumah sakit sebagai arena perang mereka yang baru.

Berhubung hari ini Gita tidak berada di kampus, moment ini akan dijadikan langkah awal Chika untuk mendekati teman-teman Gita. Dengan tidak adanya Gita di kampus, Chika dapat dengan leluasa memengaruhi teman-teman Gita untuk berpihak padanya. Toh, yang mereka butuhkan hanya uang. Chika telah berjanji akan merebut semua yang Gita punya. Dimulai dari teman-teman terdekatnya.

Chika berjalan bersama Ara sahabat terbaiknya selama ini. Ia segera duduk pada sebuah bangku yang biasa menjadi tempat duduk Gita ketika sedang bersama ketiga sahabatnya.

"Aku perhatikan belakangan ini, kayaknya kalian bahagia banget kalau Gita nggak masuk." sindir Chika tepat sasaran dan membuat tawa Dey, Muthe dan Eli sirna seketika.

"Maksud kamu apa, Chik?" tanya Dey sakartis.

"Nggak ada," Chika meletakkan kartu kredit miliknya di atas meja. "Kalian mau nggak nemenin aku belanja. Tenang, kalian bebas kok milih apa aja yang kalian mau,"

Ketiganya saling melirik satu sama lain.

"Wah, dalam rangka apa nih?" Itu suara Muthe.

"Elo nggak lagi nyoba buat nyogok kita, 'kan?" Dey juga ikut menyahut.

"Nyogok kalian? Buat apa? Kalian kira aku nggak bisa dapetin temen di kampus ini." Tawanya renyah memecah keramaian. "Aku cantik, aku juga punya banyak uang. Jadi, aku bisa dapetin teman lebih banyak dari yang kalian pikir." Lalu bersidekap dada.

"Ya terus kenapa sekarang kamu malah ke sini? Bukannya pergi ke temen kamu yang katanya banyak itu?" Eli kembali berkomentar, namun Dey menendang kakinya dari bawah meja.

"Aku tau gimana angkuhnya sikap Gita ke kalian selama ini. Apa kalian nggak capek nurutin semua kemauan dia terus menerus. Ayolah, kalian juga punya hak buat nolak perintah dia. Aku tau yang kalian butuhkan dari Gita hanya uangnya, 'kan?"

Eli hendak kembali berkomentar, namun Dey segera menahan tangannya.

"Dan satu lagi, mulai sekarang kalian harus membiasakan diri dengan keadaannya yang sekarang. Ya, seperti yang kalian tau, ayah kami yang kaya raya itu udah meninggal. Tapi Gita nggak dapet apapun dari papanya. Kalian tau karena apa?"

Ketiganya diam tanpa suara.

"Ya benar. Karena sifat boros dan sulit diaturnya." Bohong Chika. "Sekarang terserah kalian. Kalian boleh ikut aku kalau mau jadi temanku. Tapi kalau kalian masih tetap memilih Gita, nggak masalah. Selamat merasakan hidup susah bersama nona si tukang perintah," ejeknya.

Chika pun kembali meraih kartu kredit miliknya dan segera meninggalkan ketiganya begitu saja.  Batinnya sangat puas karena berhasil membohongi teman-teman Gita. Setelah ini, ketiga teman Gita pasti akan berpihak padanya.

"Emangnya bener ya Gita jatuh miskin?" Muthe

"Kayaknya nggak mungkin deh." Eli masih berfikir positif.

"Terus kenapa lagi dia nggak masuk? Lagian ya, nggak masuk akal juga dia yang biasanya gonta ganti hape tiap ada keluaran terbaru, justru dia diem aja pas hape dia ilang. Kalo bukan karena miskin, karena apa lagi coba?" Dey mencoba cocoklogi.

Deep Breath Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang