Semenjak kejadian itu, Fahrul langsung berubah drastis pada Aprilia. Jangankan untuk bicara, untuk menatapnya saja Fahrul enggan. Siksaan demi pukulan selalu Aprilia dapatkan saat dia mencoba mengajak Fahrul bicara. Bahkan sudah dua Minggu setelah kesalahpahaman itu terjadi. Seisi rumah langsung gempar dengan berita itu. Junedi ayahnya Fahrul marah besar dan mengatakan jika Aprilia itu adalah aib besar. Dia pembawa sial dan wanita murahan. Tentu saja Aprilia sangat sedih dengan keadaannya sekarang. Apalagi kekerasan yang dilakukan suaminya. Belum lagi perutnya yang semakin hari terasa sangat sakit. Dia selalu meminta agar diperiksa ke dokter tetapi keluarganya selalu menolak. Bahkan ibu mertuanya yang awalnya bersikap baik padanya langsung berubah menjadi ibu mertua yang sangat kejam.
"Heh lont* murahan," ucap Bella saat melihat Aprilia sedang memasak.
"Pergi Lo! Gue gak mau makan masakan yang dimasak sama cewek murahan," Ucap Bella. Aprilia merasakan sakit yang sangat luar biasa di hati dan juga perutnya. Dia lalu pergi ke kamarnya, mungkin di kamar dia bisa menenangkan diri agar perutnya terasa lebih baik. Namun, saat sampai di kamarnya yang ia temukan malah Ferdy. Ferdy langsung menutup dan mengunci pintu kamar, dan tertawa melihat ekspresi ketakutan Aprilia.
"Akhirnya gue dapetin Lo saat ini." Ucap Ferdy sambil menjilat bibir bawahnya, dia mendekat pada Aprilia yang mengambil langkah mundur.
*Grepp
Ferdy langsung menerjang Aprilia ke atas kasur dan mengungkungnya. Ferdy juga membekap mulutnya yang ingin berteriak. Ferdy mengikat kedua tangan Aprilia dan kedua kakinya. Mulutnya disumpal menggunakan sapu tangan dan dengan senyum bejatnya Ferdy membuka seluruh pakaiannya. Ferdy Terus tersenyum memperhatikan Aprilia. Setelah itu Ferdy merobek pakaian yang digunakan oleh Aprilia, dan menciumi seluruh wajahnya.
***
"Ayah dan Ibu kalian sedang apa?" tanya seorang anak perempuan berusia tiga belas tahun. Dia duduk di samping orang tuanya yang sedang mengobrol.
"Cuma ngobrol sayang, diskusi tentang beberapa hal," ucap Sudarjo sambil mengelus rambut putrinya.
Canya tersenyum. "Oh iya Bu, Ayah. Canya dipilih menjadi salah satu siswi terbaik di sekolah loh, dan rencananya besok Ayah sama Ibu diminta sama pihak sekolah untuk hadir ke sana," ucap Canya antusias menceritakan penghargaan yang ia dapat di sekolah.
"Siswi terbaik?" ulang sang ayah.
"Iya, jadi ada beberapa lomba dan tes yang di berikan oleh guru-guru, dan Canya menang. Untuk siswa terbaik itu namanya Althaf. Dia kakak kelasnya Canya." Canya menceritakan semuanya.
"Wah selamat anak ibu, nanti ibu masakin makanan kesukaan kamu!" ucap sang ibu dengan bangga.
"Ya, Marlina anak kita memang harus dikasih hadiah. Nanti ayah belikan apa pun keinginan Canya!" ucap Sudarjo juga dengan kebanggaan tersendiri.
"Jadi besok, Ayah dan Ibu harus datang ke sekolah. Untuk penyerahan penghargaan dan hadiah," Ucap Canya lagi dengan penuh semangat.
...
Keesokan harinya. Canya sedang bersiap-siap di depan kaca dengan memandang dress yang ia pakai. Dress ini sengaja sang ayah belikan agar Canya terlihat cantik di acara nanti. Dress yang ia pakai berwarna dominan putih, dan dengan Tiara yang berkilau. Canya tampak seperti seorang putri kerajaan.
"Canya udah siap?" Marlina, sang ibu memeriksa dari pintu.
Canya mengangguk. "Udah, Canya udah siap." Canya sambil tersenyum cantik. Marlina mendekati anaknya lalu mengelus rambutnya yang dikuncir kuda.
"Ayo, kita berangkat!" ucap Marlina. Mereka pun berjalan keluar rumah, dan di luar Sudarjo sedang mengobrol dengan seseorang.
"Ada apa Yah?" tanya Marlina pada sang suami. Sudarjo diam seribu bahasa, tatapannya kosong lalu Marlina menatap pria di depan suaminya.
"Ayo ikut saya!" ucap pria itu. Mereka pun mengikuti pria itu memasuki sebuah mobil ambulans, Marlina dan Canya tentu saja sangat bingung. Sedangkan Sudarjo hanya diam.
...
Ternyata mereka dibawa menuju sebuah rumah sakit. Marlina seketika merasa ada yang tidak beres dia juga merasa jika ini adalah sebuah masalah yang sangat besar. Mereka terus mengikuti pria itu hingga mereka sampai di depan sebuah ruang rawat.
"Bu, kok ke sini? Canya takut!" ucap Canya sambil menggenggam tangan ibunya erat. Mereka memasuki ruangan tersebut dan di sana seluruh keluarga Fahrul sudah ada. Fahrul duduk sendiri dan bersandar di dinding, tatapan mereka semua kosong. Junedi juga melamun. Lalu seorang dokter masuk. Dokter itu berjalan pelan dan membuka selimut di ranjang rumah sakit itu. Seseorang yang ada di atasnya adalah Aprilia. Dia berbaring dengan sangat damai.
"Aprilia ?!!" pekik Marlina.
"Kak Aprilia !!!" Canya juga berteriak. Mereka langsung memeluk dan mencoba membangunkan Aprilia. Sedangkan Sudarjo hanya menatap dengan tatapan kosong, dia sudah seperti itu sejak pria yang menjemput mereka mengatakan jika Aprilia sudah tiada.
"Pasien meninggal karena kehamilannya sangat lemah. Anak seusianya sebenarnya sangat berbahaya jika hamil, dan tubuhnya sangat lemah. Rahimnya mengalami masalah dan sudah terlalu lama dibiarkan menjadi sangat fatal." Jelas sang dokter.
Marlina menangis sejadi-jadinya begitu juga dengan Canya. Dia ditinggalkan selamanya oleh sang kakak. Kesedihan yang begitu mendalam terasa di dalam ruangan tersebut.
*Brukk
Suara keras terdengar, itu adalah suara benturan dari Sudarjo yang terjatuh. Dia jatuh dan tak sadarkan diri.
"Ayah!!!" Canya semakin histeris dan semuanya yang ada di sana mengangkat Sudarjo ke ruangan lain. Walau mereka akhir-akhir ini membenci Aprilia, mereka tetap merasakan kesedihan yang dialami oleh keluarga Sudarjo.
***
Semua orang yang menghadiri pemakaman Aprilia mulai pergi satu persatu. Sedangkan Canya masih terus menangis. "Kak Aprilia !! Ayah!!" Canya menangis di depan makam kakak dan juga ayahnya. Ya ayahnya juga ikut meninggalkannya. Sang ayah mengalami serangan jantung dan ikut menyusul kakaknya. Hari ini, seharusnya menjadi hari yang membahagiakan bagi Canya. Dia akan pergi ke sekolah dan menerima penghargaan sebagai siswi terbaik bersama kedua orang tuanya. Setelah itu dia akan memamerkan pialanya pada kakaknya. Hari yang seharusnya menjadi hari bahagia berubah menjadi hari di mana dia harus merelakan kakak dan juga ayahnya. Banyak orang yang menatap penuh iba kepada Canya, mereka semua kasihan pada anak itu. Dia merasakan kesedihan di saat kebahagiaan sudah di depan matanya.
Enam tahun kemudian.
Seorang gadis muda yang sangat cantik sedang memasuki kawasan kampusnya. Ini hari pertama ia memasuki kampusnya sebagai mahasiswi baru. Hari ini diadakan Masa Orientasi untuk Mahasiswa-mahasiswi baru di kampus ini.
"Hitungan sampai lima semuanya harus berbaris di lapangan! SATU...DUA..." Baru juga Canya sampai di kampusnya, kakak-kakak seniornya sudah mengancam. Canya langsung berlari dan mengambil posisi berbaris. Hitungan selesai dan masih banyak mahasiswa-mahasiswi yang terlambat berbaris. Mereka semua diasingkan dan diberi hukuman.
"Di kampus ini!!! Orang yang tidak mempunyai kedisiplinan akan menjadi sampah!!" ucap seorang wanita cantik namun kecantikannya sangat berlebihan. Wajahnya penuh dengan riasan, berbeda dengan Canya yang hanya memakai pelembab bibir dan sun screen untuk melindungi kulitnya. Itu saja sudah membuatnya sangat cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage: Love Edelweis [END] [Terbit]
Teen FictionCanya harus merelakan kekasihnya untuk selamanya karena kecelakaan, saat dia sudah ikhlas, dia dijodohkan dengan pria lain. Namun di saat pernikahannya dilangsungkan, kekasihnya dulu ternyata masih hidup dan membuat kacau di pernikahannya