The Great Phoenix

498 50 5
                                    

Selamat berpetualang kembali!

🧹

Hening ruangan tersebut, tidak ada satupun yang bersuara. Mereka masih mencerna apa yang sebenarnya terjadi, dari kemunculan Adel yang tiba-tiba sampai ucapan Adel tentang era baru Batavia. " Shesshh " Shani mengelap sudut bibirnya yang berdarah akibat pukulan Flora. " Kau tak apa? " tanya Feni Khawatir.

" Ya, tolong bantu aku berdiri " Feni membopong tubuh Shani, membantunya untuk berdiri.

" Kita kembali ke camp ku ya? " namun tawaran Feni ditolak oleh Shani. " Tidak, aku harus menjaga mereka "

" Menjaga? Jaga saja dirimu sendiri, kami tidak perlu bantuan dari pembunuh seperti mu! "

" Sialan! Jaga bicaramu! Dia gurumu dan apa salahnya jika dia ingin melindungi kalian! Apa kamu tidak mendengar yang teman kalian katakan!? Tentang era baru Batavia? Apa kamu tidak paham sebentar lagi akan terjadi perang!? "  Gita tersulut emosi mendengar temannya direndahkan seperti itu.

" Gita! Sudahlah, biar aku yang berbicara padanya. Flora aku bisa menjela- "

" Menjelaskan apa lagi? Ah, aku tahu. Pasti kamu mau bilang jika kamu tidak sengaja membunuh kedua orang tua Adel? Atau ini tidak sesuai rencana mu? Seperti penyerang saat itu? Iyakan? " potong Flora cepat.

Shani menggeleng, " Tidak bukan seperti itu, biarkan aku berbicara terlebih dahulu. Orang tua Adel dibunuh oleh Professor, karena mere- "

" Selain membunuh kamu juga ternyata suka menuduh yah? Apa kamu tidak lihat tadi Adel mengeluarkan sebuah Kalung? Apa itu tidak cukup untuk menjadi bukti kalau kamu ada ditempat kejadian? Oh, atau jangan-jangan. Saat kamu pergi malam itu, kamu pergi membunuh mereka? " kini Zee yang memotong ucapan Shani.

Shani terdiam, ia tidak bisa menjawab ucapan Zee. Di keadaannya yang seperti sekarang dengan luka di seluruh wajahnya membuatnya sulit berpikir dengan jernih, rasa sakit diwajahnya lebih mendominasi dibandingkan otaknya yang dipaksa untuk berpikir.

Ia tidak bisa sembarang berbicara sekarang, karena ia tahu jika dirinya sedang berada di fase yang sulit. Semua anak didik nya kini memandang nya sebelah mata, bahkan mungkin sekarang dirinya sudah tidak dianggap sebagai guru lagi oleh mereka.

Andai saja jika Shani tidak memberikan gestur peringatan pada Feni dan Gita, sudah dipastikan mereka akan saling serang satu sama lain.

" Kenapa diam? apa ucapan ku benar? " tanya Zee.

" T-tidak bukan begitu, aku han- "

" Sudahlah simpan saja alasanmu, teman-teman lebih baik kita pergi dari sini " Zee lagi-lagi memotong ucapan Shani lalu berjalan keluar dari ruangan tersebut.

Hal tersebut diikuti oleh teman-temannya, satu persatu dari mereka meninggalkan ruangan tersebut tanpa sepatah katapun. " Indah kamu percaya padaku kan!? " Shani sempat menghentikan langkah Indah.

Indah mengehentikan langkahnya, " Maaf miss " ia menggeleng kepalanya pelan lalu kembali melangkahkan kakinya keluar.

Kini hanya tersisa 3 orang diruang tersebut, Feni menatap punggung Shani dengan Khawatir. " Sudahlah Kak, mereka perlu waktu untuk memahami semua ini " Feni menepuk-nepuk pelan pundak Shani.

Magic AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang