Budayakan Vote lebih dulu sebelum membaca 😊
Happy Reading
🌻🌻🌻
Tubuh Shani kini sudah berada di dalam ambulance yang telah di siapkan oleh Daniel. Daniel berniat untuk membawa Shani ke Singapura agar mendapat pengobatan terbaik di rumah sakit yang ada di sana. Bukan hanya menyiapkan ambulance, Daniel juga sudah mengurus segala keperluan yang di butuhkan Shani untuk dapat di terbangkan ke Singapura malam itu juga. Bahkan Daniel juga menyiapkan seorang dokter pribadi untuk menemani Shani selama perjalanan.
"Git, kamu naik mobil bareng aku aja." Ujar Daniel mencegah Gita yang ingin ikut naik ke dalam mobil ambulance.
"Enggak, kak. Aku mau nemenin Ci Shani. Aku nggak mau ninggalin Ci Shani sendirian di sana,"
"Dia nggak sendirian. Ada dokter yang menemaninya selama perjalanan. Kalo terjadi sesuatu yang membahayakan dalam perjalanan, kamu bisa apa? Kalo dokter kan langsung tau harus melakukan tindakan apa jika tiba-tiba sesuatu terjadi pada Ci Shani,"
"Tapi, Ci Shani akan baik-baik aja, kan?"
Daniel mengangguk, meyakinkan Gita bahwa semua akan baik-baik saja. "Kita hanya akan mengikuti di belakang ambulance."
Gita pun menurut. Setelah memastikan Shani telah aman di dalam ambulance, Gita masuk ke dalam mobil Daniel yang berada di belakang ambulance. Mobil Daniel pun mulai berjalan dan mengikuti ambulance tersebut. Selama dalam perjalanan, fokus Gita hanya tertuju pada mobil ambulance di depannya. Namun, saat di tengah perjalanan, tiba-tiba Daniel menghentikan laju mobilnya.
"Kenapa berhenti, kak?" Tanya Gita mulai khawatir, pasalnya mobil ambulance yang membawa Shani mulai tidak kelihatan.
"Nggak tau, kayaknya rewel lagi ini mobil. Padahal baru di service." Ujar Daniel sambil melepas sabuk pengaman miliknya.
"Kamu tunggu di sini aja. Biar cepet." Perintah Daniel yang kembali diangguki oleh Gita.
Daniel membuka kap mesin mobilnya, berpura-pura mengecek kerusakan di sana. Sementara Gita terlihat gelisah menunggu di dalam mobil.
"Kak Daniel, masih lama nggak?" Tanyanya khawatir.
"Bentar lagi, ini udah aman kok." Ujar Daniel. Padahal saat ini dirinya tengah menunggu instruksi dari seseorang.
Tak lama kemudian sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Pesan yang berisi sebuah kata berbunyi NOW yang membuat senyum di bibir Daniel tersemat licik.
"Beres," ujarnya kembali menutup kap mesin mobilnya.
Gita menghela napas lega melihat Daniel kembali memasuki mobilnya. "Buruan, kak. Kita udah ketinggalan jauh."
Daniel kembali melajukan mobilnya setelah selesai memakai seat belt. Ia menurut pada Gita dengan menambah kecepatan mobilnya.
Sesekali ia melirik pada Gita yang terlihat khawatir. "Kak, bisa cepetin lagi nggak. Perasaan aku nggak enak banget," ujarnya masih memperhatikan jalanan lengang di depan sana. Wajar memang mengingat hari sudah sangat malam. Gita memaksa tetap memindahkan Shani hari ini juga meski sudah hampir jam 12 malam.
"Tenang, Gita. Kamu jangan panik gitu."
"Tapi aku kuatir banget sama ci Shani."
Kali ini Daniel tidak berkomentar, ia tekan lebih dalam pedal gas demi menambah laju kendaraannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Breath
FanfictionGita harus merasakan pahitnya kehidupan setelah kakak yang selalu ia andalkan hilang entah kemana. bukan hanya kehilangan sang kakak, Gita juga harus merelakan kekasih, sahabat, serta semua kemewahan yang ia miliki karena ulah seseorang. "Bertahanl...