35- Hal Tersembunyi

71 10 0
                                    

Zea dan Gibran kini pun sudah tiba di halaman sekolahnya. Mereka berdua berangkat bersama karena suruhan Bunda Ana kemarin. Sungguh terpaksa Zea harus berangkat bersama Gibran, apabila bukan karena perintah dari Bunda nya tersebut, Zea pun tidak sudi berangkat bersama Gibran.

Kini Gibran melajukan motornya kedalam parkiran untuk memarkirkan motornya tersebut. Setelah memastikan motornya sudah tertata rapi disana, Gibran pun menskandar kan skandar motornya.

Tanpa disuruh turun, Zea pun langsung turun dari motor Gibran lalu melangkah untuk meninggalkan Gibran disana. Gibran yang melihat itu pun langsung melepaskan helm nya dan turun dari motornya. By the way Zea tidak memakai helm, karena malas, jadinya helmnya, ia letakkan di kamarnya saja.

"Tunggu Ze." ucap Gibran namun dihiraukan oleh Zea, Zea memilih untuk melanjutkan langkahnya untuk menuju kelas. Gibran pun langsung berlari menyusul Zea.

Sesampainya Zea didalam kelas, dirinya langsung menjadi tatapan teman kelasnya itu termasuk kedua sahabatnya itu. Zea pun tak peduli, dia memilih berjalan mendekati tempat duduknya.

Gibran pun langsung menarik mundur kursi Zea agar Zea duduknya bisa leluasa di situ. Zea pun tak merespon apapun, dia hanya diam sambil mengambil posisi duduk di kursinya.

Setelah itu, Gibran pun langsung menuju ke tempat duduknya. Tatapannya pun menuju ke tempat duduk para sahabatnya, ya kosong, sepertinya mereka belum berangkat.

"Ze, itu punggung tangan lo kok kaya ada luka, kenapa?" ternyata sahabatnya ini sangat teliti. Ya Yura menemukan seperti ada goresan luka dipunggung tangan kanan Zea. Zea pun langsung menatap kearah luka nya itu.

"Jatuh dari motor kemarin." jawab Zea dengan jelas membuat kedua sahabatnya itu membelalakkan kedua bola matanya.

"Makanya lo kalo naik motor jangan ngebut-ngebut Markonah." kata Yura pada Zea, Zea hanya diam saja. Dia sudah menduga, apabila sahabatnya dikasih tahu bahwa dirinya terluka pasti akan kena omel oleh Yura ataupun Manda.

"Kaya lo ga ngebut aja kalo naik motor, minimal sadar diri." balas Zea.

"Tapi gue kan kira-kira monyet, ga kaya lo kalo naik motor kaya setan lewat." komen Yura lagi.

"Brisik."

"Ada masalah apa lo, ngebut sampai jatuh dari motor? Gila lo!" tanya Manda pada Zea.

"Lo kalo lagi ada masalah ga usah kebut-kebutan dijalan raya, bahaya tau ngga, dan sekarang lo luka kan, jadi salahin diri lo awas aja lo salahin orang lain." sambung Manda.

"Iya gue tau, ini salah gue. Udah ah lagi mager ngomong gue." jawab Zea dan kedua sahabatnya itu kembali terdiam, mereka tidak ingin merusak mood Zea dipagi begini.

Tak lama, bel masuk berbunyi, dan ada seorang guru yang masuk ke kelas Zea. Siapa lagi kalau bukan wali kelas nya. Padahal hari ini tidak ada pelajarannya tetapi kenapa Pak Yono masuk? Sepertinya wali kelas mereka ini akan menyampaikan pengumuman pada mereka.

"Pagi anak-anak," sapa Pak Yono sembari melangkah menuju kedalam kelas Zea.

"PAGI PAK." jawab mereka dengan serentak.

"Gimana kabar kalian?" tanya Pak Yono setelah duduk di kursi meja guru kelas itu.

"BAIK PAK." sahut mereka.

"Alhamdulillah." ucap Pak Yono.

"Baik, saya kesini mau menyampaikan pengumuman, bahwa mulai hari ini sampai minggu depan kalian akan mengerjakan latihan-latihan soal dan mengerjakan tugas kelompok maupun individu. Kalian kan 2 bulan atau 3 bulan lagi akan melaksanakan ujian kelulusan sekolah jadi kegiatan ini itu untuk menyiapkan mental kalian nanti di medan ujian, intinya mulai sekarang kalian harus giat belajar ya, paham anak-anak?" jelas Pak Yono. Mereka yang mendengar nya pun langsung seperti menampilkan raut-raut wajah lesu nya.

KEPRIBADIAN ZEANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang