31- Debat

66 15 15
                                    

Suara klakson berbunyi dari arah belakang motor Gibran membuat Gibran pun langsung menoleh ke arah sumber bunyi klakson motor itu. Ternyata suara klakson motor itu adalah suara motor klakson dari motor Farel, yaps Farel dan Rafa sudah datang.

"Tumben cepet, biasa nya lemot." cetus Gibran pada kedua temannya itu.

"Itu mah yang boleh lemot kecepatan otaknya, kalo kecepatan laju jangan diragukan lagi bro." sahut Rafa sambil turun dari motor Rafa.

"Gue pinter, ga lemot otak." tutur Farel membuat Rafa menatap dengan sinis. Farel memang pintar, tapi apakah dia bisa untuk tidak mengumbar-umbarkan kecerdasan otaknya itu?. Pikir Rafa.

"Terserah kalian lah. Udah tuh Fa, bawa motor adik gue ke rumah." pinta Gibran pada Rafa, Rafa pun langsung mengacungkan jari jempol kanannya sambil menyengir, lalu menunggangi motor Zea.

"Awas kalo motor gue sampai lecet, habis kalian semua!!" ucap Zea.

"Aman tuan putri, motor lo sama gue mah ga bakal lecet sedikit pun, tenang aja." sahut Rafa setelah menaikki motor sport Zea, Zea yang mendengar ucapan Rafa pun langsung menatapnya dengan tatapan menginterogasi.

"Iya ga lecet sedikit pun, tapi lecet banyak." cetus Zea dengan menatap Rafa malas.

"Sembarangan, ya ga lah." balas Rafa.

"Ya udah sana lo berdua, anter motor adik gue sampai rumah." ucap Gibran pada Rafa dan Farel. Farel pun hanya mengangguk saja, sedangkan Rafa dia malah lagi-lagi menyahut.

"Ini dijual, dapet berapa juta ya?" ucap Rafa sambil melihat-lihat body motor Zea. Zea yang mendengar itu pun langsung membelalakkan bola matanya.

"Sembarangan banget ya mulut lo, pengin gue tonjok mulut lo hah?!!" sahut Zea dengan nada sentak nya membuat Rafa menyatukan kedua telapak tangannya seperti sedang meminta maaf pada saat hari raya idul fitri.

"Bercanda seng." ucap Rafa membuat Gibran, Farel apalagi Zea itu, menatapnya dengan tajam.

Sungguh sengit mereka bertiga ini memiliki teman seperti Rafa. Eh teman? Sepertinya bagi Zea tidak menganggap Rafa temannya melainkan adalah monyet ragunan.

"Sang seng sang seng, sini mulut lo biar gue semen!!" ujar Gibran pada Rafa.

"Santai bro." ucap Rafa.

Kini Rafa pun menyalakan motor Zea, bersiap untuk pergi dari tempat itu. "Kita pergi dulu, assalamu'alaikum." ucap Rafa lalu pergi meninggalkan Gibran, Zea dan Farel.

"Waalaikumsalam." jawab Gibran dan Zea. Farel tidak ikut menjawab salam Rafa melainkan dia ikut menyusul Rafa untuk mengantarkan pulang motor Zea.

Kini disana hanya ada Gibran dan Zea saja, Zea pun hanya menatap lurus kedepan dengan perasaan sedikit kesal. Sungguh dia tidak mau ke rumah sakit bersama Gibran, tapi apa boleh buat apabila Gibran sudah memaksanya.

"Sekarang kemana?" tanya Zea dengan raut wajah sedikit kesal.

"Ke rumah sakit lah." jawab Gibran sambil menunggangi motor nya.

"Ga usah Gib, gue ga luka." ujar Zea.

"Kalo lo ga luka, tetep aja kerumah sakit. Kan hari ini jadwal lo terapi." ucap Gibran sambil menaikkan standar motornya, bersiap untuk melajukan motor besarnya.

Zea pun yang mendengar itu langsung mendengus sebal. "Udah lah terserah lo." ucapan Zea ini membuat Gibran mengeluarkan seutas senyuman senang nya.

"Oke, pegangan." ucap Gibran membuat Zea melotot kan kedua bola matanya. Sungguh laki-laki dihadapannya itu banyak mau nya. Pikir Zea.

KEPRIBADIAN ZEANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang