"Ke mana mereka bawa Eli? To-tolong antar aku ke sana!"
Keduanya menoleh pada sumber suara dan terkejut mendapati Gita kini tengah berdiri di hadapan mereka, apalagi Fiony. Gadis itu sampai membuka mulutnya lebar karena tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Gita Rabe Natio, gadis yang dikabarkan menghilang sejak satu bulan lalu itu ternyata berada di tempat ini, di rumah sahabatnya sendiri.
Fiony menatap tak percaya pada Cio dan Gita bergantian, ia ingin menuntut sebuah penjelasan, namun tiba-tiba lengannya ditarik oleh si gadis yang tengah menjadi pusat perhatian Cio saat ini.
"Tolong katakan ke mana Tante Ve bawa Eli! Aku mau ketemu Eli! Aku harus menyelamatkan Eli atau nasibnya akan sama seperti aku,"
"Tenangin diri kamu, Sekar!" Cio menahan kedua tangan Gita, gadis itu terlihat tak tenang, matanya tak fokus dan sering berulang kali melirik ke arah pintu.
"Lepaskan aku! Aku harus menyelamatkan Eli. Aku gak mau Tante Ve melukai Eli." Ujar Gita masih tak tenang. Mau tak mau Cio harus melakukan sesuatu, ia tangkup wajah panik Gita menggunakan kedua tangannya, lalu menahannya agar menatap ke arahnya.
"Sekar, dengerin aku, hey! Gak akan terjadi sesuatu apapun pada Eli. Tante Ve gak mungkin melukai Eli. Itu terlalu beresiko buat dia."
"Kamu tau apa tentang Veranda! Dia bisa melakukan apapun yang dia mau! Dia saja bisa membunuh Ci Shani apalagi orang yang bukan siapa-siapanya. Dia akan terus melukai orang-orang yang mencoba melindungiku. Aku--aku gak mau itu terjadi. Kamu dan Kak Jinan bahkan bisa terluka karena aku! Aku harus pergi dari sini! Aku gak mau tinggal di sini lagi. Aku harus pergi!" Gita memberontak, mencoba melepaskan diri dari cekalan Cio.
"Enggak, Sekar, Enggak! Kamu gak boleh pergi! Kamu aman di sini!" Ucap Cio pada Gita yang terus meronta, kedua tangannya masih menahan tubuh Gita yang memaksa pergi. "Apapun yang terjadi, kami akan selalu melindungimu. Kamu liat kan selama ini, aku dan Kak Jinan baik-baik aja. Gak ada hal buruk yang akan terjadi pada kami ataupun pada Eli!"
"Itu karena tante Ve belum menemukan keberadaanku di rumah ini! Pokoknya aku harus pergi! Aku gak mau kalian terluka karena aku. Lepasin aku, Cio! Aku harus pergi!" Gita semakin meronta, mencoba melepaskan cekalan tangan Cio dari tubuhnya.
"Jangan gini, Sekar. Coba tenangin diri kamu dulu!" bukannya semakin tenang, Gita justru semakin meronta.
"GITA!" Bentak Cio pada akhirnya. Dan benar saja, Gita langsung berhenti memberontak setelah mendengar nada tinggi Cio. Mata gadis itu berkaca-kaca dengan mulut yang mengatup rapat. Mata berairnya menatap Cio penuh kekecewaan, sementara Cio hanya terpaku merutuki kebodohannya yang telah membentak Gita.
"Ma-maaf," ucap Cio penuh penyesalan, cekalannya pada tangan Gita melemah, membuat si gadis dengan mudah melepaskan diri dari cekalan Cio. Tanpa mengatakan sepatah katapun lagi, Gita langsung berlari masuk ke dalam kamar. Ia banting pintunya dengan cukup keras sebelum akhirnya Ia kunci dari dalam dan membuang kuncinya. Gita menyembunyikan diri dan menangis dibalik selimut.
"Gi-Gita, maafin aku. Aku gak bermaksud buat bentak kamu...aish!" Cio menjambak rambutnya frustasi. Dalam hati ia merutuki kebodohannya sendiri. Kenapa ia tidak sabar menghadapi Gita. Gadis itu baru saja mulai bangkit dari keterpurukannya, kenapa ia malah membentaknya.
"Aku butuh penjelasan dari kamu!" Sial! Cio sampai lupa jika di sini juga ada Fiony.
.
.
.
"Lepasin! Kenapa kalian bawa aku ke tempat seperti ini?" Pekik Eli masih berusaha melepaskan diri. Ia dibawa ke salah satu bangunan yang tidak terlalu besar yang menjadi markas bagi anak buah Ve.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Breath
FanfictionGita harus merasakan pahitnya kehidupan setelah kakak yang selalu ia andalkan hilang entah kemana. bukan hanya kehilangan sang kakak, Gita juga harus merelakan kekasih, sahabat, serta semua kemewahan yang ia miliki karena ulah seseorang. "Bertahanl...