Ep3

732 74 5
                                    

Dimas terlihat memasuki kamar Gita ketika putri bungsunya itu tak ada di rumah. Pria paruh baya itu terlihat meraba-raba tembok di balik lemari besar yang terdapat di ruangan itu. Tak lama kemudian sesuatu terbuka di balik tembok di dekat kaca. Itu adalah sebuah brangkas rahasia yang sengaja Dimas simpan di kamar putri bungsunya.

Pintu brangkas tersebut langsung terbuka setelah Dimas memasukkan beberapa digit angka sebagai password. Diletakkannya sebuah map ke dalam brangkas tersebut sebelum akhirnya kembali ditutup. Lalu diakhiri dengan menekan tombol kecil yang nyaris tak terlihat di belakang lemari. Dan, berangkas itu benar-benar hilang sempurna. Tidak ada yang tahu mengenai berangkas ini kecuali dirinya dan Gita. Itupun Gita tidak pernah mau tau apa isi di dalamnya, Gita benar-benar tidak perduli akan hal itu. Dimas sering memberitahunya tentang sandi berangkas tersebut, namun Gita tak pernah mau menghapalkannya. Selagi ada ayahnya, kenapa dia harus repot.

.

.

.

Fiony terlihat tengah duduk seorang diri di bangku taman kampus,  Ia sedang menunggu kedatangan Gracio. Berulang kali Ia terlihat menggerutu karna sahabatnya itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Biasanya dari jarak 1 kilometer saja Fiony sudah bisa mengetahui kedatangan Gracio karna ia begitu hafal dengan suara knalpot motor si calon dokter itu.

"Apaan sih Cio ini, katanya bentar lagi nyampe. Ini udah hampir setengah jam malah belum keliatan juga batang hidungnya." Gerutu Fiony seorang diri. Ia meraih ponsel di tasnya guna kembali menghubungi Gracio. Namun belum sampai di angkat, ternyata Gracio sudah berdiri tepat di hadapannya.

"Kamu kok lama banget, sih, Cio?"

"Sorry, tadi nganter kak Jinan dulu ke kantor."

"Kok tumben kak Jinan minta anter?"

"Motorku lagi di bengkel, jadi aku pake mobil kak Jinan."

"Oalah,"

"Mana? Katanya ada job buat aku,"

Fiony meminta Gracio untuk duduk di sampingnya, "Kamu kenal Marsha, kan?"

Gracio mengangguk, "Iya tau, tapi aku nggak kenal,"

"Yang penting kamu tau, 'kan?" Gracio mengangguk, "Sopir yang biasa antar jemput dia lagi ngerawat istrinya yang abis lahiran. Nah, dia minta tolong cariin sopir pengganti selama 2-3 mingguan lah. Dan kamu bakal di bayar harian, kan lumayan tuh,"

"Emangnya dia nggak bisa nyetir sendiri?"

Fiony menggeleng. "Orang tuanya tuh over protektif banget sama anaknya, makanya dia nggak pernah dikasih izin buat belajar bawa mobil sendiri. Naik Grab aja nggak dibolehin."

"Ya udah. Gas aja. Lagi butuh banyak duit nih, banyak banget pengeluaran bulan ini."

Fiony bangkit dari duduknya, diikuti oleh Cio.

"Tapi kamu tenang aja, kerjanya fleksibel, kok. Kalo dia butuh kamu, dia nge-chat satu jam sebelumnya biar kamu ada persiapan, kalo udah selesai kamunya langsung dibolehin pulang,"

Mereka berjalan menuju kelas Fiony. Di sana Gracio tidak sengaja mendengar percakapan Gita dan Rey. Namun Cio tidak mau ambil pusing. Iya harus fokus pada tujuan awalnya datang ke kelas ini.

"Sha!" Panggil Fiony pada Marsha yang tengah asik berbincang dengan temannya.

"Fio," Marsha mengangkat tangan sembari melambai, lalu meminta Fiony untuk menghampiri.

"Gimana? Temen kamu mau?" Tanya Marsha yang langsung di angguki oleh Fiony.

"Ini dia nih. Kenalin, dia sopir pengganti yang aku ceritain ke kamu. Namanya Cio. Dia dari fakultas kedokteran,"

Deep Breath Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang