Bab 21

2 2 0
                                    

“Ehh ada Gina? Wah makin cantik ponakan aunty.” Canya melambaikan tangannya.

“U, u, unti antik.” Anak berusia tiga tahun itu mencoba mengajak Canya berbicara.

“Iya Sayang ada apa?”

“Canya, dua hari lagi Gina ulang tahun. Lo datang ya!” Amanda mengatakan tujuannya menghubungi Canya.

“Pasti dong, ponakan aunty ulang tahun masa gak datang.”

“Lagi bicara sama siapa sayang?/Papa.” Terdengar suara Haris dan Anaknya Amanda.

“Harris pulang, udah dulu ya bye Canya.” Canya mengangguk setelah itu panggilan terputus. Canya menatap Arin yang sedang menatapnya juga.

“Kayak Amanda sama Harris, rumah tangga mereka sekarang harmonis banget.”

Arin mengangguk. “Lo benar, dan dipikir-pikir Amanda beruntung ya. Gak kayak orang Nikah Muda lainnya, Amanda sama Harris mampu membuang perbedaan antara keduanya dan mampu mempertahankan rumah tangga mereka.”

“Benar, semoga orang-orang yang terlanjur Nikah Muda di luar sana juga diberikan keharmonisan seperti Amanda dan Harris.”

Canya lalu menyimpan kembali ponselnya dan pergi sebentar ke kamar mandi, setelah itu tak lama dia keluar.

***

Saat ini di rumah sakit HG. Canya sedang memeriksa beberapa berkas pasien, baru-baru ini ada masalah kecil di mana ada beberapa kasus tertukarnya laporan medis pasien, dan untungnya hanya kesalahan kecil. Itu bisa terjadi. Sebenarnya Canya masih belum bisa disebut seorang dokter, karena sebenarnya dia belum lulus. Masih membutuhkan waktu sekitar tiga tahun lagi untuk mengetahui jika dia akan lulus atau tidak.

Tetapi karena rumah sakit HG adalah milik Hasan, dia bisa diterima di sana. Walaupun seperti itu, Canya di sana hanya belajar. Tidak mungkin dia melakukan semua pekerjaan dokter, dia hanya melihat bagaimana dokter bekerja. Canya juga akan menanyakan beberapa materi di kampus pada dokter profesional, materi yang kurang ia paham. Canya banyak belajar di sana.

***

Pukul 10.33 di kampus.

Canya sedang berjalan dengan tatapan yang entah ke mana. Dia melihat sekitar, banyak orang tapi entah kenapa dia merasa kesepian. Di lorong kelas yang banyak orang berlalu lalang, Canya merasa sendiri. Biasanya akan ada Althaf yang menemaninya, seperti tiga tahun lalu. Canya memasuki kelasnya, banyak temannya sudah ada di sana. Canya duduk dan mengeluarkan satu bukunya, tak lama dosen masuk dan memberi materi.

...

Pukul dua siang, Canya telah selesai dengan jadwal kuliahnya hari ini. Rencananya dia ingin pergi ke rumah Arin, namun rencananya harus ditunda saat melihat seorang pemotor berhenti di depannya.

“Naik!” pemotor itu membuka kaca helmnya, dan ternyata itu adalah Steven. Dia menyuruh Canya agar menaiki motornya. Canya hanya menurut dan naik, Steven memberikan helm pada Canya.

“Thanks,” kata Canya singkat. Motor mulai melaju dan Canya masih belum tahu tujuan mereka.

“Kita mau ke mana?” akhirnya Canya
bertanya.

“Orang tua saya ingin bertemu dengan mu, jadi saya langsung menjemput kamu saja.” Canya mengangguk walaupun Steven tidak melihatnya.

“Saya rasa kita harus menyelaraskan panggilan kita, ayah sama bunda tahu jika kita sebenarnya sudah berpacaran. Jadi mereka akan bingung jika panggilan kita tidak selaras.”

Canya mendehem. “Gue rasa, Lo aja yang putusin.”

“Maaf, gaya bicara saya kaku. Tapi, nanti kamu harus coba jangan pake Lo-Gue pada saya lagi!” Canya mengangguk lagi.

Young Marriage: Love Edelweis [END] [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang