“Kak, baru juga kita pacaran. Kok malah langsung kenalan sama mama kamu?” Canya terus bertanya. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah Althaf. Dia berniat mengenalkan Canya kepada orang tuanya.
Dari tadi Canya selalu bertanya dan mencoba membuat Althaf putar balik. Namun, Althaf tetap bersikeras untuk membawanya. Canya merasa takut, dia ragu orang tua Althaf akan menerimanya atau tidak? Dia takut dia tidak sesuai dengan ekspektasi orang tuanya Althaf.
Setelah memakan perjalanan kira-kira setengah jam, mereka akhirnya sampai.Di depan sebuah rumah mewah dan besar, rumah itu sangat megah dengan warna dominan putih. Halamannya luas dan di tengah-tengah halaman rumah itu ada sebuah air mancur yang sangat indah. Saat motor Althaf mendekat, gerbang langsung terbuka dan dua orang satpam berdiri di sana.
Mereka berdua turun, namun Canya menatap ragu pada Althaf. Canya tidak berani untuk melangkah. Althaf mencoba meyakinkan Canya karena semuanya akan baik-baik saja. Hingga setelah berusaha keras membujuk Canya, akhirnya mereka pun masuk. Saat mereka masuk, ternyata suasana di dalam lebih mewah. Canya tidak bisa mendeskripsikannya, dia sangat terpukau.
“Eh, den Althaf. Udah pulang toh? Ibu lagi ada di dapur masak buat calon menantunya.” Althaf tersenyum dengan perkataan dari salah satu ART mereka. Sedangkan Canya merasa bingung, siapa calon menantu yang dimaksud oleh wanita itu. Banyak wanita dengan pakaian yang sama berlalu-lalang di rumah Althaf, dan Canya menebak jika mereka adalah para pembantu.
“Ya udah panggil mama sekarang!” wanita itu mengangguk dengan perintah dari Althaf. Dia lalu berlari kecil menuju dapur. Althaf membawa Canya agar duduk di sofa.
“Oh udah datang ternyata?” Canya dan Althaf menoleh pada sumber suara. Di hadapan mereka, seorang wanita dengan rambut sebahu berjalan dengan anggun. Lalu Canya dikejutkan dengan kehadiran Marlina bersama wanita itu. Kenapa ibunya bisa ada di sini?
“Mama? Bu.” Althaf tersenyum, apalagi saat dia melihat ekspresi terkejut yang sangat besar di wajah Canya. Marlina dan Gisella, ibunya Althaf duduk.
“Canya?” Gisella menyapa Canya, dan orang yang disapa masih tercengang.
“Gak usah terkejut, saat kamu dan Althaf pergi buat tur ke desa kemarin. Ibunya Althaf datang ke rumah, dan kami kenalan. Malam ini mereka ngundang kita buat makan malam bersama.” Marlina menjelaskan apa yang terjadi. Hal itu membuat Canya sedikit lega. Ternyata semuanya berjalan lancar, walaupun di awal dia sempat ragu, dan dilihat-lihat ibunya Althaf juga sangat baik. Dari senyumannya dia adalah orang yang sangat ramah.
“Tentu dong, calon menantu dan calon besan harus semakin dekat dengan kita.” Gisella tersenyum pada Canya.
“Dan Canya, mulai sekarang panggil mama ya!” kata Gisella lagi. Canya mengangguk, diam-diam dia berteriak kegirangan dalam hatinya.
“Tapi aku gak setuju mereka pacaran.” Mereka berempat menoleh pada seorang pria paruh baya yang masih terlihat tampan. Dia berdiri dengan wajah yang serius.
“Aku gak setuju hubungan mereka, mereka gak boleh pacaran,” katanya lagi. Canya menggigit bibir bawahnya. Ini yang ia takutkan, Canya tahu itu adalah ayahnya Althaf. Althaf bingung dengan perkataan ayahnya... Bukannya dulu ayahnya...
“Tapi langsung dihalalin aja!” seketika suasana tegang pecah oleh tawa dari pria itu. Gisella dan Marlina juga ikut tertawa. Melihat itu, Canya dan Althaf merasa bodoh. Ternyata ini semua adalah rencana dari orang tua mereka.
Kim Hyun-min, atau dalam dunia bisnis dalam negeri biasa dipanggil tuan Kim. Pemilik perusahaan HG Corporation yang merupakan salah satu perusahaan terkenal di Indonesia yang bergerak di bidang makanan. Dia adalah keturunan negara ginseng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage: Love Edelweis [END] [Terbit]
Teen FictionCanya harus merelakan kekasihnya untuk selamanya karena kecelakaan, saat dia sudah ikhlas, dia dijodohkan dengan pria lain. Namun di saat pernikahannya dilangsungkan, kekasihnya dulu ternyata masih hidup dan membuat kacau di pernikahannya