Rey sedang berada di sebuah Club malam untuk membuang segala kegelisahan hatinya. Maklum saja, belakangan ini Ia memang tengah galau karena memikirkan gadis itu. Meskipun Chika sudah berada di sisinya dan memberikan semua yang dia minta, namun, Rey tetap tidak bisa melupakan gadis itu. Ada apa dengannya? Bukankah selama ini Rey hanya menginginkan uangnya saja? Tapi, kenapa sekarang rasanya sakit sekali. Di mana gadis itu? Ke mana Rey harus menemuinya untuk menghilangkan rindu yang menyesakkan ini.
Rey sudah menghabiskan empat botol wine miliknya seorang diri, berharap efek dari minuman itu dapat membuatnya lupa akan sosok Gita, namun sial, sekarang bayangan gadis itu justru ada di mana-mana.
"Rey!" Seorang gadis memanggil namanya sembari menarik lengan Rey yang tengah di gunakan untuk menopang kepala, si pria terkejut saat mendapati gadis yang tengah dirindukannya ada di hadapannya sekarang.
"Kamu--di sini?" Ujar Rey dengan senyum yang merekah.
"Kamu lupa ya, malam ini kita 'kan udah janjian mau dinner bareng. Aku nungguin kamu dari tadi. Kamunya malah asik sendiri di sini. Mana udah mabuk lagi." Ucap si gadis dengan suara marah.
"Dinner, ya? Aku lupa, hahaha," ucap Rey setengah sadar.
"Ayo pulang! Kamu udah mabuk berat," si gadis menarik lengan Rey untuk diajak pergi, namun Rey yang sudah mabuk berat tak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri, pria itu kembali terduduk dengan kepala yang terhunyung.
"Aku nggak mau, pulang. Aku maunya di sini aja--sama kamu. Aku nggak mau pisah lagi dari kamu---nggak mau," ujar Rey sambil menarik tubuh si gadis ke dalam pelukan.
Tentu saja ucapan Rey membuat si gadis yang tak lain adalah Chika terenyuh. Meski perasaannya pada Rey masih mengambang, namun hati wanita mana yang tidak luluh jika kekasihnya mengucapkan kata-kata manis seperti ini. Apalagi kata orang, ucapan orang mabuk itu biasanya ucapan jujur dari lubuk hatinya yang paling dalam. Ternyata Rey benar-benar sudah mencintainya. Chika pikir Rey mau menjadi pacarnya hanya karena uangnya saja.
"Kamu udah mabuk, Rey. Kita pulang, ya?" Ucap Chika diiringi usapan lembut pada wajah Rey.
"Apa?" Rey melepaskan pelukannya dan mendongak untuk menatap wajah si gadis yang saat ini berdiri di hadapannya. Suara bising di dalam club malam tersebut membuat Chika harus sedikit mengeraskan suaranya agar Rey dapat mendengar ucapannya.
"Aku nggak mau pulang." Rey menggeleng, bertingkah seperti bocah tantrum, namun kemudian aksinya menjadi liar. Ia tarik wajah si gadis agar lebih dekat dengan wajahnya, kemudian ia cium bibir ranumnya. Tentu saja aksi Rey kali ini membuat Chika terkejut. Matanya melotot sangking terkejutnya. Namun begitu, Chika bisa mengimbangi Rey. Perlahan, gadis itu memejamkan matanya dan mulai menikmati lumatan lumatan kecil di bibirnya. Bibir mereka saling bertautan, meledakkan perasaan aneh yang bergejolak di dalam dada, menuntut Chika untuk meminta lebih dari ini, tanpa takut tanpa peduli jika mereka akan menjadi tontonan banyak orang, sungguh Chika tidak peduli.
Ciuman itu semakin dalam dan semakin panas, lidah mereka beradu di dalam sana, saling bertukar saliva hingga memaksa mereka berhenti karena hampir kehabisan napas. Rey melepas ciuman itu lebih dulu, lalu tersenyum pada Chika yang masih mendamba bibir manis Rey.
Rey menangkup wajah Chika dengan tangan kanannya, matanya berbinar menatap wajah gadis itu, senyum indah tak luntur dari bibir tipisnya. "Aku kangen banget sama kamu," ujar Rey dengan mata yang berkaca, "Kamu jangan pergi pergi lagi, ya?"
Chika mulai mengernyit. Pergi? Maksudnya pergi kemana? Belum selesai dengan kebingungannya, tiba-tiba Rey kembali menariknya ke dalam pelukan. Direngkuhnya tubuh Chika dengan erat, "Aku mencintaimu, Gita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Breath
FanfictionGita harus merasakan pahitnya kehidupan setelah kakak yang selalu ia andalkan hilang entah kemana. bukan hanya kehilangan sang kakak, Gita juga harus merelakan kekasih, sahabat, serta semua kemewahan yang ia miliki karena ulah seseorang. "Bertahanl...