“Untung jiwa seleb gue besar, selalu bawa pulpen ke mana-mana. Takut ada fans yang minta tanda tangan.” Di saat situasi seperti ini Canya masih sempat bercanda, sedangkan Reza sangat terkejut bagaimana ini semua bisa terjadi. Ketika suasana di ruangan gelap dan sunyi itu langsung tegang.
“Lepasin ikatan dia atau bos kalian mati konyol?!” Canya mengancam, beberapa anak buah Reza langsung membuka ikatan Althaf. Lalu setelah Althaf bebas, dia langsung mendekati Canya. Reza tidak berani bergerak, dia takut jika dia bergerak maka pulpen runcing itu langsung menancap di lehernya.
FLASHBACK.
Di sebuah jalanan yang sepi, Althaf dan Canya sedang dalam perjalanan. Keduanya dalam perjalanan pulang, suasana jalanan masih sepi karena ini belum jam orang-orang pulang bekerja. Namun hal yang tidak diduga terjadi, tiba-tiba sebuah mobil Van menghadang mereka. Lalu segerombolan orang-orang keluar dari sana, mereka memaksa Canya dan Althaf untuk memasuki mobil Van mereka. Tapi Althaf dan Canya mencoba melawan, hingga mulut mereka berdua dibekap menggunakan sapu tangan.
Althaf dan Canya tak sadarkan diri, mereka diangkat dan dimasukkan ke dalam mobil. Setelah itu mobil melaju. Althaf dan Canya yang diletakkan di bagian belakang mobil perlahan membuka mata mereka dan saling menatap.
“Kita ikuti permainan mereka,” ucap Althaf.
FLASHBACK END.
Canya menatap Reza. “Kalo Lo lupa, dulu sebelum kemunafikan Lo terbongkar kita pernah melakukan sosialisasi di sebuah desa. Di sana gue hampir diperkosa dengan cara dibius, gue berhasil selamat dan Lo melakukan cara murahan yang sama. Huh, apa itu bius pake sapu tangan.” Canya tertawa dan mengejek Reza, namun saat dia tertawa dia sedikit lengah. Salah satu orang milik Reza dengan cepat menendang tangan Canya hingga pulpen di tangannya terlempar.
Reza langsung berdiri dan tersenyum. Dia menatap Althaf dan Canya. Dia lalu tertawa terbahak-bahak dan mengeluarkan ponselnya, dia menelepon seseorang dan memintanya untuk segera datang.
“Kalian tunggu dulu sebentar, masih ada satu pemain lagi yang akan bergabung dalam permainan ini.” Althaf menatap tajam pada Reza, Reza mengambil kursi lalu duduk dengan santai.
“Rileks, kalian duduk dulu. Atau kalian ingin sesuatu, kopi? Teh? Atau camilan?”
“Lo pikir gue lagi bertamu bangsat!” Althaf murka, dia langsung bersiap menyerang Reza namun dia dihentikan oleh suara tembakan. Hingga seorang wanita masuk dengan mengayunkan pistolnya di udara.
“I am comeback.” Wanita itu adalah Bella, dia lalu berjalan dengan angkuh sambil menatap Althaf dengan tatapan lapar.
“Aku ingin mengatakan sesuatu, sebuah bocoran kenapa aku bisa keluar dari penjara... Itu semua karena uang, kalian tahu orang-orang yang memiliki uang sangat berpengaruh. Caranya, di hadapan publik dia masih dalam penjara, tapi sebenarnya dia sudah bebas. Semua itu sudah menjadi rahasia umum, yang akan membuat negeri ini hancur,” jelas Reza panjang lebar.
“Althaf, kita bertemu lagi. Apakah kamu merindukan aku?” Bella membuat-buat senyuman manis, padahal senyumannya melebihi lemon dicampur racun tikus.
“Wanita murahan,” cibir Canya. Dia mengatakan itu bukan tanpa alasan, dia mengatakan sebuah fakta. Belakangan ia ketahui Bella memang bekerja di sebuah rumah pelacur, dan foto-foto setengah telanjangnya sudah tersebar di media sosial.
“Aku punya satu tawaran, Althaf kembali dengan ku dan Canya bernama Reza. Tidak akan ada kekerasan.” Bella memberikan tawaran yang tidak akan pernah dilirik oleh Althaf, apalagi Canya.
“Gimana? Ini penawaran bagus, kalian akan mendapatkan seseorang yang sangat mencintai kalian,” timpal Reza.
“Mending gue mati,” kata Canya.
Reza menggelengkan kepalanya, dia lalu mendekati Canya. “Jangan, aku tidak akan sanggup.” Reza lalu dengan berani menggenggam tangan Canya, melihat itu napas Althaf langsung memburu. Wajahnya memerah, dan tangannya mengepal.*Bugh
Satu bogem mentah mendarat di rahang Reza, dia bahkan jatuh tersungkur. Bibirnya langsung mengeluarkan darah, betapa kuatnya tenaga yang dikerahkan Althaf dalam pukulan itu. Melihat bos mereka telah dipukul, orang-orang milik Reza yang ada di sana langsung menyerang Althaf. Tetapi bukan Althaf namanya jika langsung kalah. Dia bisa menghadapi orang-orang itu. Canya juga tak tinggal diam. Walaupun tak sehebat Althaf, dia juga mampu bertarung. Aksi saling serang langsung terjadi, walaupun Althaf dan Canya kalah dalam jumlah tapi mereka masih bisa menghadapi orang-orang itu. Bahkan mereka bisa mengalahkannya.
“Anjin*!!” Reza memekik dan melemparkan kursi pada Althaf agar Althaf teralihkah dan anak buahnya bisa langsung menyerang. Tetapi Canya dengan cepat menyadari hal itu, dia langsung melompat dan menendang kursi itu kembali.
“Lo kira gue cewek lemah kayak lont* itu?” Canya menunjuk Bella. “Dulu, Lo fitnah kakak gue sebagai wanita murahan. Tapi sekarang Lo malah terbukti naik ke ranjang dengan suami orang.” Mendengar itu, Bella sangat murka. Dia berjalan dan berniat menjambak rambut Canya, hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang. Atau dia langsung saja membidiknya, tapi hal itu akan membuat Reza berbalik menyerangnya.
“Maksud Lo apa?” Bella langsung menarik rambut Canya, Canya mencoba melawannya. Mereka saling tarik-menarik dan Canya sesekali memukul. Tapi sesuatu yang dilupakan Canya, masih ada pistol di tangan Bella.
*Dor
Yang ditakutkan terjadi, pelatuk dari senjata api itu tak sengaja tertarik. Tembakan tak terhindarkan, seketika pertarungan itu langsung berhenti. Althaf menatap Canya dan begitu juga Canya. Tidak ada yang bergerak sama sekali.
*Brukk
Reza langsung terjatuh dengan sebuah lubang berwarna merah di tengah dahinya, ternyata peluru dari tembakan itu mengenai dirinya. Melihat itu Bella langsung menutup mulutnya, dia tidak sengaja. Melihat Bella yang lengah, Canya langsung merebut pistolnya dan berbalik mengancam Bella. Tak lama, suara langkah kaki banyak orang terdengar. Itu adalah suara langkah kaki dari pengawal keluarga Wijaya, dipimpin oleh Hasan. Mereka berhasil melacak keberadaan Althaf dan Canya. Seketika semuanya langsung selesai, karena jumlah orang yang dibawa Hasan lebih banyak. Para musuh langsung berlutut, tidak ada ya g berani melawan. Hasan menghampiri keduanya dan menanyakan apakah keduanya baik-baik saja dan untungnya mereka baik-baik saja.
Hasan kembali dan membawa semua musuh, mereka lebih baik diserahkan ke pihak berwajib. Althaf dan Canya berjalan keluar dari gedung kosong yang dijadikan markas oleh Reza, semua hal yang sangat aneh itu telah berakhir. Di saat berjalan, Althaf tiba-tiba berhenti dan menggenggam tangan Canya. Dia mengelus telapak tangan yang lembut itu.
“Kenapa?” tanya Canya sambil terkekeh.
“Mau bersihin jejak tangan Reza dari milikku ini,” jawab Althaf.
“Tangan ini hanya spesial untukku, hanya untukku.” Althaf menekan kata terakhirnya. Lalu dia menatap mata Canya, menatap binar bening itu.
“Aku mencintaimu,” ucap Althaf.
Canya tersenyum. “Aku juga mencintaimu.” Mereka berdua saling berbalas senyuman.*Tin tinn
Hasan telah menunggu di dalam mobil, Canya dan Althaf menoleh pada sumber suara klakson itu. Mereka tertawa karena hampir melupakan sekitar.
“Pulang?” tanya Althaf, Canya mengangguk. Setelah itu dengan bergandengan tangan mereka berjalan menuju mobil. Senyuman indah merekah di wajah keduanya, semua telah berakhir sekarang. Tidak ada lagi masalah yang akan datang. Tinggal menunggu dan menjalani proses pernikahan mereka yang akan dilaksanakan sekitar satu bulan lagi.
Apa pun masalah yang dihadapi, jika dihadapi bersama-sama akan terasa ringan. Apalagi dengan orang yang dicintai.
—Canya.Cinta akan membuatmu kuat, jika itu adalah cinta sejati dan cinta yang tepat. Tapi jika cintanya salah, maka itu akan menjadi kelemahan bagimu.
—Althaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage: Love Edelweis [END] [Terbit]
Fiksi RemajaCanya harus merelakan kekasihnya untuk selamanya karena kecelakaan, saat dia sudah ikhlas, dia dijodohkan dengan pria lain. Namun di saat pernikahannya dilangsungkan, kekasihnya dulu ternyata masih hidup dan membuat kacau di pernikahannya