Sekarang, seperti janji yang telah mereka buat. Canya, Amanda, dan Harris sedang berada di kafe tempat Canya bekerja. Mereka bertiga sedang duduk di kursi paling sudut. Canya menatap pada keduanya.
“Har? Gue mau tanya, Lo punya adik perempuan gak?” tanya Canya dan Harris mengangguk.
“Pertama gue minta maaf jika ini menyinggung, tapi gimana perasaan Lo jika adik Lo hamil di luar nikah dan cowoknya gak mau bertanggung jawab?” Harris melotot mendengar perkataan Canya. Tentu saja dia sangat marah.
“Ya gue bakal hajar cowoknya.”
“Berarti Lo juga pantas dihajar? Sini biar gue tabok!” Harris bingung dengan perkataan Canya. Namun saat dia menatap Amanda dia langsung paham, maksud Canya adalah dia lah yang tidak mau bertanggung jawab.
“Ya, benar anaknya memang anak gue. Tapi ini bukan kesalahan gue, dia yang jebak gue.” Harris masih terus menyangkal.
Canya mengangguk. “Gue paham, tapi coba bayangin. Anak Lo bakal lahir tanpa seorang ayah? Coba Lo yang ada di posisi anak Lo?” Harris tertegun, benar juga perkataan Canya.
“Dan Amanda juga mau bicara sama Lo.” Canya menatap Amanda dan mempersilahkan agar Amanda berbicara. Amanda tiba-tiba melupakan apa yang harus dia katakan, padahal Canya sudah mengajari dirinya.
“Har, gue, gu—gue mau minta maaf, gu—gue akui gue mamang salah. Tapi gue mohon, demi anak ini. Gue bakal mencoba untuk berubah menjadi cewek yang lebih baik. Gue gak peduli jika pernikahan kita nanti tanpa dasar cinta. Tapi demi anak kita.”
"....."
“Bukan! Cinta pasti akan muncul jika kita saling terbuka nanti. Mari kita buka semua lembaran baru.” Canya tersenyum mendengar keduanya sudah saling memahami. Namun Amanda menatap Canya dan meneteskan air mata.
“Gue benar-benar malu, Canya gue malu. Gue ikut dalam organisasi pencegah pernikahan dini tapi gue malah lakuin apa yang dilarang. Gue kelihatan kayak orang munafik.” Canya menggelengkan kepalanya dan menghapus air mata Amanda.
“Bukan! Walaupun kita mengikuti organisasi itu, tapi kita tetap manusia. Manusia sifatnya salah, dan tidak mungkin walau kita mengikuti organisasi kita akan melaksanakan semuanya. Kita tetap seorang manusia, kita hanya perlu belajar dari kesalahan dan mencoba berubah menjadi lebih baik.” Canya memberikan semangat pada Amanda.
“Tapi gimana tatapan orang lain nantinya? Gue malu.” Amanda masih terus menangis.
“Ingat! Tugas kita saling menasihati! Bahkan seorang raja sekalipun bisa melakukan kesalahan.”
“Benar Canya, Amanda benar. Orang-orang akan berkata sok menasihati tapi malah mereka yang berbuat kesalahan. Gue berpikir setelah kami menikah, kami akan pindah ke Jerman aja. Itu lebih baik bagi semuanya, bagi kalian dan organisasi,” kata Harris. Canya mendehem, dia tidak bisa menyangkal lagi. Dia harus menghormati keputusan keduanya.
“Itu aja, kalian saling mengerti satu sama lain dan jangan ada kesalahpahaman. Terus saling menyemangati dan saling menjaga. Gue bangga sama Lo Har. Gue kira Lo bakal kayak seseorang yang dulu, tidak memiliki tanggung jawab. Laki-laki lemah. Lo seorang gentleman.” Canya berkata dengan tangannya yang mengepal seperti memberi semangat. Mereka bertiga tersenyum. Amanda sangat berterima kasih pada Canya, berkat Canya masalahnya selesai dengan cepat. Padahal pertama kali Amanda melihat Canya. Amanda menjadikan Canya sebagai sebuah ancaman untuk popularitasnya. Namun ternyata sekarang, Canya menjadi sosok malaikat penyelamat baginya.
...
Saat ini di rumah Canya. Dia sedang duduk bersama ibunya yang sedang menyulam, Canya sedang membaca beberapa buku hingga seseorang mengetuk pintu rumah mereka. Canya berdiri dan membuka pintu itu. Setelah pintu terbuka, terlihatlah seorang pria dengan senyuman indah di depannya. Itu adalah Reza. Canya langsung mempersilahkannya masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage: Love Edelweis [END] [Terbit]
Teen FictionCanya harus merelakan kekasihnya untuk selamanya karena kecelakaan, saat dia sudah ikhlas, dia dijodohkan dengan pria lain. Namun di saat pernikahannya dilangsungkan, kekasihnya dulu ternyata masih hidup dan membuat kacau di pernikahannya