Kini Gibran sudah sampai di pekarangan rumah sakit, lebih tepat nya di parkiran rumah sakit itu. Pada saat Gibran turun dari motor nya dan mulai melangkahkan kaki nya tiba-tiba, ada orang yang menabrak nya.
Brukk
"Maaf-maaf tadi ga fokus liat jala--" ucapan orang yang menabrak Gibran pun berhenti, karena dia terkejut setelah mendongakkan wajah nya untuk melihat wajah orang yang ditabrak nya.
"Gibran,"
"Shey,"
"Maaf Gib, aku tadi ga sengaja," kata Sheyna sambil mengambil kantong kresek putih yang tadi jatuh.
"Gapapa." sahut Gibran.
"Lo sakit Shey?" tanya Gibran sambil melirik sebentar ke arah kantong kresek yang di pegang Sheyna, Gibran tau isi nya karena terpampang jelas di kantong kresek yang di bawa Sheyna itu adalah obat-obatan.
"Eng-ga" sahut Sheyna dengan menampilkan raut wajah yang gugup.
"Terus itu, obat buat siapa?" tanya lagi Gibran, karena masih penasaran.
"Ouh, ini bu-at kakak aku," jawab Sheyna.
"Ouh." jawab Gibran yang sudah tidak penasaran lagi.
"Kamu sendiri Gib, ngapain ke sini?" sekarang Gibran yang gugup karena pertanyaan Sheyna, karena dia dari tadi tidak memikirkan jawaban itu, karena dia pikir Sheyna tidak akan bertanya kepada Gibran karena dia juga jarang bertanya-tanya pada teman-teman nya.
"G-gue mau cek kesehatan gue, soalnya dari kemaren gue sakit kepala terus," alibi Gibran.
"Ouh gitu ya. Ya udah Gib, Aku mau pulang dulu." ucap Sheyna, setelah ucapannya diangguki oleh lawan bicara nya, Sheyna langsung meninggalkan Gibran dan menuju ke mobil nya. Kebetulan Sheyna diantar kan oleh supir pribadi nya menggunakan mobil milik ibu nya.
"Ouh ya gue baru nyadar. Kan abang nya Sheyna di luar negeri, berarti dia tadi boong. Lah gue juga bego, malah baru nyadar. Terus itu obat buat siapa?" monolog Gibran yang melihat Sheyna sudah pergi bersama mobil nya meninggalkan area rumah sakit itu.
"Tapi dia kan punya adek, mungkin buat adek nya kali, ahh napa gue jadi mikirin omongan Sheyna tadi." sambung nya, setelah itu Gibran langsung melangkahkan kaki nya menuju ke dalam koridor rumah sakit itu.
****
Gibran pun sekarang berjalan sepanjang koridor rumah sakit itu, bau obat-obatan pun tercium sangat oleh Gibran. Gibran berjalan sambil menghembuskan nafas yang begitu naik turun. Pada saat dia sudah berada di depan pintu ruangan adik nya itu, dia menatap knop pintu itu dengan ragu setelah itu dia membuka pintu itu.
Ceklek
Pandangan pertama yang dilihat Gibran, adalah adik nya, si Zea. Zea pun membalas pandangan Gibran dengan tatapan malas. Gibran yang melihat Zea pun tersenyum, setelah melontarkan senyum untuk adik nya itu. Kini Gibran menoleh ke arah ayah dan bunda nya yang tertidur pulas di sofa ruangan inap Zea.
Gibran yang melihat itu pun langsung menghampiri kedua orang tua nya dan berjongkok di hadapan mereka. Kini ayah Danis dan bunda Ana tertidur dengan posisi duduk sambil menyender ke punggung sofa yang mereka duduki.
"Yah, Bund," panggil Gibran sambil menepuk bahu ayah dan bunda nya secara pelan. Ayah dan bunda nya yang merasa dipanggil pun langsung terbangun dari tidur nya.
"Ehh maaf Yah, Bund ganggu waktu istirahat nya. Ayah, Bunda kalo cape, pulang aja dulu. Nanti biar Gibran yang gantian ngejagain Zea," tutur Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEPRIBADIAN ZEANA
Teen FictionSetelah menyadari diri nya tidak dianggap ada oleh orang yang diri nya sukai, dia mulai merubah diri nya ke sifat aslinya itu. Dia akan membalikkan perbuatan itu kepada orang-orang yang sudah meremehkan diri nya. "Siapa lo? ngatur-ngatur hidup gue...