12- Malmingan

109 17 2
                                    

Kini Gibran dan Zea sudah sampai di pekarangan rumah nya pada pukul 16.30 . Setelah Gibran memarkirkan motor nya, kini Zea turun dari motor sport milik abang nya itu. Setelah itu Zea langsung menuju ke dalam rumah nya meninggalkan abang nya yang masih berada didalam garasi. Dan Gibran pun langsung menyusul Zea ke dalam.

"Assalamualaikum," ucap salam Zea dan disitu sudah ada bunda nya yang sedang duduk di ruang tamu sambil bermain ponsel.

"Waalaikumsalam, pulang sama siapa kamu Ze?" tanya bunda Ana setelah menjawab salam dari Zea.

"Zea pulang sama aku Bund." jawab Gibran yang tiba-tiba masuk tanpa salam, Zea dan bunda nya pun menoleh ke arah Gibran.

"Ouh sama kamu Gib kirain sama siapa, ouh ya gimana tadi kamu udah terapi Ze?" tanya bunda Ana lagi, Zea pun menoleh ke arah bunda Ana.

"Udah Bund." jawab Zea.

"Ya udah sekarang kamu bersihin badan kamu, udah sore nih. Terus habis itu makan dan jangan lupa obatnya diminum ya Ze." ucap bunda Ana dan diangguki oleh Zea.

"Siap Bund." sahut Zea.

Zea pun langsung menaikki tangga untuk menuju kamar nya. Gibran yang melihat ke arah Zea pun tersenyum, dia sangat rindu sikap nya Zea yang begitu nurut dengan keluarga nya, dan sekarang sikap itu sedang bersinggah lagi ke jiwa Zea.

"Kenapa kamu senyum-senyum gitu Gib, udah sana bersihin badan kamu. Habis itu makan bunda sama bi Inah udah masakin masakan enak-enak." ucap bunda Ana membuyarkan lamunan Gibran yang sambil menatap Zea.

"Oke Bund." sahut Gibran, setelah itu Gibran menaikki tangganya untuk menuju ke kamar nya.

"Bunda sangat beruntung memiliki kalian, semoga kalian berdua tetap bersama bunda dan ayah sampai kita berdua tua, Yaallah hamba memohon kepada mu untuk kesembuhan Zea, berilah waktu yang lama lagi untuk Zea agar bisa menemani hamba sampai tua nanti Ya allah. Aminn." lirih bunda Ana sambil menatap pintu kamar Zea dan Gibran, karena kamar mereka kelihatan dari bawah jadi bunda Ana bisa melihat pintu kamar kedua anak nya. Setelah itu bunda Ana mengusap kedua telapak tangan nya ke wajah nya.

Setelah itu bunda Ana mengambil ponsel dari meja ruang tamu untuk menelpon ayah Danis.

Panggilan

Bunda Ana:
Mas, pulang jam berapa?

Ayah Danis:
Kaya nya malem deh soalnya lembur

Bunda Ana:
Ouh gitu ya, udah makan apa belum mas?

Ayah Danis:
Udah tadi. Masakan kamu selalu enak, makasih yaa

Bunda Ana:
Iyalah Ana yang buat, spesial untuk ayah nya Zea sama Gibran

Ayah Danis:
Ouh ya Na, si Zea udah kemoterapi?

Bunda Ana:
Alhamdulillah udah mas

Ayah Danis:
Syukurlah, kamu jagain Zea ya Na, jangan sampai lupa minum obat

Bunda Ana:
Iya mas tenang aja, ya udah ya aku mau nyiapin makanan buat anak-anak

Ayah Danis:
Ya udah aku matiin dulu, assalamualaikum

Bunda Ana:
Waalaikumsalam

Tutt, telepon di putuskan oleh Ayah Danis, dan bunda Ana langsung mengantungkan ponsel nya ke dalam saku celananya setelah itu bunda Ana pergi menuju dapur untuk menyiapkan makanan yang sudah dimasak oleh bunda Ana dan bi Inah.

KEPRIBADIAN ZEANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang